PopNovel

Reading Books on PopNovel APP

GADIS MILIK MAFIA

GADIS MILIK MAFIA

Author:Pembaca gelap.

Updating

Introduction
__ 'Oh Tuhan! Bolehkah aku menyentuhnya barang sedikit saja?' batin Prlly bergejolak tidak karuan melihat sesuatu terpampang tepat di depan matanya. 'Tubuhnya sungguh menguji imanku, begitu sangat menggoda.' Tanpa dirinya sadari tangan kanannya miliknya terangkat untuk menyentuh objek yang berada tepat di depan mata. "Bukan saja tidak bisa memasak, kau juga ternyata seorang wanita mesum!" ujar pemuda tersebut seketika. Prrly segera berdiri sedikit untuk mensejajarkan tubuhnya dengan pemuda tersebut. "Ah, aku tidak memikirkan tubuhmu! Kau saja yang terlalu kepedean," imbuhnya mencoba untuk mengelak tuduhan dari pemuda di depannya. "Apa aku sedang membicarakan tubuhku?" ucap pemuda itu yang mampu membuat Prlly meneguk air ludahnya. Pemuda bernama Ali tersebut menaik turunkan alisnya menggoda gadis di depannya. $Pembaca Gelap
Show All▼
Chapter

"Kamu saya tangkap, atas kejahatan memporandakan hati saya." Pemuda berambut pirang itu menodongkan tangannya ke arah ku, memperagakan seorang polisi sedang menangkap pelaku kejahatan.

Aku hanya bisa tersenyum samar dengan tingkah pemuda tua di depanku, Uncle Rage umur tidak terlalu tua!Tetapi, aku selalu mengganggap pemuda itu tua agar Uncle Rage merasa kesal. Senang saja membuat dirinya kesal dan mengomeli-gomel tidak jelas padanya.

Rage pada umurnya yang ke 23 menambah kesan ketampanan pemuda itu, hidung yang mancung, bibir yang tebal, alis yang cukup tebal yang menghiasi wajahnya. Menambah kadar ketampanan seorang Rage di mata setiap orang yang memang pemuda ini.

"Apa hukuman yang pantas buat orang yang sudah berani membuat hidup Bapak sekacau ini?" tanyaku dengan tubuh tegap menghadapi uncle Rage.

Rage tersenyum tipis.

"Hukuman terberat sepanjang masa, dan saya pastikan kamu tidak akan bisa kabur maupun menghilang," balas Rage dengan suara lantang membuat perempuan itu menarik bibirnya membentuk senyuman.

Perempuan itu menaikan sebelah alisnya, yang menambah kesal mengemaskan pada wajahnya yang lugu bin polos alami.

"Apa itu, Pak?" tanya aku masih dengan tubuh tegap menghadapi uncle Rage.

"Hidup bersama dengan pria tua ini," balas uncle Rage sungguh-sungguh.

Aku semakin binggung dengan ucapan Uncle Range, tetapi bibir semakin menampakkan senyum manis padanya.

"Menjadi pembantu? Maksudnya?" tanyaku sambil menaikan satu sudut bibir mengejek uncel Rage, yang sudah mengagah dengan ucapanku.

Terlihat uncle Rage terkekeh sebentar, lalu kembali ke wajah sembula.

"Bukan! jadi ratu dalam rumah seorang Rage Alfitro," ujar uncle Rage tanpa ragu sedikitpun dalam ucapannya.

Aku menutup mulut, saat uncle Rage menundukkan tubuh lalu berjongkok ke arahku dengan kaki sebelah menyentuh lantai tempat pemuda itu tadi berdiri.

"Uncle, kau sedang apa?" tanyaku masih setia menutup mulut dengan kekagetan yang di berikan Uncle Range, melihat kelakuan uncle Rage sekarang membuatku kehabisan kata-kata untuk berucap.

Rage mengeluarkan sesuatu dari dalam saku kemejanya, mengambil sebuah kotak kecil. Lalu membukanya dan menyodorkan tepat di hadapan gadis di depannya.

"Uncle ...!"

Aku semakin terkejut dengan kelakuan uncle Rage yang sangat romantis sekali.

"Menetaplah bersamaku. Bukan untuk semenit, dua menit, melainkan selama napas yang kamu miliki. Jadilah ratu dalam rumah ku, Shinee Alfania ... willy your marry me?" tanya uncle Rage pasti dan mantap.

Shine terdiam membisu di tempatnya berdiri sekarang.

"Shiee Alfania ... will you marry me?" ulang uncle Ragee kerenan melihat diriku hanya terdiam membisu menatapnya.

Aku menganggukkan kepala berkali-kali sebagai jawaban.

"Yes," balasku dengan raut senang tidak terkira. Bagaimana tidak senang saat laki-laki yang kita cintai sedari kecil sekarang melamar dengan romantis.

Uncle Ragee bangun dari jongkoknya, lalu tersenyum sangat manis kepadaku. Senyumnya yang mampu membuat beban ku terangkat seketika.

"Terima kasih, Shiee. Terima kasih!" Uncle Ragee berkali-kali mencium tangan kananku.

Aku yang melihat itu semakin senang, perlakuannya terlampau romantis. Mungkin dirinya gadis paling beruntung yang di lamar Ragee pada usia aku dan uncle Range yang terlalu jauh beda 7 tahun.

"Aku akan melamarnya! Terima kasih Shine, terima kasih kau telah membantu Uncle," ucap Ragee tanpa jeda sedikitpun, yang seketika membuat senyum manis lenyap sudah di wajahku. Aku sekarang hanya tersenyum paksa saat dia memegang tanganku sambil mengucapkan kata terima kasih berulang-ulang.

Aku menangis! Menangis dalam diam, tanpa mengeluarkan air mata. Baru saja aku di terbangkan tinggi-tinggi, dan dengan satu tarikan terhempas pada dasar bumi paling dalam. Sakit? Jangan ditanya rasanya napas dalam rongga dadaku mendadak menghilang setelah mendapatkan fakta pait ini.

Aku mencoba untuk kembali tersenyum, senyum masam dan penuh dengan sayatan pilu.

"Yaudah, Uncle. Kalau tidak ada lagi yang mau Uncle bicarakan Shine izin masuk ke kamar," pamitku, kemudian berlari ke arah kamar tanpa menghiraukan panggilan dari uncle Rage.

Air mata berhasil lolos di pipiku, Mama yang melihat aku berlari menatap binggung padaku. Apakah aku terlihat menyedihkan sampai-sampai Mama harus menatapku begitu?

"Shiee kamu kenapa?" tanya Mama setengah berteriak.

Aku semakin mempercepat langkah tanpa ingin menoleh sedikitpun pada Mama yang melihat dengan cemas. Tujuan aku sekarang cepat-cepat tiba di kamar dan membenamkan kepala pada bantal, menangis sejadi-jadinya di sana.

'Hati Shinee hancur, Ma,' jawab sini untuk pertannyaan mamanya.

Mengapa laki-laki itu tega sekali padanya, padahal Uncle tahu bahwa dirinya menyukai laki-laki sedari dulu. Ini bagaikan sebuah kejutan yang tidak pernah terpikirkan oleh Shine.

Akhirnya aku tertidur setelah menangis hampir 2 jam lamanya, mungkin mataku sudah memerah dan wajahku membengkak akibat lama menangis. Namun, aku tidak peduli dengan kondisi wajahku.

Sedangkan di bawa, lebih tepatnya di ruang tamu.

"Shinee, kenapa?" tanya Mama pada uncle Ragee.

Ragee mengedikan bahu acuh, sedangkan hatinya tersenyum smart.

***

Acara meriah diadakan oleh Ragee, berbagai kolonga bisnisnya ikut datang pada acara yang di selenggarakan oleh Ragee.

Ragee menatap gadis yang duduk termenung di antara kerumunan orang-orang pesta. Senyum seringai terbit kalah melihat kesedihan dari sosok gadisnya.

Iya, orang itu Shinee. Duduk termenung menatap kerumunan, tanpa berselera sedikitpun. Dia tahu uncle Ragee mengadakan acara ini untuk melamar gadis yang dicintainya.

Mengingat itu Shinee merasa bodoh, bertahun-tahun cinta ternyata cinta sendirian. Begitu malang hidung yang di milikinya, bertahun-tahun mengejar uncle Ragee berakhir dengan sia-sia.

Setelah ini Shinee akan pergi jauh dari kehidupan laki-laki itu, tetap di sini tidak akan mampu untuk nanti melihat kebahagiaan uncle ya.

Shinee melangkah pergi, Ragee yang melihat itu tidak mau kehilangan jejak gadisnya. Ragee mengikuti Shinee secara diam-diam, sampai pada saat Shinee memasuki kamar mandi wanita, Ragee berdiri didepan pintu.

"Hiks, hiks, hiks ...," tangis terdengar dari dalam, Ragee tahu itu suara tangis dari siapa.

Ragee memegang kenop pintu membukanya secara perlahan, lalu memasuki kamar mandi wanita itu.

"Uncle jahat! Hiks, hiks, ... aku benci uncle Ragee." Tangisan Shinee mengelegar dari kamar mandi, disana hanya ada dirinya seorang diri.

Shinee berkali-kali mengusap air matanya yang turun di pipi chubby gadis itu.

"Jahat—"

"Siapa yang jahat," ucap seseorang yang muncul dari arah belakangnya.

Shinee membalikan tubuhnya. Namun terhenti saat sebuah tangan memeluknya dari arah belakang, Shine diam dengan posisi berdiri menghadap kaca di depannya. Bisa di lihat olehnya siapa orang tersebut.

"Kenapa menangis?" tanya Ragee setengah mengumam. Kemudian meletakan kepalanya tepat di leher jenjang Shine.

"Uncle!" panggil Shinee.

Cup!

Ragee mencium leher jenjang milik gadisnya, bisa di lihat oleh Ragee air mata mengeluar dari matan gadis itu.

Ragee membalikan tubuh Shinee, menghadapnya. Lalu menghapus air mata Shine dengan lembut.

Rage tidak tahu perbuatannya benar-benar membuat gadisnya kesakitan, kalau tahu begitu Rage tidak menggunakan Shinee sebagai tempat latihan kemarin. Tapi, tenang Ragee pastikan akan menghapus air mata dan Menganti dengan senyum bahagia.

Cup!

Bukan menempelkan seperti pertama, Ragee mulai mencium setiap sudut bibir gadisnya, rasanya masih sama manis di rasakan Ragee.

Ragee semakin menekan tubuh Shinee sampai membentur kaca di belakang Shine, ciumannya semakin bernafsu.