PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Dibalik Almamater Kuning

Dibalik Almamater Kuning

Penulis:Rintik Hati

Tamat

Pengantar
Bagaimana jika aksi Demo penolakan UU Cipta Kerja yang terjadi di depan Gedung DPR RI menjadi ajang dalam menemukan orang yang disuka? Teriakannya, semangatnya, juga bagaimana cara ia membela rakyat kecil adalah sebuah nilai plus dimata gue. Dia, perempuan yang membuang almamaternya dalam aksi demo itu telah berhasil membuat gue Si Ketua BEM meleleh tanpa sadar. Ya, gue adalah Ketua BEM Universitas Indonesia memiliki banyak aktivitas kampus ini telah meleleh karena seorang perempuan yang nggak gue ketahui namanya. Mulai hari itu, gue mencoba untuk mencari tahu sosok wanita hebat itu.
Buka▼
Bab

“Dip!! Anak anak udah kumpul di depan kampus tuh, jadi kapan mau berangkat demonya?” Panggil cowok beralmamater kuning itu pada temmannya yang masih tampak sibuk membereskan barang barangnya Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa.

“Sekarang aja Rel, lo duluan sama yang lain. Gue masih harus ketemu sama Pak Kusuma dulu mau lapor soal demo hari ini.” Jawab cowok yang bernama Dipta—yang merupakan Ketua BEM.

“Okedeh, kalo gitu gue duluan.” Kata Farrel lagi, yang hanya mendapat anggukan dari Dipta.

Dipta segera membereskan barang barangnya dan langsung bergegas menemui Pak Kusuma di ruangannya. Setelah ia bertemu dengan Pak Kusuma, beliau berpesan untuk tetap mematuhi protocol Covid 19. Yang mana saat ini kami melakukan demo di tengah pandmei Cowid 19. Setelah mendapat wejangan dari Pak Kusuma, ia segera bergegas menyusul Farrel dan mahasiswa yang lainnya menuju kantor DPR RI.

***************************************

“Lo jadi ikutan demo Rat?” Tanya seorang cowok yang kemudian duduk di samping gadis yang dipanggilnya.

Gadis itu menoleh sebentar, sebelum kemudian menjawab. “Jadi, kenapa emang? Lo lupa kalo gue ikut andil dalam aksi demo kali ini Hel?”

Helmi namanya, cowok yang berada di samping gadis bernama Ratu itu hanya terkekeh mendengar jawaban sahabatnya itu. “Iya iya, gue tahu kok lo paling semangat kalo urusan kayak ginian mah.”

“Heh Rat, tapi lo ikutan demo gini nggak akan mempengaruhi beasiswa lo kan? Kalo itu berpengaruh, mending lo nggak usah ikutan deh!” Cowok yang sedari tadi memainkan game di ponselnya itu ikut menyahut.

Ratu berdecak pelan. “Nggak bakallah Dam, mana berani mereka nyabut beasiswa gue gitu aja! Gue ini ikut berpengaruh dalam aktivitas kampus, jadi mana mungkin Cuma gara gara gue ikutan demo terus mereka mau nyabut beasiswa gue!!”

“Ya bagus deh kalo itu nggak berpengaruh. Sayang aja gitu, lo udah susah susah dapet beasiswa gini tapi ntar malah dicabut gara gara lo ikutan demo.” Ujar Gibran sambil membenarka letak kacamatanya.

Ya, Ratu adalah Mahasiswa Universitas Indonesia semester 2. Ia berhasil masuk ke Perguruan Tinggi terkenal itu melewati jalur SNMPTN, tentu saja ia memperolah beasiswa karena kepintarannya dan keaktifannya dalam organisasi Kampus. Ratu bukanlah dari kalangan keluarga kaya yang mampu membeli apapun yang ia inginkan. Ia hanyalah gadis biasa yang dibesarkan oleh Ayahnya seorang diri di rumah kontrakan yang tidak terlalu besar. Ratu telah bekerja keras sejauh ini, ia memiliki pola piker yang maju dan selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu daripada dirinya sendiri.

Ia memiliki 3 sahabat laki laki yang tak lain adalah Helmi, Gibran, dan juga Adam. Mereka bertiga merupakan sahabatnya sejak ia duduk di bangku SMA, sejak di SMA tak ada perempuan yang menyukai Ratu. Sehingga membuatnya tak memiliki teman perempuan, menurutnya berteman dengan sesama perempuan itu ribet. Mereka terlalu berisik, terlalu heboh tanpa alasan dan hanya mengobrol hal hal yang tidak berguna sama sekali. Sejak saat itu Helmi, Gibran dan Adam datang di kehidupannya dan menemani Ratu sampai saat ini. Ya, mereka berempat diterima di perguruan tinggi yang sama namun masuk dengan jalur yang berbeda.

*******************

Mereka berempat sudah bersiap untuk melaksanakan demo di Depan Kantor DPR RI. Aksi Demo kali ini merupakan aksi yang sudah sedari dulu Ratu inginkan, ia ingin merasakan rasanya berjuang untuk rakyat kecil di Negara ini. Ia ingin menjadi mahasiswa yang tak hanya sibuk menuntut ilmu di dalam kampus, tapi ia juga ingin mendapatkan pengalaman baru lewat demo kali ini. Bahkan saat demo berlangsung, gadis itu melempar almamaternya kearah Helmi, kemudian ia segera mengambil alih microfon dari tangan rekannya, dan menyampaikan aspirasinya sebagai seorang mahasiswa. Suara dan semanngatnyalah yang mampu membuat orang kagum akan jiwanya yang besar dan kuat. Sinar matahari yang terik tak membuatnya berhenti mengeluarkan aspirasinya, keringatnya telah beberapa kali menetes dan membasahi kaos serta rambutnya. Suaranya seolah tak cepat habis untuk berteriak, ia seolah mempunyai cadangan suara yang lain yang mampu ia gunakan seluruhnya.

Jauh dari pandangan Ratu, terdapat sepasang mata yang sedari tadi memandanginya dengan kagum. Sepasang mata itu tampak seperti terpesona denngan cara Ratu dalam menyampaikan aspirasinya. Semangatnya yang berkobar membuat jiwanya bergetar. Tanpa sadar, gadis itu telah mencuri pandangannya mulai hari ini karena aksinya. Bahkan gadis itu terlihat menghindari gas air mata yang diarahkan oleh Polisi pada para mahasiswa dan juga buruh.

Hari sudah mulai sore, Ratu yang sudah menghabiskan seluruh energinya itu duduk berselonjor di pinggir jalan. Ia memejamkan matanya menikmati setiap hembusan angina yang membuatnya sejuk. Tiba-tiba sebotol minuman isotonic dingin menempel di pipi kirinya, yang membuat gadis itu langsung membuka matanya kaget.

“Nih minum!” Suara lembut itu menyodorkan sebotol minuman dingin kepada Ratu.

“Thanks ya Hel.”

“Sama sama Rat.”

“Btw si Adam sama Gibran kemana? Terakhir gue liat mereka pas tadi masih rame ramenya demo.”

Helmi kemudian ikut duduk berselonjor di samping Ratu sambil meminum minumannya sendiri. “Udah balik ke kampus mereka, katanya sih mereka ada urusan. Oh iya, katanya juga banyak yang salut banget sama aksi lo tadi. Kayaknya ntar lo juga bakal di rekrut deh jadi anggota BEM."

Mendengar ucapan Helmi, Ratu hanya terkekeh. “Gue? Bakal di rekrut jadi anggota BEM? yang bener aja lo, dari awal gue udah nggak minat masuk BEM."

"Ya siapa tahu kan? Lagiann menurut gue, lo cocok kok jadi anggota BEM."

"Cocok cocok gundulmu!! Yuklah balik, gue harus bantuin bokap nuntup warung sebelum maghrib." Ajak Ratu yang kemudian bangkit dari duduknya."

“Yuk deh gue anter!"

****************

“Lo tahu nggak cewek yang tadi ngelempar almamaternya?” Tanya Dipta pada Farrel dengan tangan yang membawa minuman dingin itu.

Bukannya menjawab pertanyaan dari rekannya, Farrel justru focus pada minuman dingin yang dibawa oleh Dipta. “Wahhh Dip, tummben lo sweet gini sih. Lo tahu aja kalo gue lagi haus banget, ini pasti buat gue kan?” Katanya denga percaya diri.

“Dih nggak usah ngadi ngadi lo ya, siapa juga yang mau ngasih minuman ini buat lo!!”

“Lah terus kalo bukan buat gue, buat siapa dong?” Tanya Farrel bingung.

Dipta berdecak sebal. “Cewek yang tadi ngelempar almamaternya lo tahu apa nggak dimana?” Ulangnya lagi.

Farrel yang mendapat pertanyaan seperti itu kemudian terdiam. “Oh cewek yang tadi tadi? Gue nggak tahu dah, lagian lo ngapain siih nyari tuh cewek? Lo naksir ya??" Goda Farrel pada teman satu fakulktasnya itu.

Dipta yang ditanya deperti itu kemudian memelototkan matanya. "Dih enggk kok, lagian gue tuh cuma nanya doang."

"Masak?" Tanya Farrel sambil menaik turunkan alisnya seolah mencari kebohongan yang ada pada Dipta.

"Iyaa." Dipta menatap minuman dinginnya itu lama sbelum kemudian melemparkannya pada Farrel. "Nih buat lo aja!" Katanya lagi sambil beranjak pergi meninggalkan Farrel.

"Yee tadi katanya bukan buat gue, gimana sih lo plin plan banget jadi cowok!"

"INGET DIP, COWOK PLIN PLAN TUH KATANYA NGGAK ADA CEWEK YANG SUKA!! MAMPUS LO JOMBLO SEUMUR HIDUP!!" Teriak Farrel kesal.

"MULUT LO EMNAG MINTA DISUNATIN REL!!" Jawab Dipta tak kalah kesal.

"Emang mulut bisa disunat ya?" Gumam Farrel.

"Daripada lo berdiri disitu kek bocah ilang, mending lo ikut gue deh balik kampus. Kita disuruh balik kampus sama Pak Kusuma, katanya dia mau nyunatin lo sekalian."

"Sialan lo Dip!! Emang lo tuh pedes banget mulutnya! Cibirnya lagi.