PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Menikahi CEO Sombong

Menikahi CEO Sombong

Berlangsung

Pengantar
Apa rasanya menikahi Timoteo Luxury Kaisar dari kerajaan bisnis, seorang perempuan menjawab: “Takut dengan malam hari.” Sebuah nikah kilat yang aneh, Timoteo Luxury yang terkenal menikahi seorang gadis yang nggak diketahui, sejak saat itu berubah menjadi gila memanjakan istri. Sehari langsung terbang naik ke atas cabang pohon, burung pipit kecil berubah menjadi pihak yang di kagumi oleh selebriti sekota, Sherly Simone merasa seperti naik roller coaster. Bukannya rumor kalau Tuan muda Timoteo dingin dan angkuh, nggak suka dekat wanita? Siapa yang bisa memberitahunya, orang yang setiap malam melakukan berbagai cara menariknya ke atas ranjang sebenarnya siapa? Sherly Simone memegang pinggangnya, menggertakkan gigi, merasa dibohongi sepenuhnya, “Bukannya bilang kamu nggak dekat dengan wanita!” Seorang lelaki dengan bangga menerkamnya, “Istriku, saya hanya dekat denganmu.”
Buka▼
Bab

Di dalam ruangan tunggal klub mewah.

Lelaki yang seperti Kaisar duduk di atas sofa mewah kelas atas, fitur wajah yang seperti ukiran membuat orang menahan nafas.

Wajahnya dingin, rambut pendek yang rapi, dan membentuk lekukan wajah yang sempurna layaknya dewa langit.

Jemari yang panjang dingin dan malas menggoyang gelas kristal yang berkilau, bibir tipis lelaki yang indah sedikit mengkerut, otot yang kokoh menempel ketat di kemeja sutera berwarna hitamnya, hanya dengan satu pandangan sudah cukup membuat orang terpesona.

Di samping muncul suara yang meledek, “Tuan muda Luxury kita kembali didesak menikah? Kakek beneran cemas hingga nggak sabaran ya.”

Timoteo mengangkat matanya dan menyapu dengan malas.

Melvin Xaverian tersenyum dan menjentikkan jari.

Beberapa wanita yang memancarkan nafas pesona dan glamor, tadinya bersembunyi di dalam kegelapan pintu, setelah menerima perintah, lantas berlenggok-lenggok datang seperti ular.

“Sudah, jangan berwajah tegang terus, ini merupakan beberapa primadona yang harganya tertinggi di Semarang, tenang saja, pasti bisa membuat kamu ada rasa!” Melvin tersenyum dengan sangat bangga.

“Tuan muda Luxury, malam ini biarkan kami melayanimu.” Suara centil yang dibuat-buat, penuh aroma kental khas klub malam menghembus di tepi telinga Timoteo, tangan wanita juga langsung meraba otot di dekat jantungnya yang kokoh dan kuat.

Sentuhan tangan membuat wanita sangat mendambakannya, di klub malam meskipun primadona, tapi juga pertama kalinya melayani tamu terhormat seperti ini.

Lelaki terhormat di Semarang, begitu dia menghentakkan kaki, keseluruhan kota bergetar, bisa beruntung melayaninya, ini merupakan hal yang tidur juga bisa bangun tersenyum.

Alis pedang Timoteo sedikit mengkerut, di ujung hidung tercium aroma parfum yang terlalu menyengat.

Salah satu primadona melihat rupa Timoteo yang acuh, di mata cantiknya terlintas cahaya menggoda, dia menundukkan tubuhnya dan perlahan-lahan membuka resleting celana Timoteo.....

Di saat dia hampir menundukkan kepala, malah di campakkan dengan dingin oleh Timoteo, bibir tipis yang dingin hanya mengucapkan satu kata: “Enyah!”

Beberapa wanita seketika kaget hingga wajah pucat, melihat Timoteo yang nggak ada reaksi apapun juga semakin merasa terkalahkan, di klub malam begitu lama, nggak pernah ada lelaki yang bisa menolak godaan mereka.

“Sudahlah, karena Tuan muda Luxury nggak ada minat, kalian mundur saja dengan patuh, jangan menunggu dia mematahkan leher kalian langsung.” Melvin berbaik hati memberitahu.

Setelah beberapa orang keluar, nada suara Melvin menjadi sedikit serius: “Nggak mungkin lah, begini saja nggak bisa? Bapak Presiden Direktur Luxury, bagaimana dengan penyakitmu ini, obat, tarian striptis, tarian tiang, apa saja sudah di coba, kenapa nggak berguna? Apa mungkin kamu di kehidupan ini hanya bisa didampingi gadis kelima itu?”

Mata Timoteo sedikit menyipit, menyapu Melvin dengan tajam.

Melvin mengangkat bahu, tersenyum tanpa hati: “Nggak apa-apa, kamu jangan menyerah dengan pengobatan, jangan menyerah.....” Sambil bicara dia sudah berjalan sampai pintu, menarik pintu ruangan tunggal dan menepuk tangan dua kali.

Di belakangnya berjalan masuk beberapa pelayan menundukkan kepala yang mengenakan seragam kerja dengan warna senada , kemeja rok pendek, rambut panjang hitam lurus, di wajah menggunakan riasan yang ringan terlihat begitu murni.

Melvin mengangkat tangan menunjuk ke sana, “Nggak suka dengan yang riasan tebal juga nggak apa-apa, ini yang sup bening, coba lihat apa ada yang kamu suka?”

Beberapa pelayan berwajah merah diam-diam melihat Timoteo yang tinggi perkasa, terhormat dan unik.

Rumor mengatakan kalau dia kuat dan tegas, mendominasi di satu wilayah, sekarang melihat orang asli beneran sesuai julukannya lelaki cantik pertama di Semarang. Biarpun hanya duduk saja nggak bergerak juga membuat orang merasa jauh di atas, nggak boleh dinistai.

Sherly menyusup di dalam pelayan, mengangkat mata melihat lelaki di depan yang enak di pandang namun juga auranya kuat, diam-diam meremas kertas di dalam kantongnya.

Melihat lelaki yang terlalu dingin dan acuh ini, dia mulai curiga, apa lelaki ini beneran bersedia membantunya?

“Enyah!” Mata Timoteo juga nggak di angkat, amarah langsung mengarah pada Melvin.

“Marah kenapa, kalau kamu nggak suka, maka saya akan carikan yang lain lagi.” Melvin sama sekali nggak takut, melambaikan tangan mengisyaratkan mereka pergi.

Para pelayan setelah kembali mengintip Timoteo beberapa kali, barulah keluar dengan nggak rela, Sherly merupakan yang terakhir.

Dia berjalan pelan-pelan ke pintu nggak keluar, sebaliknya malah “plak” menutup pintu.

Gerakan ini membuat Timoteo mengernyitkan alis, mata dinginnya menyapu pada pelayan perempuan yang berani sekali ini.

Melvin juga mengernyitkan alis: “Gadis kecil, keberanian kamu besar juga, apa kamu tahu akibat dikurung di dalam bersama dua lelaki dewasa?”

Sherly nggak melihat Melvin, melainkan langsung berjalan pada Timoteo.

“Saya mencari Tuan Luxury.” Sherly menatap langsung mata hitam Timoteo yang dingin, dan nggak menghindar.

Sudut bibir Timoteo melengkungkan senyuman sinis yang nggak menaruh orang di matanya, hanya melemparkan kata: “Enyah keluar!”

Sherly keras kepala dan angkuh melihatnya: “Nggak.”

Dia bahkan menoleh melihat pada Melvin: “Kamu tolong menghindar sebentar.”

“.....” Melvin melihat Sherly dengan kaget, nggak pernah ada orang yang berani berbicara dengannya seperti ini.

Dia merasa sangat menarik jadi langsung tersenyum, “Menarik. Gadis kecil, hari ini kalau kamu bisa mendapatkan Tuan ini, saya hadiahkan seratus juta!”

Melvin bersiul dan mendorong pintu keluar, sebelum pergi masih nggak lupa meledek, “Semangat ya!”

Ruangan tunggal yang besar hanya menyisakan dua orang, Timoteo duduk di atas sofa dengan diam, mata hitamnya menatap wanita yang mendadak menerobos masuk dengan lekat-lekat, Sherly dilihat hingga sedikit ngeri, mata orang ini terlalu tajam, dia hanya merasa bulu kuduknya berdiri semua.

Meskipun dia nggak pernah takut apapun, tapi ketika melihat lelaki ini, beneran dari dalam hatinya muncul sebuah perasaan bahaya.

Sherly memberanikan diri, menarik nafas dalam, langsung mengambil segelas bir di atas meja dan menuang masuk ke dalam tenggorokannya.

Setelah memberanikan diri, Sherly bersikeras kembali berjalan ke depan, belum berjalan dua langkah dan baru saja ingin bicara, mendadak tersandung sebotol bir kosong, seluruh dirinya langsung kehilangan kontrol dan menerkam ke depan tanpa persiapan.

Wajah Sherly berubah, “ah” berteriak kaget, seluruh dirinya seketika telungkup di atas tubuh Timoteo.

Menimpa dengan kuat pada tubuh Timoteo, nggak hanya begitu, wajahnya juga pas menabrak paha kaki Timoteo, dan keningnya juga pas menabrak pada.....

Tubuh Timoteo menjadi kaku, raut wajahnya mulai membawa sebuah perubahan yang jelas.

Dia menyipit melihat pada perempuan yang mungil ini, dengan jelas merasakan tubuhnya seketika menimbulkan reaksi.

Dia nggak salah lihat, dirinya beneran memiliki reaksi.

Ujung hidungnya bahkan mencium sedikit aroma harum tubuh si perempuan, aroma yang sama sekali berbeda dengan benda-benda penggoda itu.

“Uh...sakit.” Sherly merangkak bangun dengan kewalahan, mengelus kepalanya yang sakit karena tertubruk.

Timoteo melihat wanita yang berjarak dekat ini, wajahnya membawa sedikit merah, terlihat sangat muda, tubuhnya ramping, dilihat dari sudut ini, malah sangat berisi.

Jelas-jelas nggak lebih berisi dari primadona menawan itu tapi anehnya malah membuat mulut Timoteo menjadi kering.

Mengingat wanita ini nggak jelas asal usulnya, Timoteo mendadak bangun, selama dirinya masih bisa mengontrol diri, berjalan masuk ke dalam toilet dalam ruangan tunggal.

Sherly bangun dengan terhuyung-huyung, menutup kepalanya dan terus mengikuti Timoteo masuk.

“Sedang apa!” Mata hitam Timoteo menyapu padanya dan membentaknya dengan rendah dingin.

Bir tadi terlalu kuat, mabuk sudah mulai merembes naik dan datang dengan ganas, tapi dia masih ingat mau mencari Timoteo, dia masih ada masalah mencarinya, masalah yang berhubungan dengan nyawa manusia.

Melihat dia ingin mengusirnya pergi, Sherly memikirkan banyak cara juga ingin tinggal.

“Saya.....saya juga mau ke toilet......”

Suara Sherly karena kesadaran nggak jelas menjadi kecil dan lembut, kepalanya setengah sadar, sama sekali mengabaikan mata dingin Timoteo yang seperti elang.

Wanita ini sebenarnya mau lakukan apa?

Mata dingin Timoteo melihat dia memegang dinding perlahan-lahan bergeser ke sampingnya, gadis kecil terhuyung-huyung, wajah merah, tangan kecil putih mencakar-cakar di udara, tertawa bodoh: “Oh iya, saya nggak ada itu.....haha.”

Selesai bicara Sherly langsung menerkam dan memeluk lengan kanannya, tubuh kecilnya menggesek-gesek di lengannya, “Kamu ada oh, hebat sekali.”

Hebat.....

Sudut mata Timoteo berkedut, apa wanita ini meledeknya?