PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Get Married

Get Married

Penulis:Hdn03

Berlangsung

Pengantar
Dinda adalah seorang anak kaya pengusaha batu bara terkenal. Hidupnya yang penuh glamor, barang mewah, dan selalu di manjakan sedari kecil tidak menyangka bahwa kemewahan nya akan terhenti!. Siapa yang menyangka bahwa hidup glamor itu harus terhenti hanya karena Dinda harus menemukan cintanya?. Dinda yang sudah berumur 25 tahun harus mencari cintanya agar semua hidup glamor dan fasilitas nya kembali. Apakah Dinda dapat menemukan cintanya?.
Buka▼
Bab

BRIIIIIINNGGG!

Jam weker telah berbunyi, menandakan waktu yang telah di tentukan sudah tiba.

"Huaommmmm." Dinda menguap dan mengusap matanya.

"Ohh baru pukul lima. Tidur lagi deh, sebentar tidak akan lama," ucap Dinda sambil mematikan jam alarm nya. Mata nya pun kembali tertutup dan tertidur dengan nyenyak.

***

"Hahaha ayo kejar aku," teriak seorang anak kecil yang tampan sambil berlari.

"Kamu curang!" dengan wajah yang cemberut dan gaya menyilang tangan.

Anak kecil itupun menghampirinya dengan napas ngos-ngosan sambil tersenyum manis lalu memegang rambut anak kecil yang sedang cemberut.

"Kamu kena." lalu anak

kecil perempuan itu lari sambil tertawa riang.

"Itu kamu yang curang!" ujar anak kecil tampan itu seraya berlari mengejarnya.

Mereka bermain, berlari dan bersenda gurau.

"Nanti jika kita sudah dewasa kita menikah," ucap anak perempuan itu sambil menunjuk kan jari kelingking nya untuk berjanji.

"Janji?"

"Janji," balas anak laki-laki tampan menoleh dan berjanji kepada anak perempuan itu.

***

"Haaaaaaaaaa!" Dinda pun terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin.

"Huhhhh cuma mimpi," ucap Dinda sambil mengusap dadanya.

"Kenapa aku selalu saja bermimpi tentang anak kecil itu?" tanya Dinda dengan nada heran.

"Bahkan aku tidak mengenali mereka. Sekarang jam berapa ya?" gerutu Dinda sambil meraih handphone nya diatas nakas. Saat itu jam menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Haaa jam sembilan pagi? aku sudah terlambat!!!" Teriak Dinda beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

"Aduuhhh kenapa bisa telat sih aku kan sudah menyetel alarm." Ucap Dinda sambil bersiap siap dan turun kebawah.

"Apa alarmnya rusak ya?" tanyanya, padahal dia sendiri yang mematikan alarmnya tadi.

"Sarapan dulu deh sebentar." Tangannya mengambil roti dan selai strawberry di atas meja. Dengan mulut yang penuh roti Dinda berlari menuju garasi untuk mengambil mobil.

"Yaampun kunci mobil dikamar," kata Dinda sambil menepuk keningnya.

Dinda pun berlari menuju kamarnya lagi untuk mengambil kunci mobil.

Dinda memang orang yang sangat sulit untuk disiplin, ditambah orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka.

Ayah Dinda seorang pengusaha batu bara sedangkan Ibunya mempunyai cabang butik yang sangat banyak didalam maupun luar kota. Sehingga membuat Dinda susah untuk diatur apalagi tentang pergaulannya. Dinda hanya menghambur-hamburkan uang seperti belanja, nongkrong, dan jalan-jalan keluar kota bersama temannya. Di umur Dinda yang hampir beranjak 25 tahun itu masih memiliki kepribadian yang manja dan kekanak-kanakan sehingga teman atau orang terdekatnya hanya memanfaatkan uangnya saja.

Setelah mengambil kunci mobil dikamar Dinda pun segera meluncur pergi dari rumahnya.

TUT! TUT! TUT!

"Halo, kamu dimana Din?" tanya seseorang dari dalam telpon.

"Aku udah di jalan nih," jawab Dinda sambil mengemudi.

"Aku sama anak-anak udah nungguin kamu di cafe biasa, kamu cepetan dikit ya," pinta seseorang dalam telpon tersebut.

"Iya aku udah cepet kok," sahutnya. Tiba-tiba sesuatu jatuh dari saku Dinda. Dinda berusaha menggapai nya.

"Akhirnya…." Saat matanya menoleh ke depan, tiba-tiba Ade seorang ibu-ibu yang menyebrang. Dinda segera membanting stir mobilnya ke kiri dan berusaha untuk menghindari ibu tersebut.

"Aaaaaaaaa!" Teriak Dinda didalam mobil.

"Halo Din, kamu kenapa? dinda!" suara dalam telpon tersebut terdengar panik.

Dinda mengalami kecelakaan yang cukup parah karena mobilnya menabrak pohon di pinggir jalan. Orang-orang yang ada di sana segera bergegas menuju mobilnya dan menelpon ambulans.

***

"Halo buk, apakah ini dengan Ibu dari Dinda?"

"Iya saya Ibunya Dinda, memangnya ada apa?"

"Kami dari pihak rumah sakit ingin memberikan informasi bahwa anak Ibu mengalami kecelakaan sekarang dirawat disini," jawab seorang suster tersebut.

"Baik, saya akan segera ke sana," ucap Ibu Dinda sambil menutup telponnya dan bergegas kerumah sakit.

***

"Sus, saya mencari pasien yang bernama Dinda mustika ratu," tanya Ibu dan Ayahnya dimeja administrasi.

"Sebentar ya Pak, Buk saya cek dulu," ujar sang Suster, "Dinda sedang dirawat di ruang mawar nomor 2 buk sebelah sana," sambung suster tersebut sambil menunjukan lorongnya.

"Terimakasih ya sus," ucap Ayah Dinda

Ibunyanya segera mencari Dinda dengan rasa khawatir karena Dinda adalah anak semata wayangnya.

"Dinda!" panggil Ibunya dari depan pintu.

Didalam masih terlihat dokter dan suster sedang menangani Dinda.

"Sretttt."

"Dok bagaimana keadaan anak saya Dinda dok?" tanya Ibunya dengan khawatir.

"Anak ibu baik-baik saja, syukur warga cepat menelpon ambulans kalau terlambat 15 menit saja mungkin nyawanya tidak tertolong," jawab dokter yang menangani Dinda.

"Alhamdulillah terimakasih dok." ucap Ibu Dinda dengan air mata di ujung pipinya.

"Bapak dan Ibu hanya perlu berdoa agar Dinda cepat siuman, kalau begitu saya permisi dulu," ujar dokter sambil berjalan berlalu di lorong rumah sakit.

Dinda saat itu hanya terbaring lemah dan tak berdaya dengan infus di tangan nya. Kedua orang tua Dinda hanya berdoa dan menunggu Dinda sadarkan diri.

Waktu demi waktu berlalu tidak terasa sudah 3 hari Dinda di rawat dirumah sakit. Ibunya yang berkonsultasi dengan dokter setiap hari kenapa anaknya belum juga sadarkan diri, merasa khawatir akan kondisi Dinda yang tak kunjung mendapat kemajuan.

Dokter yang setiap sekali memeriksa Dinda tidak menemukan hal-hal yang aneh atau pun penyakit yang menyebabkan Dinda tidak siuman selama 3 hari.

"Ini hanya perlu waktu Bu," kata dokter tersebut selesai memeriksa Dinda.

Ibunya yang sangat khawatir dengan kondisi anaknya berinisiatif untuk membawa anak nya keluar negeri untuk dirawat lebih intensif.

"Mas, bagaimana kalau Dinda kita bawa keluar negeri untuk dirawat lebih intensif?" tanya Ibu Dinda kepada suaminya berharap suaminya menyetujui permintaan nya.

"Dirawat dirumah sakit ini juga sudah intensif, bukan kah rumah sakit ini juga sudah bagus dan fasilitasnya memenuhi," ujar sang suami.

"Tapi mas…." Tak sempat Ibunya menyambung ucapannya tiba-tiba terdengar suara.

"Maaa … Paa!" panggil Dinda dengan nada pelan.

Ibu dan Ayah Dinda pun menoleh kearah Dinda dan menghampiri nya. Ibunya langsung memeluk nya.

"Kamu nggak apa-apa kan? apa yang sakit? mana yang sakit? beri tau mama nak?" desak sang Ibu dengan air mata bahagia melihat anak perempuan semata wayangnya itu sadarkan diri.

Dinda memang anak kesayangan atau istilah nya anak emas. Ibu dan Ayahnya sangat memanjakankan tapi Ibunya lah yang sangat memanjakan Dinda hingga dia tumbuh menjadi gadis yang susah disiplin dan berfoya-foya.

"Aku nggak apa-apa kok Ma…." jawab Dinda dengan suara serak basah.

***

Hari ini adalah hari Dinda pulang dari rumah sakit tepatnya seminggu setelah sadarkan diri. Dinda memang agak lama di keluarkan dari rumah sakit karena permintaan kedua orang tuanya agar Dinda memang dirawat sampai benar-benar sembuh dirumah sakit ini. Semua orang di rumah bersiap siap menyambut kedatangan Dinda apalagi seminggu akan datang adalah ulang tahun Dinda yang ke 25 tahun.

Sesampainya dirumah Dinda diberi kejutan selamat datang oleh orang tua dan teman-temannya. Dinda yang masih memakai kursi roda saat itu merasa senang sekali karena bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang dicintainya.