PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Nirmala

Nirmala

Penulis:Tassiarni Tasliem

Berlangsung

Pengantar
Nirmala adalah seorang gadis berusia 27 tahun, sejak kecil Nirmala hidup di lingkungan prostitusi. Keluarga Nirmala bukanlah keluarga yang harmonis, ayahnya adalah seorang pecandu minuman keras, sedangkan ibunya adalah seorang mantan mucikari. Kini diusianya yang menginjak 27 tahun, Nirmala kesulitan mendapatkan jodoh. Semua mantan kekasih Nirmala tidak mau meneruskan hubungannya dengan Nirmala ke jenjang yang lebih serius. Tetapi karena perkenalannya dengan Rendy membuat Nirmala semakin yakin bahwa dirinya akan mendapatkan laki-laki yang mencintainya dan bisa menerima dirinya dengan apa adanya. Kisah cinta Nirmala dan Rendy tidak semulus itu, pihak dari Rendy yang tidak menyetujui hubungan mereka, terutama pak Fahri, ayahnya Rendy. Akankah Nirmala akan mempertahankan kisah cintanya bersama Rendy? Ataukah Nirmala harus mengikhlaskan Rendy menikah dengan wanita lain?
Buka▼
Bab

Namanya adalah Nirmala, wanita berusia 27 tahun tinggal di lingkungan prostitusi. Ibunya adalah seorang mantan mucikari berusia kurang lebih lima puluh tahun. Entah bagaimana kisahnya Nirmala bisa dilahirkan di keluarga itu. Nirmala hidup bersama kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya. Tetapi, Nirmala dan kakak laki-lakinya tidak akrab, karena kakak Nirmala sudah tidak pernah kembali kerumahnya lagi semenjak ayahnya telah mengusirnya.

“Bu, cepat belikan aku minuman,” ujar ayah Nirmala kepada ibunya. Ayah Nirmala adalah seorang pecandu minuman beralkohol. Ayahnya bernama Nugroho, berusia 59 tahun. “Sudah tua tetapi tidak mau bertaubat malah menjadi-jadi,” ujar Nirmala dalam hati.

Nirmala selalu iri dengan para wanita seusianya yang mempunyai ayah yang sayang terhadap mereka, Nirmala tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti mereka. Ayah Nirmala tidak pernah memperhatikannya, bahkan Nirmala pernah dipukul oleh ayahnya ketika menentangnya.

Kini dirumah hanya Nirmala yang mencari nafkah untuk mereka makan, ayahnya sudah tidak bekerja lagi semenjak usaha judinya ditutup oleh pemerintah sekitar. Ayahnya juga tidak menghargai hasil kerja keras Nirmala, bahkan ayahnya telah menghina Nirmala, karena Nirmala bekerja dengan gaji yang sangat kecil, tidak sebanding dengan penghasilan ayahnya ketika membuka usaha perjudian.

“Hai, sini kau!” ucap pak Nugroho kepada Nirmala. “Iya ayah?,” jawab Nirmala. “Kau itu carilah pekerjaan lain, gajimu itu sangat sedikit,” ujar ayah Nirmala. Kala itu ayah Nirmala sedang mabuk. Ayah Nirmala memang sering berkata sembarangan ketika sedang mabuk.

Dahulu ayah Nirmala bukanlah pemabuk, semenjak kakak Nirmala yang bernama Yudistira menentang apa yang dikerjakan ayah Nirmala, maka ayah Nirmala menjadi depresi. Yudistira selalu mengajak pak Nugroho untuk segera menutup tempat perjudiannya, tetapi pak Nugroho menolaknya, bahkan pak Nugroho selalu mengumpat putranya itu. “kau bilang hartaku ini haram?, Hei, kau bisa hidup dengan perjudian ini,” ucap pak Nugroho sambil terkekeh. “Ayah, aku ingin ayah menjadi lebih baik, aku ingin ayah menuju kejalan kebenaran, ayo ayah, kita bersama-sama menjadi orang yang lebih baik,” ujar Yudistira. Belum menjawab apapun, pak Nugroho langsung menampar pipi Yudistira dengan sangat keras, sampai Nirmala yang saat itu sedang dikamarnya pun mendengar suara itu. “Kakak,” ucap Nirmala seraya menghampiri kakaknya, “nirmala, jagalah dirimu baik-baik, sepertinya kakak harus pergi dari kehidupan keluarga ini,” ucap Yudistira lalu meninggalkan mereka. Sudah bertahun-tahun lamanya Yudistira tidak pernah mengunjungi kedua orang tuanya.

Ayah Nirmala memang sangat keras kepala, selain seorang pecandu, ayah Nirmala juga seorang laki-laki yang kasar, beberapa kali Nirmala melihat ayahnya sedang memaki ibunya karena perbedaan pendapat. Ibu Nirmala bernama ibu Sri Rahayu, wanita yang sangat santun dan berasal dari desa.

Itulah kisah yang Nirmala ingat sampai saat ini, ayah Nirmala meninggal karena penyakit jantung yang dia derita karena terlalu banyak meminum minuman keras. Kini Nirmala hanya hidup bersama ibunya saja, Nirmala juga merasa sedih sekaligus senang saat ayahnya telah meninggalkan dunia ini, disisi lain, Nirmala sedih, karena sekarang sudah tidak ada lagi sosok ayah dalam hidupnya, tetapi disisi lain Nirmala senang karena sekarang sudah tidak ada lagi yang memaki-maki ibunya lagi.

Nirmala sering gagal dalam hal percintaan karena dirinya tinggal di lokalisasi. Para orang tua mantan pacar Nirmala tidak menyetujui setelah mereka tahu Nirmala tinggal di lingkungan prostitusi itu. Oh iya, Nirmala bekerja sebagai seorang kasir di suatu swalayan di kota itu, dari situlah Nirmala dan Rendy mulai bertemu, Rendy adalah seorang pemilik restoran yang tidak jauh dari tempat Nirmala bekerja. Rendy sering berbelanja di tempat Nirmala bekerja, karena sering bertemu itulah, maka timbul benih-benih cinta antara mereka berdua, kala itu Rendy mengaku bahwa dirinya adalah tukang antar makanan di restoran itu. Nirmala percaya saja saat Rendy menjelaskan bahwa dirinya bekerja sebagai seorang tukang antar di restoran itu. Suatu hari saat Rendy berbelanja, Rendy memberanikan diri untuk berkenalan dan meminta nomor telepon Nirmala, Nirmala pun menyambut Rendy dengan baik, karena Nirmala berfikir Rendy adalah laki-laki yang sangat sopan dan sangat menghargai seorang wanita. Setelah mereka berdua bertukar nomor telepon, akhirnya Rendy dan Nirmala pun memutuskan untuk melakukan kencan pertama mereka disebuah taman tidak jauh dari tempat mereka bekerja.

Awalnya Rendy tidak mengetahui jika Nirmala tinggal di lingkungan prostitusi, tetapi sejak kencan pertama itulah, Rendy mengantar Nirmala pulang, dan akhirnya Rendy mengetahui semuanya. Selesai berkencan, Rendy mengantar Nirmala pulang. Dengan hati yang sangat berdebar dan berfikir macam-macam Nirmala memasuki rumahnya. Sampai didalam rumah, Nirmala duduk diruang tamu, “mala?,” sapa Bu Sri, ibu Nirmala. “ya Bu?,” jawab Nirmala pelan. “Ada apa?, Kenapa wajahmu murung?,” tanya Bu Sri. “Bu, Mala sangat takut, Mala takut jika Rendy tidak menerima keadaan Mala seperti yang terjadi dahulu kala,” ujar Nirmala sambil memegang tangan ibunya. Bu Sri lalu mengusap tangan Nirmala dan berkata, “semuanya sudah diatur oleh yang kuasa, Mala. Maka kita sebagai manusia tidak usah merasa takut, kita ikuti saja alurnya, jika nak Rendy adalah jodohmu, pasti dia akan menerima dirimu dengan apa adanya,” ucap Bu Sri. Kata-kata Bu Sri membuat hati Nirmala menjadi tenang, Nirmala harus pasrah dengan apapun yang terjadi, karena semuanya adalah kehendak yang maha kuasa. “bu, Mala kekamar dulu ya,” ucap Nirmala sambil berjalan menuju kamarnya.

“Kasihan Nirmala, dia yang menanggung dosa orang tuanya karena orang tuanya dahulu pernah berbuat dosa,” ucap Bu Sri berkata sendiri.

Sesampainya dikamar, Nirmala dikejutkan oleh ponselnya yang sedang berbunyi, “terima kasih untuk waktunya, Mala. Selamat tidur, semoga mimpinya indah,” pesan itu berasal dari Rendy. Kemudian Nirmala menelepon Rendy, “halo, Rendy. Terima kasih kembali untuk kencan pertamanya,” ucap Nirmala di telepon. “kamu senang?,” tanya Rendy sambil menahan senyum di wajahnya. “Aku bahagia, terima kasih Rendy, oh iya Rendy, apakah kamu tidak mempermasalahkan tempat tinggalku?,” tanya Nirmala penasaran. “Tidak Nirmala, kau tinggal disana itu bukan salahmu, lagipula tempat itu tidak mempengaruhimu, kau seperti bunga teratai, tetap indah meski tumbuh di sungai yang kotor,” ucap Rendy romantis. “Baiklah, terima kasih ya,” ucap Nirmala lalu langsung menutup teleponnya. Nirmala sangat senang, Rendy bersikap demikian. Meskipun mereka belum berpacaran, tetapi Nirmala sangat yakin bahwa Rendy akan memintanya untuk menjadi pacarnya. SetelahSetelah mereka berbincang lewat telepon, Nirmala tertidur pulas dalam kamarnya.

Bu Sri yang kala itu sedang diruang tamu memikirkan Nirmala, Bu Sri mulai berjalan kearah kamar Nirmala, membuka kamarnya dan melihat Nirmala sudah tertidur pulas. “Ya Tuhanku, berilah anakku kehidupan yang pantas. Dosaku dan suamiku biarlah kami yang menanggungnya, biarkan Nirmala hidup bahagia,” ucap Bu Sri seraya meninggalkan kamar Nirmala.