PopNovel

Baca Buku di PopNovel

CEO Killer

CEO Killer

Penulis:Eliyen

Berlangsung

Pengantar
"Dicium di pertemuan pertama oleh pria yang baru dikenal sama sekali tak pernah dimimpikan Yoona. Apalagi pria itu adalah Seo Joon, miliuner asal Seoul yang telah menyelamatkannya dari pelecehan Daniel. Dia berusaha keras tak jatuh cinta pada Seo Joon. Namun, bagaimana jadinya saat Yoona tak sengaja menjadi istri dadakan sang miliuner? Masalah makin rumit karena dunia mengenal Seo Joon sebagai tunangan Sora, aktris Korea Selatan yang sedang berada di puncak karier. Tak cukup sampai di situ. Seo Joon juga menyimpan rahasia kelam yang mengancam nyawanya sekaligus Yoona. Tidak ada jalan lain. Demi menyelamatkan dirinya dan Seo Joon, Yoona harus jadi penguntit dan mulai menyelidiki rahasia terdalam pria itu. Apakah Yoona akhirnya bisa menerima pria itu sekaligus menyelamatkan nyawanya sendiri?"
Buka▼
Bab

“Sstt ... jangan berisik, Yoona. Entar ada yang denger.”

Yoona terbelalak. Tangannya meronta keras di bawah cengkeraman Daniel. Sayang, tenaganya kalah jauh dibanding lelaki itu. Alhasil, Daniel bebas mendesak Yoona ke dinding.

“Dan, lepas,” desis Yoona kesal. “Udah enggak lucu lagi, tahu!”

“Kenapa? Kita kan, udah pacaran lama?” Lelaki berkulit sawo matang dengan tinggi mencapai seratus tujuh puluh sentimeter itu mulai menunduk. Bibirnya mencari-cari bibir Yoona.

Sayang, si gadis sepertinya tidak satu ide dengan si lelaki. Kepala itu terus menggeleng kuat-kuat, membuat Daniel kerepotan untuk mencium.

“Berhenti, enggak?” Daniel mulai kesal.

“Kamu yang berhenti!” salak Yoona keras. “Aku enggak mau diginiin.”

Namun, Daniel tidak menggubris. Kaki lelaki itu menyusup paksa ke sela kaki Yoona, menahan gadis itu agar tidak melakukan tendangan atau tindakan defensif apa pun.

Sebagai gantinya, dia mendapat perlawanan keras. Sangat keras. Rontaan hebat Yoona mulai menipiskan kesabaran Daniel hingga lelaki itu hampir saja menampar gadisnya.

“Yoona, cuma dikit doang?” Daniel masih berusaha membujuk. “Aku enggak bakal masuk. Cuma gesekin di luar aja. Enggak bakal hamil juga.”

“Sinting kamu!” semprot Yoona.

Namun, bibir Yoona tidak mampu bicara lagi karena Daniel sudah membungkamnya dengan lumatan keras dan kuat. Hanya gelengan penuh tekad yang bisa dilakukan Yoona hingga membuat lelaki itu berang akibat penolakan gadisnya.

Satu tangannya mengunci dua tangan Yoona ke atas kepala, kakinya menahan pergerakan gadis itu, lalu tangannya yang bebas mulai menyusup masuk ke balik kaus lengan panjang Yoona dan menuju gundukan lembut yang selalu diincarnya dari gadis itu selama ini.

Spontan, gadis itu menjerit tertahan. Panik dia mencoba menghindari sentuhan lelaki itu. Namun, Daniel masih membungkamnya dengan lumatan kuat di bibir. Yoona memejamkan mata, mendadak diserang mual dan jijik. Sesuatu yang langka dalam hidupnya terjadi saat beberapa butir air mata mendesak turun.

Dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya dikunci. Rasa kesal dan amarah karena tidak berdaya membuat Yoona ingin muntah. Ciuman yang biasanya lembut, kini berubah jadi mengerikan.

Seandainya Daniel bukanlah seniornya. Seandainya lelaki itu tidak punya kemampuan bela diri jauh di atasnya. Pasti Yoona sudah menghajarnya habis-habisan hingga babak belur.

Namun, gadis itu tidak pasrah. Dia masih terus menjerit meski teredam. Dia masih terus meronta meski kekuatannya kalah jauh dari Daniel. Hingga di puncak keputusasaannya, Yoona berharap malaikat turun ke gang sempit tempatnya berada sekarang dan menjadi malaikat bersayap putih yang menyelamatkannya.

Mata Yoona terpejam erat-erat merasakan sentuhan Daniel yang makin liar. Tangan lelaki itu bertengger di dadanya, menangkup dan meremas dengan brutal. Gadis itu merasakan kesakitan alih-alih nikmat. Kali ini air mata Yoona meleleh deras. Dia mencintai lelaki ini, tetapi tidak suka dengan pemaksaan yang dialaminya.

Mendadak, Yoona merasakan kekosongan. Tekanan di tubuhnya menghilang. Tangannya sempat tertarik sebelum cengkeraman Daniel lepas. Lalu, suara pukulan yang biasa didengar Yoona saat latihan capoeira mulai memenuhi ruang pendengaran.

Gadis itu membuka mata. Pemandangan mengerikan tertangkap indra penglihatan. Yoona terbeliak. Kengerian menyengat hati melihat Daniel tergeletak di tanah. Seorang pria tinggi dengan tubuh ramping berada di atas Daniel, melayangkan bogem mentah berkali-kali. Suara tinju dari tangan yang kuat bertemu dengan tulang rahang menghasilkan debukan dan derakan keras. Yoona terbeliak ngeri. Jelas kemampuan taekwondo Daniel tidak ada apa-apanya dibanding nafsu membunuh yang menguar deras dari si orang asing.

“Kau tak mau pergi?” Si pria asing menghentikan sejenak pukulannya. Di bawah tindihannya, Daniel mengerang kesakitan.

Gadis itu tersentak mendengar sebentuk suara dingin dan berat. Segumpal rasa panas mengganjal di tenggorokan saat Yoona mencoba bicara.

“Dia ... dia pacarku.”

Pria itu menghentikan ayunan tangannya. Tinjunya tergantung di udara. Tanpa menoleh, pria asing itu berkata sinis.

“Ternyata aku sedang menghentikan pertengkaran antar kekasih.”

Bahasa Indonesia pria itu bagus dan fasih, tetapi tidak menyembunyikan logat asing yang tertangkap jelas oleh telinga Yoona. Dilihatnya si pria bangkit dari atas Daniel. Dia mengibaskan jas dengan anggun dan berjalan anggun menjauhi Daniel, seolah tidak terpengaruh perkelahian tidak imbang barusan.

Cahaya temaram lampu penerang jalan tidak mampu menunjukkan sosok si pria. Namun, sekelebat warna gelap rambut dan siluet hidung mancung sempurna terdeteksi oleh Yoona.

Gadis itu tertegun. Setelah berdiri, tinggi tubuh pria itu bisa terlihat jelas. Dia tinggi. Jauh lebih tinggi dari Daniel. Tubuh itu juga ramping alih-alih besar dan kekar.

“Bukan pertengkaran antar kekasih,” ujar Yoona cepat saat melihat si pria hendak bergerak pergi.

Ada perasaan asing yang menyusup masuk ke hati Yoona. Gadis itu merasakan dorongan kuat untuk menjelaskan. Daniel, lelaki yang tengah tergeletak di tanah, adalah pacarnya. Anehnya, Yoona justru merasa lebih aman bersama si pria asing.

Ucapan Yoona menghentikan langkah pria itu. Dia masih tidak menoleh, tetapi jelas tengah menyimak si gadis yang baru saja ditolongnya.

“Dia ... dia berusaha melecehkanku.” Gadis itu memeluk tubuh. Bahunya bergetar, teringat sentuhan Daniel yang tidak disukainya. Dadanya bahkan masih terasa nyeri akibat remasan kasar Daniel.

“Pacar melecehkan pacar?” Suara pria itu bernada bosan. Terdengar jejak tidak percaya dari si pria asing.

Yoona menelan ludah. Sama sekali tidak menyalahkan penolongnya. Gadis itu sadar perkataannya pasti akan dianggap kebohongan karena tidak mungkin ada lelaki yang melecehkan kekasihnya sendiri.

Dia kembali menggigil. Ingatan akan perlakuan Daniel ditambah hawa dingin udara jam satu dini hari membuat Yoona ingin segera meringkuk di balik selimut. Gadis bertinggi seratus 165 sentimeter itu mengusap-usap lengan sendiri. Bola mata gelapnya yang terlapisi lensa kontak menatap sosok sang penolong. Yoona berharap mengenakan pakaian yang lebih tebal dan sopan daripada saat ini. Kombinasi rok selutut dan kardigan tipis yang dikenakannya tidak mampu menghalau rasa dingin yang mencekam.

“Itu bisa saja terjadi,” jawab Yoona enggan. Pandangannya beralih dari si pria asing ke suasana gang yang gelap dan sempit. Ini salah satu celah antara dua bangunan restoran dan butik di Karanganyar. Toko-toko sudah tutup. Tidak terlihat seorang pun di jalanan.

Yoona yakin pria asing ini benar-benar keberuntungan. Dia pasti malaikat yang menyaru jadi manusia. Hanya itu satu-satunya alasan si pria asing bersedia menolongnya saat ini.

Gadis itu tertegun saat merasakan sesuatu yang berat dan hangat membungkus tubuhnya. Aroma parfum bercampur sesuatu yang maskulin terhidu indra penciumannya. Yoona mengerjap menyadari kain tebal dan hangat bertengger di bahunya.

Jas pria itu.

“Kau kedinginan,” ujarnya pelan.

Yoona mematung. Dia tidak menyadari pergerakan si pria. Kapan pria itu berjalan mendekatinya, Yoona sama sekali tidak tahu.

[Mungkin pria ini memang malaikat.]

Yoona tersentuh oleh kebaikan pria asing itu. Namun, penilaian baik Yoona tentang pria itu hancur berantakan saat telunjuk dan ibu jari itu menjepit dagu mungil Yoona.

[Atau mungkin dia setan yang mewujud manusia.] Yoona merutuk dalam hati saat satu sapuan hangat mendarat di bibirnya.