PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Cerita Cinta

Cerita Cinta

Penulis:Natasya Drsye

Berlangsung

Pengantar
Awalnya semua berjalan tampak baik sebelum Sean mengenal Pandu. Pria yang mampu membuat hatinya luluh padahal belum pernah bertemu. Sialnya lagi, pria itu malah menantang Sean untuk membuktikan kebenarnya cintanya. Mereka yang terhalang jarak harus dipaksa bertemu walapun berbeda pulau dan tak diberi izin orang tuanya. Di sisi lain, Ayah Sean lebih memilih sosok nyata yakni Gilang sahabat dari anaknya. Karena Sean sudah dibutakan oleh cinta ia nekat menemui kekasihnya dan di luar dari dugaan, nasib malang menimpa. Ia dicopet oleh sekelompok preman dan disekap dalam sebuah ruangan.
Buka▼
Bab

Masih dengan rambut yang acak-acakan tak karuan, Sean bangun pagi ini sedikit lebih telat dibandingkan biasanya sebab ia tahu ini adalah akhir pekan. Tentu, ia akan menikmati hari yang menyenangkan ini dengan sedikit molor di pagi hari.

Seperti biasa, setelah megucek kedua matanya ia langsung meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Masih dengan mata yang mengantuk tiba-tiba tersenyum saat membuka pesan dari kekasihnya.

‘Selamat pagi, Sayangku. Sambutlah pagi ini dengan ceria dan jangan lupa sarapan karena kerja butuh tenaga, hehe.’

Kalimat singkat itu mampu membuat Sean tersenyum. Hubungan LDR yang ia jalani sudah jalan selama empat bulan sampai sekarng. Walapun mereka tak pernah bertemu. Namun, ia yakin jika Pandu adalah lelaki baik yang sengaja dikirim Tuhan sesuai dengan permintaannya di sepertiga malam.

‘Aku Off hari ini. Kamu semangat ya kerjanya,’ balas Sean dengan emoticon senyum di ponsel miliknya.

Saat ia bangun dan ingin beranjak bangkit, pacarnya malah menelpon. Bergegas Sean mengangkatnya dan mereka cukup lama mengobrol di pagi hari ini.

“Sayang boleh tanya enggak?” tanya Pandu setelah sekian lama keduanya berbasa-basi.

Seketika Sean jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya akan Pandu katakan. Padahal mereka sudah ngobrol lama, mengapa harus izin dulu untuk bertanya.

“Iya Sayang. Kamu mau tanya apa?”

“Kamu janji enggak marah, kan?”

Sean tertawa kecil mendengar kalimat itu. Apa-apan sih, pacarnya ini. Belum apa-apa kok sudah bilang begitu. Ia mencoba tersenyum dan melunakkan suaranya, “Enggak sayang, ngapain aku marah. Katakan saja apa yang ingin kamu katakan.”

“Aku seratus persen yakin ingin menjalani hidup bersamamu, tetapi kamu tahu sendirikan kita ini berbeda pulau. Kamu enggak ragu menjalani hubungan denganku?”

Sean bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki untuk membuka gorden untuk menyambut sinar mentari pagi yang langsung menyinari kamar miliknya.

“Kenapa sih kamu bilang begitu enggak dari dulu. Lihat, … kita ini sudah menjalani hubungan selama empat bulan. Kenapa kamu masih ragu?”

“Aku enggak ragu sih, cuman memastikan aja sama kamu. Kamu ini serius apa enggak. Kalo kamu serius aku juga bisa lebih serius,” sahutnya menenangkan.

Sean tersenyum dan memejamkan mata untuk sesaat, ia medekatkan ponselnya ke arah mulut. Agar suaranya lebih terdengar jelas oleh kekasihnya.

“Kalo kamu serius harusnya kamu tunjukan keseriusanmu itu, hehe.”

Sean mencoba untuk memecahkan ketengannya di antara keduanya. Cukup lama ia diam tak membalas apa yang diucapkan oleh Sean.

“Halo, Sayang … halo,” panggilanya lagi.

“Halo,” sahutnya pendek.

“Kenapa diam?”

“Iya … aku juga lagi berusaha buat menghalalkanmu,” jawabnya membuat Sean seketika melayang.

Andaikan bisa menjerit, ia ingin menjerit karena senang mendengar apa yang diucapkan oleh pria yang disayangnya ini.

“Janji lho, ya. Enggak boleh bohong,” ucap Sean manja.

“Iya Sayang. Aku janji, beri aku waktu satu tahun untuk mengumpulakan dana. Kamu tahukan rumah kita jauh. Bahkan harus punya banyak uang dulu untuk mewujudkan impian kita.”

“Iya, Sayang. Aku juga berharap kamu setia sama aku walapun banyak cewek di luar sana yang lebih cantik.”

“Iya … iya. Kamu juga harus pintar-pintar jaga hati. Jangan genit smaa cowok lain. Oke!”

Sean tertawa cekikian, ia senang sekali memiliki kekasih yang sangat mengerti dirinya. Mana mungkin ia genit dengan pria lain jika cowoknya sendiri saja setia hehe. Apalagi Sean bukanlah wanita yang mudah membuka hati jika ia sudah benar-benar jatuh cinta pada satu orang.

“Ya sudah kalo gitu aku kerja dulu, ya.” Pandu mulai pamit

Akan tetapi tampaknya Sean tak ingin obrolan mereka berakhir dengan secepat ini. Namun, di sisi lain, pacarnya ini ingin berangkat bekerja. Ia jadi bingung dengan kemauan hatinya yang selalu merindukan Pandu.

“Sean … kenapa enggak kamu matikan,” lirihnya.

Sean masih diam, ia mencoba untuk memejamkan mata untuk menerima kenyataan jika panggilannya harus berakhir sekarang. Dengan berat hati ia mengembuskan napas dan memilih untuk mengatakan apa yang dirasakan sebenarnya.

“Tahu enggak sih, setiap kau itu teleponan sama kamu. Rasanya itu enggak ingin menutupnya … pengen dengar suaramu terus,” ucapnya dengan jujur.

“Iya aku sebenarnya juga begitu, Sayang. Tetapi asal kamu tahu, cinta saja tak cukup. Kalo hanya bermodal cinta bagimana aku akan ke sana melamarmu, kan semua juga butuh uang. Itu sebabnya aku harus berangkat kerja sekarang,” ungkap Pandu memberi pengarahan.

Sean mengangguk-anggukan kepala, selain ucapanya yang lembut ia juga jatuh hati pada pemikirannya yang begitu dewasa.

“Sayang…,” lirihnya manja.

“Iya Sayang … ada apa?”

Sean tampak malu-malu untuk mengatakan isi hatinya. Untuk saja hanya telepon andai saja video call, pastilah ketahuan pipinya yang memerah layaknya udang yang direbus.

“Ada yang dikatakn lagi enggak. Kalo engagk ada aku akhiri ya?” pinta Pand pada Sean.

“Oke, … kamu semangat kerjannya. Jangan nakal dan ingat ada aku yang selalu mencintaimu.”

“Iya Sayang. Aku janji menjadikanmu yang terakhir dan selamanya. Semangat untuk harini, aku tutup ya.”

Panggilan mereka terputus dan Sean menarik napas serta mengembuskannya lega. Ia melompat-lompat kegirangan, seperti ini ya rasanya hati yang tengah berbunga. Ia belum perah mengenal orang sebaik Pandu.

Walapun belum bertemu tetapi ia mampu membuatnya yakin seratu persen dan tak ingin lagi mencari orang lain. Bagi Sean, Pandu adalah segalanya. Sedehana dan penuh makna. Ia bukanlah orang kaya bukan juga pegawi negeri. Namun, semua kesederhananya mampu membuat ia terpana.

Ternyata cinta bisa tumbuh walapun tidak dengan ksempurnaan. Bahkan, cintapun bisa terbentuk walapun kedua insan berada dalam kejauhan.

“Semoga apa yang kita rencakan sesuai dengan rencana Tuhan.” Doa Sean penuh pengharapan.

Ia mencoba kembali membuka ponslenya untuk mencari foto Pandu yang beberapa hari ia kirim untuknya. Hanya dengan itu ia bisa membuat rindu yang dirasakn sedikit berkurang.

“Semoga ini pilihan terakhir dan tidak salah lagi,” pungkasnya tersenyum sembari mematikan ponsel yang digengam.

Sean bergegas untuk keluar, ia mendengar suara seseorang dari luar kamarnya. Sebelum itu, ia berjalan menuju kamar mendi untuk mencuci muka terlebih dahulu. Setelahnya, kelur untuk memeriksa siapa tamu di pagi-pagi begini.

“Gilang,” sapa Sean yang melihat pria itu tengah mengobrol dengan ayahnya.

Meeka berdua tampak akrab. Gilang adalah sahabat Sean yang cukup lama. Mereka bersahabt mulai dari sekolah hingga dewasa. Tentu Ayah Sean, tak asing lagi dengannya. Ia juga menganggap Gilang layaknya anak sendiri.

“Ini Sean, buat kamu. Dari Gilang,” ucapnya sembari menyodorkan sesuatu pada anaknya.

“Apa ini?” tanya Sean.

“Nasi pecel,” sahut Gilang.

Sean mengangguk-anggukan kepala setelah mendapatkan jawaban. Kebetulan ia belum sarapan dan tempat sekali Gilang membelikan makanan untuknya.

“Ayo gabung sini makan bersama kami,” ajak ayah.

Sean berbegas menuju dapur untuk mengambil piring. Ia membuka nasi pecel miliknya dan ikut gabung makan bersama dengan ayah dan juga sahabtnya. Di sela-sela ia makan Ayahnya tersenyum dan menanyakan seuatu pada keduanya.

“Kalian kapan nikah?”

“Uhuk … uhuk!” Sean terbatuk mendengar hal itu.