PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Heirs Of Blood

Heirs Of Blood

Penulis:Neofelis

Berlangsung

Pengantar
Sebagai ketua tim code blue, Serkan terbiasa melihat kematian. Namun, untuk pertama kalinya dia melihat kejanggalan pada jasad bayi di ruang tindakan. Tubuhnya menyusut seolah darahnya diisap dalam sekali waktu. Tanpa luka ataupun jejak. Apa yang sebenarnya terjadi? Menurut rekan dokternya, kematian itu adalah tanda bahwa sang bayi menjadi santapan vampir pengisap darah. Makhluk mitologi yang tersembunyi di balik kegelapan. Serkan belum percaya seutuhnya. Namun, pandangan itu berubah sejak dia bertemu dengan Evelyn, seorang gadis aneh dan misterius dari Hutan Terlarang. Hutan yang diyakini menjadi tempat tinggal para vampir penebar teror kematian. Evelyn sendiri tak pernah bisa bersikap biasa sejak bertemu Serkan. Aroma pemuda itu benar-benar luar biasa. Bukan aroma darah biasa, tetapi pemuda itu memiliki "golden blood."
Buka▼
Bab

Serkan masih berkaca di depan cermin. Ia merapikan rambutnya yang basah karena dilapisi pomade. Lalu ia merapikan kemejanya yang sedikit lecek Serkan adalah penganut kerapian. Jika ada bagian yang lecek, ia harus segera merapikan atau menyembunyikan. Seelah dirasa cukup rapi, ia pun keluar dan berjalan dilobi rumah sakit sambil mengacingkan snelli di tubuhnya yang ramping. Sesekali ia merapikan rambut hitamnya yang jatuh ke dahi. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan. Ternyata masih ada waktu empat puluh lima menit sebelum pergantian shift. Mungkin ia bisa singgah dulu ke untuk mengisi perutnya di kantin untuk makan siang. Ia harus mengisi tubuhnya dengan energi agar bisa bertahan sampai malam. Jam shift dia hari ini cukup panjang.

Serkan berbelok menuju toilet khusus pegawai rumah sakit. Kaki jenjangnya menyusuri lorong-lorong yang ramai oleh beragam manusia. Suara kursi roda yang meluncur mulus di lantai. Seorang anak yang memapah ayahnya yang renta menuju pintu keluar. Di sisi lain, pintu lift terbuka dan langsung disesaki oleh antrian keluarga pasien hingga harus ditangani oleh satpam. Beberapa perawat juga berlalu-lalang di sisi lorong yang lain, entah untuk visite atau mengecek kondisi pasien.

Tiba-tiba pundak Serkan ditepuk. Pemuda itu tersentak dan menoleh. Seseorang berdiri di belakangnya.

“Hei, Serkan. Kau mau ke mana sekarang?”

Seorang pemuda berusia tiga puluh lima tahun tersenyum lebar, mirip cengiran. Ia menyugar rambutnya dengan sebelah tangan. Matanya bergerak jenaka.

“Kantin. Memangnya kenapa?”

“Bayi Serkan tidak membawa bekal hari ini?”

Benar juga. Biasanya dia tidak pernah ke kantin. Ia selalu makan siang bersama Savanna, kekasihnya. Namun hari ini gadis itu tidak bertugas. Jadi Serkan harus melalui hari ini sendirian.

Sangat menyedihkan.

Serkan menggeleng.

“Kenapa?” Elson masih iseng bertanya, atau lebih tepatnya, mencari cara untuk menertawakan Serkan.

“Kau tahu kenapa.”

Elson terkekeh. “Jangan sedih, Serkan. Kau tidak sendirian. Ada aku, Delonix, dan Gavroche. Ini tidak akan menyedihkan.”

Serkan hanya mengangguk tak semangat. Wajahnya yang bersinar kini terlihat pucat dan lesu. Namun Elson tetap menariknya ke arah kantin. Di sana, dari kejauhan terlihat dua orang pemuda yang duduk mengitari meja bundar di pojok kantin.

“Tumben Serkan ke sini,” tanya seorang pemuda berambut coklat. Ia memutar sedotan logam di tangannya, mengaduk-aduk jus di dalam gelas. Namanya Onix, seorang dokter spesialis jantung paru. Usianya tiga puluh dua tahun. Dia adalah kakak tingkat Serkan di fakultas kedokteran. Baginya Serkan sudah seperti adiknya sendiri.

“Aku yang mengajaknya,” timpal Elson sambil tersenyum bangga. Ia melirik Serkan mencari dukungan. Namun, pemuda itu hanya tersenyum tipis. Ia tak lebih dari seorang remaja labil yang sedang bad mood.

“Ayo sini. Mari manfaatkan waktu sebelum shift kamu dimulai. Jadi dokter jaga itu tidak mudah, kan?” Gavroche menarik bangku di sampingnya, lalu menepuk sandaran kursinya. Sebuah isyarat agar Serkan duduk di sana.

Gavroche adalah dokter spesialis anak. Usianya tiga puluh tiga tahun, setahun lebih tua dari Delonix. Sejak awal, Serkan kagum padanya, bahkan berencana ingin mengambil spesialis yang sama. Gavroche juga rekan diskusi yang sangat baik. Ia memiliki banyak pengalaman, terutama dengan anak-anak. Ia juga tak pernah memperlakukan Serkan dengan perundungan seperti yang umum didengar antara senior dan junior.

Serkan dan Elson melangkah menghampiri keduanya, lalu duduk di kursi yang tersisa.

“Ada kabar apa hari ini?”

Elson menumpukan kedua tangan di atas meja. Berusaha bertingkah lucu. Ia memang yang paling aktif, terutama dalam menanyakan gosip terbaru atau hot news, terutama dari shift sebelumnya.

Mendengar itu, Delonix mendengus pasrah. Wajahnya mendadak lesu. Elson langsung menyipitkan mata. Ia merasakan ada angin segar.

“Apa yang terjadi?” tanya Serkan. Seluruh bad mood yang ia rasakan sejak tadi mulai menguap sedikit demi sedikit. Perasaan dan kegalauannya tak penting lagi sekarang. Melihat ekspresi Delonix yang berbeda, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Delonix sangat terampil dan bertangan dingin. Tak ada satu pun kasus besar yang tak berhasil ditanganinya. Lalu apa yang membuatnya terlihat mendung seperti itu?”

“Ada pasien anak yang meninggal tak wajar.”

Serkan menaikkan sebelah alis.

“Berbeda dari sebelumnya?” tanya Elson. Ia melirik ke arah Gavroche yang tidak terlihat terkejut sedikit pun. “Kau sudah tahu hal ini?”

“Tentu saja. Aku ikut terlibat saat CPR tadi.”

CPR atau resusitasi jantung paru adalah tindakan medis untuk membantu menangani henti jantung dan henti napas. Ini menjadi basic life support yang penting bukan hanya di dunia medis, tetapi juga di ruang publik.

“Sakit apa?”

“STEMI. Tapi kondisinya tidak normal. Lebih parah dari pasien STEMI yang biasanya. Apalagi dia mengalami penyumbatan empat puluh persen dan sudah melalui kateterisasi. Kondisinya juga sempat normal, tapi ...”

Delonix menghentikan kalimatnya. Ia merasa berat untuk melanjutkan.

Serkan tiba-tiba jadi serius. Rahangnya mengeras. Dahinya mengernyit. Tubuhnya menegang. Seluruh bad mood tadi hilang seketika. Permasalahan ini lebih penting dari apa pun juga.

“Tiba-tiba kudengar suara teriakan. Lalu pas aku datang, dia sudah tak bergerak lagi.” Delonix geleng-geleng kepala. Ia terlihat syok atas kejadian ini.

“Aku sempat membantu kompresi dada,” sela Gavroche. “Entah berapa siklus saat itu. Mungkin lima sampai sepuluh. Dan setelah itu aku baru sadar ...”

Elson menegakkan tubuh. “Baru sadar apa, sih? Kalian kalau cerita jangan setengah-setengah dong. Pas sekali memotong bagian cliffhanger.”

Serkan melirik. Untuk ukuran seorang dokter, Elson ini memang sedikit tidak normal. Dia adalah pemuda penggila drama dan film. Makanya ia juga pemuda penuh drama dalam hidup. Setiap obrolan dengan orang lain, pasti ia kaitkan dengan bagian dalam cerita fiksi. Entah berapa kali ia menyebut konflik, resolusi, show, tell, setting, dan sekarang, cliffhanger.

“Dengar dulu sampai selesai, Elson. Ini benar-benar aneh dan tidak normal. Kita berdua rasanya masih harus memulihkan diri atas kejadian ini.”

Hening sejenak. Elson dan Serkan menahan diri untuk berkomentar. Sementara Gavroche dan Delonix saling pandang sesaat. Delonix mengangguk samar, lalu Gavroche memajukan tubuh ke meja. Dia merendahkan suara.

“Anak itu tidak punya jantung.”

“TIDAK MUNGKIN!” seru Elson. Suaranya melengking tinggi hingga membuat beberapa orang berjengit. Ia menunduk sambil minta maaf, lalu fokus pada Gavroche lagi.

“Iya kan? Aneh.” Delonix menambahkan. “Berdasarkan cara pikir orang normal, itu tidak mungkin. Tidak ada jahitan. Tidak ada luka, bahkan sekadar goresan. Semuanya bersih. Tidak ada yang melakukan apa pun di luar sepengetahuanku. Tapi ketika aku cek, rongga dada sebelah kirinya memang kosong.”

“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Serkan. Ia memijat pelipisnya. Astaga, ia benar-benar pusing.

“Beberapa jam kemudian, pasien bayiku juga sama. Dia meninggal tiba-tiba. Rongga dada kirinya kosong. Jantungnya hilang. Namun, pihak rumah sakit merahasiakan hal ini. Kedua jasadnya disemayamkan tanpa banyak suara.” Gavroche melanjutkan.

Serkan dan Elson saling pandang. Namun mereka berdua berbeda. Jika Serkan terlihat bingung seperti anak kecil yang baru mengetahui sisi dunia baru, Elson terlihat memikirkan sesuatu. Otaknya seolah menyambungkan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya dalam ingatan. Seolah ini bukan hal yang pertama kali.

“Bukankah ini saling berhubungan?”

Delonix menyipit. “Berhubungan dengan apa?”

“Ya, ini bukan pertama kalinya.”

Serkan tersentak. “Apa ini sering terjadi?”

“Tidak juga. Tapi beberapa kali pernah. Dan orang-orang lama di sini sudah terbiasa. Mereka tutup mulut.”

“Apa ini hal yang serius?”

“Sepertinya ini berhubungan erat dengan mitos yang tersebar selama ini. Wilayah ini tidak aman. Lebih tepatnya, berbahaya.”

“Jadi kita ditempatkan di tempat berbahaya?” Serkan bertanya polos.

“Siapa juga yang tertarik daftar di sini. Kita semua kan dipilih secara acak.”

Serkan mafhum. Dia dipilih karena menjadi dokter termuda di rumah sakit pusat. Sedangkan ketiga seniornya ini dipilih karena pernah bersitegang dengan petinggi. Mungkin itu salah satu cara untuk menjauhkan mereka dari pusat kuasa.

“Di sini, mau tak mau, kita wajib untuk mengikutinya sampai akhir.”

- BERSAMBUNG -