PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Dipaksa Menikahi CEO Kejam

Dipaksa Menikahi CEO Kejam

Penulis:Yenita Wati

Berlangsung

Pengantar
Ibunya meninggal akibat kecelakaan bersama dirinya yang masih berusia delapan tahun. Membuat sang ayah semakin membenci dirinya dan menganggap bahwa ia yang menyebabkan ibunya meninggal. Hingga saat ia bertambah dewasa, sang ayah pun memaksanya menikah dengan seorang pengusaha kaya yang dikenal sangat kejam dan dingin agar hidupnya menderita. "Kau adalah pembunuh! Menderitalah seumur hidupmu!" Ucapan terakhir sang ayah sebelum putrinya pergi dengan suaminya. Menorehkan luka mendalam untuk sang putri yang diberi nama Fallen. Hingga akhirnya, misteri dibalik kecelakaan itu pun terungkap dan Fallen harus menelan pil pahit akan kenyataan yang harus ia terima
Buka▼
Bab

Fallen Permana, seorang gadis cantik yang hidup bagaikan di dalam sangkar. Ia tak pernah menginjakkan kaki bahkan untuk ke luar dari rumahnya. Bahkan ia bersekolah di rumah. Tanpa teman, tanpa kasih sayang, ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan penakut.

Bukan tanpa alasan, Fallen hidup dalam kesepian dan kesedihan akibat sang ayah yang bernama Gunanda sangat membencinya. Sebenarnya, sejak lahir, ayahnya tidak menyukai keberadaannya karena ia adalah anak perempuan. Keberadaannya pun turut mengganggu waktu Gunanda bersama sang istri.

Hingga saat Fallen berusia delapan tahun, bencana itupun terjadi. Ia dan ibunya terlibat kecelakaan sehingga membuat sang ibu meninggal.

Dan sejak itulah, Gunanda semakin membenci Fallen, yang ia anggap sebagai anak pembawa petaka.

Pada saat Fallen dewasa, ia dipaksa menikah dengan seorang CEO kejam bernama Arjun Wijaya agar hidupnya semakin menderita.

****

Di sebuah rumah mewah di tengah kota.

Plakkkk

Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi Fallen. Seorang gadis belia berusia 21 tahun. Pipi mulusnya kini terdapat ruam kemerahan akibat tamparan dari seseorang yang biasa ia panggil dengan sebutan Ayah.

"Apa kau bilang? Kau tidak mau menikah dengan Arjun?" tanya Gunanda dengan tatapan tajam.

"Dia sangat kejam, Ayah, aku takut." Fallen menangis sembari memegangi pipinya yang terasa sangat sakit akibat tamparan dari Gunanda.

"Asal kau tahu, aku tidak peduli dengan hidupmu. Aku menunggu saat ini, agar kau bisa menikah dengan pria kejam itu dan merasakan penderitaan seumur hidupmu, anak pembawa sial!" Gunanda menunjuk wajah Fallen dengan mata merah menyala, tampak jelas tatapan kebencian di matanya.

Fallen langsung bersimpuh di kaki ayahnya. "Ayah, aku mohon, jangan paksa aku menikah dengannya. Selama ini aku selalu menuruti keinginan Ayah. Kasihani aku, Ayah. Kenapa disaat Ayah mau berbicara padaku, malah ini yang aku dengar."

"Menyingkir dari kakiku, dasar sialan!" Gunanda mendorong tubuh Fallen hingga kakinya terlepas dari tangan Fallen.

Fallen hanya bisa menangis menerima perlakuan seperti itu dari ayahnya. Melawan? Tentu ia tidak akan berani. Karena sejak ia sadar dari koma, ayahnya tidak pernah menyayanginya, atau bahkan menganggapnya sebagai anak. Bahkan, publik pun tidak tahu bagaimana rupa anak dari seorang Gunanda Permana. Anak yang sejak lahir, tidak pernah diperkenalkan ke publik, dan lebih parahnya, ia mengklaim ke publik bahwa anaknya meninggal dalam kecelakaan bersama istrinya.

"Apa kau tahu, kenapa aku memberimu nama Fallen?" tanya Gunanda tanpa menatap wajah Fallen.

Fallen hanya diam mendengarkan.

"Fallen artinya jatuh. Dan aku ingin kau selalu jatuh, hidup berantakan, agar kau merasakan bagaimana tersiksanya hidup dalam penderitaan. Bagiku, kau itu hanyalah anak pembawa sial! Jika saja malam itu kau tidak bersama istriku, maka kecelakaan itu tidak akan terjadi! Kau yang menyebabkan istriku meninggal, dan kau malah hidup setelah itu!"

"Ayah, maafkan aku, aku tidak ingat apa yang terjadi saat aku masih kecil, aku bahkan kehilangan ingatan setelahnya." Fallen menatap sembari memohon.

"Harusnya kau tidak hanya kehilangan ingatan, harusnya kau kehilangan nyawa sekalian!"

Mendengar ucapan Gunanda, Fallen hanya bisa terdiam. Ia dapat mengerti pasti rasa cinta ayahnya pada ibunya sangatlah besar.

"Apa sekarang kau masih menolak?"

Dengan berat, akhirnya Fallen menggeleng. "Aku akan menuruti keinginan Ayah."

"Bagus, kalian akan segera menikah. Lebih cepat kau keluar dari rumah ini, itu akan lebih baik." Gunanda melangkah meninggalkan Fallen yang masih bersimpuh di atas lantai ruang keluarga.

Kakinya terasa berat untuk berdiri. Ia kembali mengingat perlakuan ayahnya setelah ia sadar dari koma. Begitu membuka mata, ia melihat tatapan kebencian di wajah ayahnya. Dan sejak itu, ayahnya tidak pernah mau berbicara dengannya kecuali hari ini, hanya untuk memaksanya menikah dengan seorang Arjun Wijaya, seorang CEO yang terkenal akan kekejamannya.

Seorang pelayan yang sudah berumur, datang menghampirinya lalu memeluknya dan ikut menangis. Dialah Fatimah, seorang pelayan yang menyayangi Fallen sejak kecil seperti anaknya sendiri. Ketika Fallen bersedih, dialah yang selalu ada untuk Fallen.

"Bibi Fatimah." Fallen menangis di pelukan pelayannya itu.

"Bersabarlah, Nona. Semua ini ujian untuk Nona. Bibi akan selalu menyayangi Nona." Fatimah mengusap pelan kepala Fallen. Tampak jelas bahwa ia sangat menyayangi Fallen.

"Kenapa semua ini terjadi padaku, Bi. Aku pun tidak ingin hidup seperti ini. Aku tidak ingin kehilangan ibuku, aku tidak ingin mengalami kecelakaan itu. Tapi kenapa semua harus seperti ini, Bi." Fallen mengeluarkan semua keluh kesahnya.

"Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan umatnya, Nona. Jalani semua ini dengan ikhlas, Bibi yakin Nona akan mampu melewatinya.

Setelah lama bertangis-tangisan, akhirnya Fallen pun pergi ke kamarnya.

Di sana, ia mengambil sebuah bingkai kecil berisi foto ibunya, lalu menangis. "Bu, kenapa Ayah tidak pernah menyayangiku. Kenapa, Bu?"

"Jika saja waktu dapat diputar ulang, pasti aku tidak akan menderita seperti ini. Aku ingin sekali saja, Ayah menyayangiku. Kenapa rasanya itu sulit sekali, Bu." Fallen mengusap air matanya yang ini membasahi foto ibunya. Dengan air mata yang masih mengalir, akhirnya ia pun tertidur.

*****

Di sebuah rumah mewah di kota yang sama.

Seorang pria tampan yang berwajah datar sedang menatap sebuah foto. Ia terus memandangi foto tersebut sambil sesekali tersenyum licik. Dialah Arjun Wijaya, pria berusia dua puluh delapan tahun yang merupakan calon suami Fallen.

"Kenapa Gunanda memberikan putri yang bahkan pernah ia klaim meninggal itu kepadaku? Apa yang ia rencanakan?" gumamnya sambil terus memandangi foto yang adalah foto Fallen.

"Hei, aku sedang bertanya, seharusnya kau menjawab ku, Jim," ucap Arjun tanpa menoleh.

"Apapun yang Tuan putuskan, saya yakin itu adalah hal yang tepat," ucap Jim, yang merupakan asisten pribadi Arjun.

"Bukan itu yang aku ingin dengar, apa kau ingin ku hukum cambuk lagi?" Kini Arjun menoleh ke asisten pribadinya itu.

"Saya rasa Tuan Gunanda ingin melihat putrinya menikah."

"Menikah? Atau menderita?" tanya Arjun kurang puas.

"Saya rasa, keduanya, Tuan."

"Ya, kau benar. Tidak ada gadis yang berani dekat denganku, dan dia malah menyerahkan anaknya yang masih belia itu. Lihat saja, aku akan membuat hidup gadis itu menderita. Karena aku, tidak percaya pada wanita." Arjun menatap tajam ke foto Fallen. Ia dapat melihat betapa polosnya gadis yang akan ia nikahi. Ia bahkan masih ingat, saat Gunanda mendatanginya beberapa hari yang lalu hanya untuk memintanya untuk menikahi putrinya, bahkan Gunanda rela membayar jika Arjun menolak untuk menikahi Fallen.

Namun, Arjun langsung menerima permintaan Gunanda tanpa syarat apapun. Itu merupakan suatu keberuntungan untuk Gunanda karena keinginannya untuk melihat Fallen lebih menderita lagi, akhirnya terkabul.

Arjun melangkah menuju lift untuk menuju ke kamarnya. Namun, saat ia menyentuh tombol luar lift, ia merasakan bahwa tombol itu masih berdebu.

"Panggil pelayan kebersihan!" teriaknya hingga membuat seisi rumah menjadi takut.

Beberapa pelayan kebersihan yang adalah wanita semua pun datang dengan wajah pucat. Tanpa berkata, Arjun langsung menampar mereka satu persatu dengan tangannya sendiri.

"Berani sekali kalian membuat debu menempel di lift. Sekarang, pergi ke ruang hukuman dan jalani hukuman kalian. Jika aku melihat kesalahan lagi, aku akan membuat kalian kehilangan satu anggota tubuh kalian!" Arjun melangkah masuk ke dalam lift. Sementara, Jim hanya mengantar sampai depan lift.

Hukuman apa yang mereka terima? Itu adalah hukuman cambuk. Sebagaimana yang telah disepakati saat mereka melamar kerja, mereka harus menandatangani surat yang menyatakan bahwa mereka siap menerima sanksi dan hukuman dari Arjun apapun itu, meski menyakiti tubuh mereka. Karena bekerja pada Arjun, artinya menyerahkan diri mereka pada CEO kejam itu.