PopNovel

Baca Buku di PopNovel

You Are My Love

You Are My Love

Penulis:Ikka T Setyawaty

Berlangsung

Pengantar
Aurora Elizabeth Jackson terjebak pernikahan dengan Brayan John Carllos karena dendam masa lalunya. Kerjasama dirinya dengan pamannya berhasil membuat Brayan menikahi Aurora. Sosok wanita cantik itu dikenal oleh Brayan sebagai Noura Elizabeth Willlson. Aurora dan Pamannya Paman Dark Jakson mengganti nama dengan nama samarannya. Paman Dark mengganti nama sebagai Zhack Willson yang berpura-pura menjadi ayah Noura. Mereka berencana akan membunuh Brayan sebagai pembayaran dendam mereka. Atas pembunuhan yang dilakukan Brayan terhadap ayah Noura yang sekaligus kaka dari Paman Dark. Sosok Brayan sebagai seorang mafia yang ternama membuat Noura harus bermain cantik. Sehingga ia akan membunuh Brayan perlahan tanpa di sadari oleh orang-orang di sekelilingnya. Namun, belum semat dendamnya terbalaskan. Noura justru mengandung anak Brayan, hal itu membuat Noura sangat terkejut dan terpukul. Noura sangat bimbang memilih keputusan yang sangat berat. Antara melanjutkan dendamnya untuk membunuh Brayan yang sekaligus ayah dari anak yang dikandungnya. Atau ia terpaksa tetap menjadi istri Brayan demi kebahagiaan calon anaknya. Bagaimana akhirnya Noura memutuskan jalan takdir hidupnya? Apakah dia akan tetap membalaskan dendamnya pada suaminya? Ataukah dia akan tetap mempertahankan pernikahannya demi calon anak yang dikandungnya?
Buka▼
Bab

Pagi hari ini di Kediaman Carllos berjalan seperti hari-hari biasa. Semua anggota keluarga bersarapan pagi di ruang makan. Aurora yang di kenal oleh semua orang sebagai Noura istri Brayan. Dia tengah sibuk memikirkan tentang pembelian test pack yang akan dilakukannya nanti setelah sarapan pagi. Aurora yang terdiam memikirkan hal itu sampai membuatnya tidak sadar saat Brayan memanggilnya.

“Noura …,” panggil Brayan.

Brayan yang melihat Noura terdiam dan tak menjawabnya. Ia pun memanggilnya lagi sembari memegang tangannya dan berkata, “Noura … kau mendengarkanku?”

Noura pun menoleh pada Brayan saat ia merasakan sentuhan lembut di tangannya dan suara Brayan yang memanggilnya. “Hm … iyam Brayan. Ada apa? Kau memanggilku tadi?”

“Iya, aku memanggilmu tadi dank au hanya diam saja. Apa kau memikirkan sesuatu?”

“Memikirkan sesuatu?” seru Aurora.

“Iya, apa ada sesuatu yang mengusik pikiranmu?”

‘Ya … sesuatu itu sangat mengusik pikiranku bahkan ketenanganku.’ Batin Aurora.

Aurora pun mengalihkan padanya pada piring yang ada di hadapannya sembari berkata, “Memangnya apa yang mengsuik pikiranku? Aku tidak memikirkan apapun.”

“Lalu kenapa kau tadi terdiam?”

“Aku … aku hanya rindu pada papa,” jawab Aurora yang berbohong dan mengatakan bahwa dirinya merindukan papanya yang tidak lain adalah pamannya yang bernama Paman Dark.

Paman Dark ini di kenal oleh semua orang sebagai Tuan Zhack ayah dari Noura. Semua nama itu adalah nama samaran dari Paman Dark dan Aurora. Mereka melakukan semua itu untuk menutupi identitas aslinya dari Brayan dan agar mereka bisa membalaskan dendamnya.

“Jika kau merindukan papamu, kau ‘kan bisa menemuinya nanti,” ucap Brayan.

“Hm … iya, nanti aku juga akan menemuinya karena itu tadi aku akan mengatakan hal ini padamu,” jawab Aurora.

“Nanti akan aku antar kau ke rumah papamu,” ucap Brayan sembari mengelus rambut Aurora.

‘Apa … akan mengantarkanku? Tidak, aku tidak mau di antar oleh Brayan, lagi pula aku juga tidak akan menemui papa. Aku justru akan pergi ke apotek untuk membeli test pack.’ Batin Aurora.

“Tidak usah, Brayan. Aku bisa ke rumah papa sendiri.”

“Tidak … aku akan mengantarkanmu.”

“Brayan, kau ‘kan harus berangkat ke kantor.”

“Aku bisa nanti pergi ke kantornya setelah mengantarkanmu.”

“Tapi, Brayan. Tidak perlu aku bisa pergi sendiri, lagi pula ada supir yang akan mengantarkanku.”

“Aku juga ingin bertemu dengan papa. Jadi, kita akan ke sana nanti setelah sarapan.”

“Hm … baiklah, kalau itu maumu,” jawab Aurora yang terpaksa menyetujuinya.

“Oh, iya … di mana nenek dan Berlyn?” tanya Aurora yang tidak melihat mereka duduk di ruang makan.

“Mereka sedang berziarah di makam keluarga.”

“Oh … begitu, ya.”

“Iya, maka dari itu kita hanya sarapan pagi berdua saja.”

Setelah sarapan mereka pun berangkat menuju ke rumah Paman Dark. Dalam benak Aurora sangat kesal karena ia harus membuang-buang waktu untuk pergi ke sana. Waktu yang seharusnya di pergunakannya untuk membeli test pack pun terbuang sia-sia.

‘Sial, kenapa Brayan harus ikut denganku? Aku yang seharusnya pergi ke apotek untuk membeli test pack jadi gagal. Semua ini membuang-buang waktuku saja, bukannya aku tidak mau bertemu dengan papa … tapi, saat ini urusan test pack ini lebih penting bagiku.’ Batin Aurora sembari melihat jalan dan pemandangan di luar mobil.

Di pertengahan perjalanan Brayan mendapatkan telfon dari sekertarisnya. Dia mengatakan kalau ada rekan kerja Brayan yang mendadak ingin bertemu dengan Brayan saat ini. Dia adalah investor besar di perusahaan Brayan, sehingga Brayan pun akhirnya memutuskan untuk berangkat ke kantor sekarang.

“Hm … Noura, aku ada meeting mendadak dengan rekan kerjaku dia investor besar di perusahaan. Jadi, aku harus ke kantor sekarang juga karena itu aku tidak bisa mengantarmu ke rumah papa. Kau tidak apa-apa, ‘kan?” ucap Brayan.

“Iya, tidak masalah. Aku bisa ke rumah papa naik taksi saja.”

“Tidak, kau tetap menggunkan mobil ini untuk pergi ke rumah papa. Aku akan turun di sini untuk menunggu mobil yang satunya datang menjemput.”

“Tapi, Brayan. Kau di tunggu meeting sekarang, kau saja yang menggunakan mobil ini untuk berangkat ke kantor.”

“Biarkan saja, dia pasti akan menunggu sampai aku datang. Kau akan pergi ke rumah papa menggunkan mobil ini dan aku akan turun di sini untuk menunggu mobil yang lain datang menjemput. Jangan membantah, aku tidak suka di bantah!”

“Hm … baiklah, terserah kau saja.”

Brayan pun meminta supir untuk menghentikan mobilnya di sebuah halte pinggir jalan. Brayan akan menunggu mobilnya yang lain untuk berangkat menuju kantor. Sebelum turun dari mobil Brayan pun mencium kening Aurora terlebih dahulu. “Aku turun di sini, kau hati-hati di jalan, ya!”

Aurora pun mengangguk sembari menjawab, “Iya … kau juga.”

“Iya, salam untuk papa. Maaf aku tidak bisa menemuinya sekarang.”

“Baiklah, akan aku sampaikan salammu nanti.”

Brayan pun tersenyum sembari turun dari mobil dan berkata, “Hati-hati ….”

‘Untung saja, ada rekan kerjanya yang ingin bertemu mendadak. Jadi, aku bisa membeli test pack hari ini juga.’ Batin Aurora.

Mobil itu pun kembali melaju menuju arah rumah Paman Dark. Setelah sudah berjalan jauh barulah Aurora meminta supir untuk berhenti di salah satu apotek terdekat. Supir itu pun menuruti Aurora, dia berhenti di depan sebuah apotek.

Aurora turun dari mobil untuk masuk ke apotek, ia membeli barang yang ia gadang-gadang. Setelah menyelesaikan transaksi, Aurora pun memasukkan test pack yang tadi di belinya ke dalam tas lalu kembali ke mobilnya. Ia mengatakan kepada supir kalau dirinya ingin kembali ke rumah saja dan tidak ingin melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Paman Dark karena merasa tidak enak badan.

“Pak, kita putar balik, ya! Aku tidak jadi ke rumah papa karena aku merasa tidak enak badan,” ucap Aurora pada supirnya.

“Kalau begitu biar saya antar Nyonya Muda ke rumah sakit saja bagaimana?”

“Ke rumah sakit? Tidak perlu … aku tidak sakit, aku hanya kelelahan saja. Aku mau istirahat di rumah, Pak.”

“Tapi, Nyonya Muda. Sebaiknya Nyonya Muda periksa saja, atau saya akan menghubungi Tuan Muda untuk mengatakan hal ini.” Supir itu pun mengambil ponselnya untuk menghubungi Brayan.

“Tidak usah! Jangan mengatakan pada Brayan, kau hanya akan membuatnya khawatir. Aku bahkan tidak apa-apa, hanya kelelahan saja. Aku tidak ingin Brayan berlebihan memperhatikanku dan melupakan pekerjaannya di kantor.”

“Tapi nanti kalau Tuan Muda bertanya kepada saya … saya harus menjawab apa, Nyonya Muda?”

“Katakan saja kita tidak jadi ke sana karena papa tidak di rumah. Satu lagi … kau jangan mengatakan pada Brayan kalau aku memintamu untuk berhenti di apotek,” ucap Aurora yang memperingati supirnya.

“Kenapa saya harus berbohong, Nyonya Muda? Dan kenapa jug saya tidak boleh mengatakan kalau Nyonya Muda pergi ke apotek?”

“Jangan membuatku emosi, turuti saja perkataanku tadi! Ingat … jangan sampai kau mengatakannya dan jangan sampai kau salah bicara!”

“Hm … i-i-iya, Nyonya Muda,” jawab supir itu yang terbata.

“Ya, sudah. Kita pulang sekarang!”

“Baik, Nyonya Muda,” jawab supir itu lalu melajukan mobilnya untuk berputar arah kembali ke Kediaman Carllos.

***

Sesampainya di Kediaman Carllos, Aurora mengabaikan sekeliling ruangan untuk fokus menuju kamarnya. Ia sudah tidak sabar untuk mencoba test pack yang baru saja di belinya tadi di apotek. Kehilangan nafsu makan, badan terasa tidak enak dan juga beberapa kali merasa mual membuatnya khawatir kalau dirinya hamil.

Sehingga ia memutuskan untuk membeli test pack dan mengeceknya untuk mematahkan pikiran-pikiran negatifnya. Di kamar Aurora menuju kamar mandi sembari membawa test pack dalam genggamannya sembari berkata, “Aku harus mengeceknya sekarang juga.”

“Apa pun hasilnya aku harus sudah siap, tapi … aku tidak siap kalau nanti hasilnya positif,” ucap Aurora lagi.

Aurora pun menggelengkan kepalanya sembari berkata, “Tidak, Aurora. Jangan berpikir seperti itu, kau harus berpikir positif kalau hasilnya nanti akan negatif!”

‘Tapi … aku ragu, aku takut kalau hasilnya berbanding terbalik dengan keinginanku. Bagaimana jika semua prespektifku itu benar? Aku tidak bisa membayangkan itu semua, bagaimana nantinya kehidupanku? Hidupku … semakin tak tentu arah, bagai dedaunan kering yang terombang-ambing di udara.’ Batin Aurora yang bimbang.

***

Hay, Kaay’s Readers …

Coba tebak, kira-kira gimana reaksi Aurora setelah liat hasil test pack-nya?

Tulis jawaban kalian di kolom review, ya!

Miss Queen tunggu jawaban kalian di sana ya …

See you … dudduu ….