PopNovel

Baca Buku di PopNovel

JUST A FRIEND

JUST A FRIEND

Penulis:Desember2000

Berlangsung

Pengantar
Warning 18+ Baik Helena maupun Devano, keduanya hanya berteman dengan masing-masing dari mereka sudah memiliki kekasih hati. Helena, gadis cantik yang memiliki nasib sial jika menyangkut tentang suatu hubungan. Entah itu di selingkuhi, ditinggalkan ataupun tidak di anggap sama sekali. Sementara peran Devano untuknya hanya sebagai penghibur saja dikala Helena membutuhkan.
Buka▼
Bab

Lagi enak-enaknya main sama Siren, tiba-tiba dering ponselnya berbunyi. Ganggu banget sih sumpah, padahal udah Devano reject beberapa kali. Tapi tetep aja Helena terus-terusan nelpon.

Merasa geram, dengan terpaksa cowok itu mengangkatnya. Menghentikan sementara aksinya yang sebentar lagi mencapai puncak kenikmatan. Melangkah menjauhi ranjang.

"Halo?"

"No, temuin gue sekarang"

Devano bisa denger suara serak Helena dari panggilan telepon. Kalau sudah begini Devano gak bisa buat gak ngabulin permintaan Helena.

Siren yang masih baringan di ranjang dengan tubuh tidak dibalut sehelai benang pun namun tertutup selimut, menatap heran pada Devano. Tiba-tiba saja cowok itu kembali mengenakan baju nya, "Lo mau kemana?"

"Gue harus pergi sekarang, ada urusan mendadak"

"Tapi ini belum beres, No"

"Kita lanjut nanti ya, Ren" Ujarnya menghampiri Siren seraya membelai lembut pucuk kepalanya dan mmengecupnya singkat

Setelah itu Devano pamit, bohongnya sih Mama dia nyuruh dia jemput ke bandara, beres pulang dari Amerika. Padahal tujuan sebenernya kan apartemen Helena, nemuin cewek itu yang baru aja nangis di telepon.

Sesampainya di apartment cewek itu, Devano langsung masuk karena udah tau pin nya. Devano bisa liat Helena yang lagi tiduran disofa, matanya keliatan bengkak. Beneran abis nangis ternyata.

Helena yang sadar akan kedatangan Devano langsung bangkit memeluk tubuh cowok itu, melanjutkan tangisannya yang sempat terjeda.

"Jangan bilang lo abis putus lagi sama pacar lo" Ujar Devano yang hampir khatam sama kelakuan sahabatnya itu.

Helena cuma bisa mengangguk sambil terus meluk Devano. Berusaha memberinya ketenangan, Devano membalas pelukan Helena seraya tangannya mengelus lembut punggung cewek itu.

"Kok jaket lo wangi parfum cewek, No?" Tanya Helena sambil ngelepasin pelukannya.

"Jangan pura-pura gak tau gue abis ngapain, gue udah mau marah aja waktu lo terus-terusan neleponin gue, apalagi waktu lo nyuruh gue buat temuin lo. Gak tau aja gue bentar lagi udah nyampe klimaks"

Mendengar itu Helena semakin mempoutkan bibirnya. Melihat Helena, sepertinya Devano tau bahwa gadis itu sedang merasa bersalah. "Udah sih jangan dipikirin, gue gapapa. Gue udah ada disini, apa yang perlu gue lakuin supaya lo gak sedih lagi?"

Tiap kali Helena sakit hati, satu-satunya orang yang bakal nemenin dia nangis sampe ketiduran ya cuma Devano. Bahkan kali ini pun sama, ujung-ujungnya tangan Devano ia ikhlaskan untuk menjadi bantalan kepala Helena.

Mereka udah biasa tiduran di kasur yang sama, tapi gapernah ngelakuin hal yang lebih dari itu.

"No..."

"Apa?"

"Gue pengen nyoba"

"Nyoba apa?"

"Nyoba ngelakuin hal yang sama kayak lo kalau lagi bareng Siren"

Devano yang sama sekali gak pernah nolak apapun yang cewek itu mau mendadak cengo. Alias, permintaan Helena kali ini bener-bener aneh.

"Gausah ngaco" Ujar cowok itu membenarkan posisi tidurnya, memilih untuk menarik tangannya tidak lagi dijadikan bantalan.

"Anggep aja ini sebagai bayaran gue karena udah gangguin lo barusan"

Devano keukeuh gak mau, dia tau kalau Helena gak pernah ngelakuin hal beginian sama cowok, pernah juga dia curhat kalau mantannya mutusin dia karena Helena nolak pas di ajak nganu.

Helena tangannya gak tinggal diem, sesekali mengelus perut kotak-kotak cowok itu dibalik bajunya.

"Na, jangan mulai" Ujar Devano memberi peringatan. Devano menepis tangan Helena, dia beneran gak mau ngelakuin itu.

Helena merengut, sepertinya ia sedikit kesal karena baru pertama kali Devano nolak keinginannya. Helena menendang angin dibalik selimut seraya mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi Devano.

Devano tau Helena ngambek, Lantas ia menarik tubuh cewek itu mendekat. Memberikan pelukan dari belakang sembari membisikan "Ciuman aja ya?"

Helena menoleh, tanpa menunggu banyak waktu Devano menarik tengkuk cewek dihadapannya. Perlahan Devano mendekatkan bibirnya pada Helena, Dilumatnya bibir itu, memaksa Helena membuka mulut agar lidahnya bisa masuk menyusuri semua rongga yang ada didalamnya.

Helena melenguh, ia tidak bisa mengimbangi cowok itu. Helena memaksa melepaskan pagutan mereka. Devano sengaja memainkan bibir Helena menggunakan ibu jarinya, dengan mata yang tidak bisa beralih fokus ke arah lain.

Tidak puas hanya sekali, Devano menyesap bibir itu lagi. Kali ini Devano memposisikan tubuh Helena untuk berada diatasnya. Tangan Devano yang satunya sibuk membenarkan rambut Helena yang terus saja terurai kebawah.

Helana harus mengakui bahwa Jeno adalah pemain lidah yang baik. Cowok itu tersenyum saat memberi jeda diantara ciumannya. Diposisi itu, Helena bisa merasakan bagian bawah Devano yang mulai mengeras.

"Beneran gak mau lanjut?" Tanya Helena yang sebenarnya udah siap kalau Devano mau yang lebih daripada ini

"Engga, gue mau nuntasin di kamar mandi aja" Tegasnya

Bergegas Devano pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan semuanya, calon bibit-bibit unggulnya harus terbuang begitu saja kedalam kloset.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, cowok itu kembali menempatkan diri rebahan disamping Helena.

"Kali ini putus gara-gara apa?" Pertanyaan yang sedari tadi ingin Devano tanyakan. Namun belum nemu waktu yang cocok.

Helena menoleh sekilas, "Dia selingkuhin gue.. Terus dengan gak tau malunya dia malah ngaku kalau dia selingkuh terus pernah tidur bareng selingkuhannya"

"Padahal lo sendiri tidur bareng gue tiap hari"

"Beda, No. Gue tidur bareng lo ya emang pure tidur gak ngapa-ngapain lagi. Dia bahkan ngaku kalau pernah merawanin cewek lain. Se enteng itu dia ngaku ke gue" Geramnya

"Lo yang mutusin?"

"Iyalah!! Gila aja gue pertahanan cowok kayak gitu"

"Lo yang mutusin, lo yang sedih. Aneh emang, gangerti lagi gue sama pemikiran wanita"

Devano meraih ponselnya, mengetikkan suatu pesan untuk dikirim ke pacarnya. Berhasil terkirim, ia meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Devano tidak pernah kepikiran sama sekali dia bisa main sama dua cewek sekaligus dalam satu hari, walaupun yang satu engga sampe inti.

Suasana mendadak hening, keduanya sudah larut dalam kegiatan masing-masing. Devano yang terlelap dengan damai, sementara Helena masih membuka matanya sambil memandang wajah cowok itu dengan lekat

Coba saja jika Helena memiliki keberanian mengungkapkan perasaannya lebih dulu, mungkin sekarang cowok itu sudah menjadi miliknya.

Helena masih tidak mau mengakui bahwa ada perempuan lain yang menjadi prioritas cowok itu.