Hotel bintang lima di Kota Surakasi dipenuhi oleh para artis. Malam ini adalah pesta pertunangan Calvin Muhasin, putra sulung dari keluarga Muhasin, dan nona Eliana Antoro, putri kedua dari keluarga Antoro!
“Calvin ...kamu di kamar mana?” Sebelum pesta pertunangan dimulai, Eliana merasa pusing dan ia lalu meninggalkan ruang perjamuan sambil menelpon.
"8607." Di telepon, suara Calvin terdengar sedikit dingin, seolah-olah ia telah menekan semua gairah dan cinta yang pernah ia miliki untuknya di masa lalu.
“Kak Wulandari mengatakan kalau kamu ingin memberiku kejutan sebelum pesta pertunangan kita?” Eliana memiliki lesung pipi kecil yang terpampang dengan indah di pipinya, wajahnya merah merona, “... Apakah kamu ingin menjadikanku milikmu dulu? Tapi aku ingin malam pertama kita dilakukan saat pernikahan nanti, lagipula kita juga sudah menunggu dua tahun. "
"Aku tidak ingin bergurau denganmu, cepatlah datang."
Calvin menutup telepon.
Apakah dia sudah begitu tidak sabar untuk mendapatkan Eliana?
Eliana mengedipkan kelopak matanya, dia baru berusia 19 tahun, bukankah ini...
Seharusnya tidak apa-apa, dia akan segera menjadi tunangannya, bukan? Dia pun masih mencintai Calvin.
Eliana berjalan dengan sempoyongan di koridor hotel, wajah kecilnya yang mulus dan cantik sedikit panas, dia mengenakan gaun chanel pendek dengan bahu rendah, yang membungkus sosok figur indahnya, sangat menawan namun masih terlihat keimutannya——
"Aneh, jelas-jelas aku tidak minum banyak..." Ia menepuk keningnya, pandangannya berangsur-angsur kabur.
Di ruang perjamuan, dia awalnya tidak berencana untuk minum, akan tetapi Layla bersikeras bahwa dirinya harus minum sedikit dengan tamu, teman, serta beberapa artis terkenal.
Ketika memasuki lift, Eliana dengan kebingungan menekan tombol untuk lantai 6, akan tetapi, tidak disangka ia menekan tombol untuk lantai 8.
Lantai 8 hotel, lantai VIP.
Setelah keluar dari lift, Eliana langsung pergi ke kamar yang disebutkan oleh Calvin. Angka 8 dan 6 samar-samar terlihat sama, dan dia pun datang ke depan kamar 8807. Ia lalu mengangkat tangannya mengetuk pintu——
"Masuk." Suara bass seorang pria seksi terdengar dari dalam kamar.
Hanya satu kata saja sudah cukup untuk menggoda hati orang.
Eliana mendorong pintu dan masuk sambil tertawa mabuk, "Calvin,sejak kapan suaramu jadi begitu berat? Ya, seperti suara yang dipasang dengan bass yang mereka katakan itu."
Tidak ada lampu yang menyala di kamar yang ada di depan mata, namun samar-samar dapat terlihat siluet furnitur-furnitur mewah dan tempat tidur yang berukuran super besar-ini adalah kamar Presidential Suite.
Aroma parfum pria yang menyengat tercium di udara ruangan.
"Calvin ..." Setelah Eliana masuk sambil menyandarkan tangannya di dinding, tubuhnya ambruk ke atas tempat tidur besar yang super nyaman, "Kamu di mana?"
Tubuhnya terasa panas tanpa alasan, dan panas itu membuatnya merasa tidak nyaman.
Eliana menarik-narik bajunya ...
Suara air yang mengalir terdengar dari kamar mandi itu, dan setelah beberapa saat, sesosok pria bertubuh tinggi dan rupawan keluar dari sana.
Dalam pandangan remang-remang, pria itu mengenakan jubah mandi, dan garis-garis otot dada yang indah dan jelas terlihat samar-samar di dadanya yang terbuka, butir-butir air meluncur dan berjatuhan dari atasnya.
——Seorang pria yang ketampanannya akan membuat orang lain tercekat.
Dalam keremangan, mata berwarna kecoklatan pria itu menatap wanita ini, suaranya gagah dan memikat.
"Siapa kamu?"
"Gerah ..." Bibir merah muda Eliana sedikit terbuka, "Aku mau membuka bajuku..."
Setelah meminum segelas anggur yang diberikan ibu tirinya, seluruh tubuh Eliana tampaknya memanas, dan sekarang kesadarannya berangsur-angsur menjadi tidak jelas.
Pria itu melepaskan handuk yang ia pakai untuk menyeka rambut kepalanya, ia lalu mendekat dan menarik lengan Eliana, "Bangunlah, kamu datang ke ruangan yang salah—"
"Calvin ... Bukankah kau menginginkanku ..." Eliana segera melingkarkan lengannya yang mulus bak akar teratai di leher pria itu, dan dia tersenyum, "Aku sudah datang ... Kamu harus bertanggung jawablah kepadaku ya~"
Lelaki itu dengan kasar ditarik olehnya, dan dengan segera ia meletakkan satu tangan di atas Eliana, hampir seluruh tubuh Eliana ditutupi oleh tubuhnya.
Aroma ringan anggur merasuki hidungnya, diiringi dengan wangi manis seorang gadis.
Wanita ini!
Eliana hanya merasakan rangkulan kedua lengannya pada seseorang, dan mencium aroma sensual yang bersih dan menawan dari sabun mandi di tubuhnya, lalu pada satu titik, tenggorokannya terasa sedikit kering dan tubuhnya terasa lebih panas dan tidak nyaman.
"Aku merasa tidak nyaman, tolong berikan aku..." Eliana mengusap wajahnya dengan nyaman ke arahnya, seolah merasakan dingin di dadanya, panas di tubuhnya sedikit mereda.
Ia menutup matanya dengan gembira, siap menyerahkan dirinya pada seorang Calvin Muhasin di malam pertunangan mereka.
Pria itu bertengger di atas tubuhnya, dan wanita ini menempel kepadanya seperti seekor anak kucing. Seusai mandi, otot perut bagian bawahnya mengencang. Sudah terlalu lama ia menahan hasratnya, dan pengendalian dirinya yang kuat pun mulai perlahan-lahan runtuh akibat permohonan dan inisiatif dari perempuan ini. Perempuan ini benar-benar mangsa yang datang sendiri!
Dia menahan-nahan diri dan menelepon sekretarisnya, "Tidak perlu mengirim dokumen rapat. Besok saya akan langsung pergi ke kantor."
Di kamar presidential suite yang remang-remang, setelah pria itu menutup telepon, tubuhnya ditutupi dengan tubuh lembut Eliana——
"Cantik, kau yang menginginkannya..." Disandingkanlah bibirnya dengan telinga Eliana "Jangan kau sesali ini nanti."
Mengikuti angin yang berhembus dan siraman air hujan , dia menikmati bibir indahnya, dan terbukalah semua yang membatasi dan menutup tubuh Eliana.
Lelaki itu pun menggerayanginya, sepanjang malam, lagi dan lagi.
Keesokan harinya, Kelembutan dan pesona malam yang telah berlalu masih tersisa di dalam kamar itu.
"Ugh……"
Eliana mengernyitkan alisnya, mulut mungilnya bergoyang-goyang sedikit dan ia pun kembali tidur.
Presiden PT Kaisar, Benediktus Latif, memandang wanita yang berada di atas ranjangnya, gaya tidurnya begitu kekanak-kanakan, dipeluknya erat-erat selimut di dadanya, sepasang bahu yang putih bak salju serta wajah kecil nan anggunnya yang begitu indah dibawah sinar mentari pagi pastinya membuat orang-orang tercekat melihatnya.
Kulit di leher dan pundaknya putih laksana getah damar yang telah mengental, dan dengan segala macam memar dan cupang di sekujur tubuhnya, dapat dibayangkan seperti apa kegilaan mereka tadi malam...
Benediktus baru saja kembali dari luar negeri kemarin. Karena mengalami jet lag, ia pun berencana untuk tinggal di sini selama satu malam. Dalam perjalanan, dia meminta sekretarisnya untuk membawakan dokumen rapat, akan tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa wanita sembrono ini akan menyusup masuk ke dalam kamarnya.
Dia adalah pria dengan kontrol diri yang kuat, tetapi tadi malam ia tergoda oleh wanita ini sampai-sampai tidak dapat menahan diri. Sekarang dia dapat melihat dengan jelas, dan menemukan bahwa wanita ini ternyata terlihat polos dan lugu, dengan rambut keriting pendek yang sepanjang bahu, bulu matanya panjang dan lentik, Imut dan mempesona.
Melihat Eliana di atas ranjang, Benediktus mengeluarkan selembar kartu identitas dari tas tangannya dan melihat-lihat——
‘Eliana Antoro?’
"Saya akan sampai di kantor perusahaan dalam setengah jam ..." Dia menelepon, "Cari tahu seorang wanita bernama Eliana Antoro, dan minta seseorang untuk memberinya sejumlah uang, tidak perlu beritahukan tentang saya kepadanya . "
Anggap sebagai kompensasi karena sudah menghabiskan malam bersamanya, lagipula, wanita ini membuatnya merasa sangat puas tadi malam.
Setelah memberikan perintah kepada sekretarisnya, Benediktus mengangkat Eliana dan mengambil jaket yang berada di bawah tubuhnya.
"...Calvin."
Eliana bersuara dengan lembut.
Benediktus berhenti sejenak, ‘Calvin?’
Dia melirik mata Eliana yang bergerak sedikit , dan melihat tanda lahir berbentuk kupu-kupu yang berwarna merah muda di bagian belakang bahunya yang putih bak salju. Setelah mata Eliana kembali terpejam, ia lalu meninggalkan kamar presidential suite ini.
Klip dasi platinum berbentuk kepala singa ditinggalkannya diam-diam di tempat tidur, dengan inisial L.B terukir di atasnya.