PopNovel

Baca Buku di PopNovel

You Send Me

You Send Me

Penulis:Lina WH

Berlangsung

Pengantar
Aeera Amabel sudah menyandang sebutan yatim piatu sejak kuliah semester ke dua. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kuliahnya, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga Darren Syahreda. Darren tentu mempunyai rencana tersendiri saat meminta Aeera untuk bekerja pada keluarganya. Ia ingin menjodohkan putra semata wayangnya - Kenzie Syahreda - dengan Aeera. Namun Kenzie menolak perjodohan tersebut karena ia telah memiliki seorang kekasih - Deanitha. Selain itu, Kenzie juga sudah tahu jika ibu kandung Aeera adalah masa lalu sang ayah. "Aeera! Aku tahu, mendiang ibumu adalah masa lalu ayahku yang sudah puluhan tahun menjadi pemicu pertengkaran antara ayah dan ibuku! Jadi, tolok perjodohan ini dengan cara apapun. Aku akan mencarikan pekerjaan untukmu supaya kamu jauh dari keluargaku!" ucap Kenzie, saat menemui Aeera di dalam kamarnya. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk, baca cerita kelanjutannya di HotBuku - You Send Me. Lina WH. A Cover by @luviina_
Buka▼
Bab

"Aeera ...!" panggil Kenzie, saat Aeera hendak bersiap berangkat ke kampus.

Aeera menaruh kembali tas kuliahnya yang sudah sempat ia tenteng. "Ada apa lagi ini? Aku sudah siapkan semuanya tadi!" batin Aeera.

Sebelum subuh, Aeera sudah bangun untuk membersihkan rumah dan membuatkan sarapan untuk keluarga Darren Syahreda. Namun entah kenapa Kenzie -putra tunggal Darren Syahreda- memanggilnya.

"Aeera ...!" panggil Kenzie untuk ke dua kalinya.

"Iya, Mas!" sahut Aeera sambil membuka pintu kamarnya untuk segera menemui Kenzie.

"Sudah berapa kali aku katakan ke kamu. Stop panggil aku dengan sebutan Mas. Namaku Kenzie. K-E-N-Z-I-E ...!" kata Kenzie dengan nada tegas.

Aeera menunduk, "Bagaimana bisa aku memanggil namamu saja? Sedangkan kamu, anak semata wayang dari majikanku!"

Kenzie berkacak pinggang, lalu memalingkan mukanya. "Ah, sudahlah! Lupakan semua itu. Hari ini kamu ada kuliah?"

Aeera mengangguk, "Ada, Mas! Eh, Kenzie," sahutnya dengan gugup.

"Oke! Sampai jam berapa? Nanti aku jemput. Ada suatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Hubungi aku jika kuliahmu selesai!" ucap Kenzie sambil membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Aeera tanpa menunggu jawaban dari Aeera.

Aeera menghela napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Nggak ada yang bisa aku tolak," batinnya sambil menuju ke kamar untuk mengambil tas kuliahnya.

Seperti biasa, Aeera pergi ke kampus menaiki angkutan umum. Butuh waktu hingga satu jam untuk sampai ke kampus, karena jalanan ibukota macet. Jika tak macet, waktu tiga puluh lima menit itu cukup untuk menuju kampus.

Tak ada waktu lama untuk menunggu kelas mulai. "Baru juga duduk, dosen sudah hadir!" gerutu Aeera dalam hati. "Tapi nggak apa-apa, lah! Dosennya nggak ngebosinin, kok!" batinnya sambil memainkan pulpen di tangan kanannya.

Kegiatan perkuliahan pun lancar hari ini. Tak ada yang membosankan baginya. Hingga akhirnya ia ingat jika ada janji ketemuan dengan Kenzie.

"Aeera, mau ikut nonton?" ajak Tata sambil menepuk bahu kanan Aeera.

Aeera menatap wajah Tata, lalu mengerutkan dahinya. "Maaf, aku nggak bisa hari ini," sahutnya dengan nada rendah.

"Kenapa? Besok kan, kuliah libur. Sekali-kali, lah!" lanjut Tata.

Aerra tersenyum, tak tahu bagaimana ia menjawab ajakan Tata. "Uang segitu berharga untukku, Tata!" batinnya sambil membenahi buku-bukunya ke dalam tas.

"Aku bayarin, deh!" Tata pun setengah memaksa Aeera.

"Tata, aku bukan masalah uang. Tapi masalahnya, aku kan, harus tetap bekerja," ucap Aeera dengan nada rendah.

Tata menunduk. "Baiklah kalau begitu. Kalau ada libur, kabari aku ya!" ucapnya sambil menepuk bahu Aeera lagi.

Ponsel Aeera berdering. Ia langsung mengambil ponsel tersebut dari dalam tas. Kenzie, nama yang terlihat di layar ponsel.

"Iya, Mas. Eh, Kenzie!" sapa Aeera saat mengangkat telepon dari Kenzie.

"Kamu di mana? Ini sudah telat lima menit. Janjimu jam 12:15 ...!" kata Kenzie dalam sambungan telepon.

"Aku masih di kelas. Sebentar lagi aku keluar, kok!" sahut Aeera dengan gugup.

"Cepat, ya! Aku di depan gedung fakultasmu!" kata Kenzie sambil mematikan sambungan teleponnya.

Aeera buru-buru keluar kelas, hingga ia lupa berpamitan dengan teman-temannya.

"Kalau aku telat, bisa marah dia!" batinnya sambil terus berjalan tanpa melihat kanan kiri.

"Aeera ...!" Suara Kenzie terdengar jelas. Aeera langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Iya," sahutnya sambil menghentikan langkah kakinya.

Kenzie masih mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi di dalam rompi. Ketampanannya yang tak manusiawi pun menambah kesempurnaan pada dirinya.

Sedangkan cara berpakaian Aeera sangat ketinggalan zaman. Dress dengan warna dasar biru muda bermotif bunga-bunga warna biru tua yang melebar dari pinggang hingga bawah lutut.

Lengan dressnya sedikit mengembang dan di bagian leher terdapat tali kecil yang dibentuk pita. Aeera terlihat seperti gadis tahun tujuh puluhan. Apalagi ia juga memakai pantofel berhak rendah.

Kenzie berjalan ke arah Aeera yang hanya berdiri mematung. "Ayo!" katanya sambil menarik lengan Aeera untuk masuk ke dalam mobil.

"Ayo, masuk!" perintah Kenzie sambil membukakan pintu mobil untuk Aeera.

"Eh, aku di depan?" tanya Aeera yang merasa tak enak jika harus duduk bersanding dengan Kenzie walaupun di dalam mobil.

"Lalu mau di mana? Di belakang?" keryit Kenzie. "Memang aku sopirmu, apa?" lanjutnya sambil menutup pintu mobil, lalu berjalan menuju jok pengemudi.

Kenzie menyalakan mesin mobil, lalu mengenakan sabuk pengaman.

"Pakai sabuk pengamanmu juga!" perintahnya kepada Aeera.

Aeera mengangguk, lalu mengenakan sabuk pengaman sesuai perintah Kenzie.

"Kita mau ke mana?" tanya Aera setelah mobil mulai melaju.

"Ada satu hal yang ingin aku bicarakan sama kamu. Tapi entahlah mau di mana ini. Jalanan macet jam segini. Takut waktuku nggak keburu. Dua jam lagi aku ada meeting!" sahut Kenzie dengan suara khasnya yang tegas.

"Tunggu, aku ingat-ingat sejenak. Perasaan beberapa hari terakhir ini aku nggak ngelakuin kesalahan apapun sama Kenzie. Semua pakaiannya aku cuci dan setrika dengan benar. Saat membersihkan kamarnya yang penuh dengan lembaran-lembaran kertas, nggak satu pun kertas itu ada yang berpindah tempat!" batin Aeera sambil menunduk.

"Sudahlah, kita sambil makan siang di sini saja!" ucap Kenzie sambil memarkir mobilnya di depan restoran mewah.

Mata Aeera terbelalak, " Ini restoran mahal!" serunya.

"Emang kenapa? Sudah, ayo turun. Waktuku nggak banyak!" sahut Kenzie sambil mematikan mesin mobil, lalu keluar.

Aeera pun turut keluar dari mobil sambil menenteng tas kuliahnya. Ia lalu berjalan di belakang Kenzie, mengikuti langkah kaki Kenzie.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kenzie saat sudah duduk di salah satu meja makan.

"Em ...!" Aeera salah tingkah. Ia tak tahu harus bangga atau apa, karena anak semata wayang majikannya mengajaknya makan di restoran mewah dan duduk setara dengannya.

"Ayo, pilih saja cepat!" kata Kenzie.

Aeera tetap diam.

"Ya sudah, pesan makanan dan minuman yang sama denganku saja, ya! Kelamaan nunggu respon kamu!" ucap Kenzie dan ia langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Aeera, kamu tahu kan, jika ayahku akan menjodohkan aku denganmu?"

Aeera kaget. Matanya terbelalak lebar dan nafasnya seolah berhenti sejenak.

"Hei, kenapa begitu?" seru Kenzie yang melihat ekspresi Aeera.

"Aku nggak tahu tentang hal itu. Yang aku tahu, ayahmu meminta aku bekerja sebagai asisten rumah tangganya!" sahut Aeera.

Kenzie mendengus, "Tanpa tahu rencana lainnya?"

Aeera menggeleng.

"Ayahku maunya aku nikah sama kamu. Tetapi aku maunya kamu menolak. Aku sudah punya Deanitha untuk aku jadikan isteri!" ucap Kenzie sambil menatap tajam wajah Aeera.

Aeera mengerutkan dahinya, tak mengerti dengan apa yang dikatakan Kenzie.

"Intinya, kalau ayahku bilang kepadamu tentang perjodohan aku dan kamu, tolak dengan alasan apapun. Aku nggak mau menikah sama kamu!" lanjut Kenzie, yang matanya masih lekat menatap wajah Aeera.

Aeera mengangkat kepalanya, "Ya nggak mungkin lah, Mas! Aku dan kamu tuh, bagaikan bumi dan langit. Lagian untuk apa pak Darren menjodohkan aku dan kamu? Aku hanya yatim piatu yang nggak punya harta, ataupun tahta!" ucap Aeera dengan lancar.

"Permisi," ucap seorang pelayan sambil menghidangkan makanan di meja mereka.

"Terima kasih," ucap Kenzie setelah pelayan tersebut selesai menghidangkan makanan.

"Ayo makan dulu! Setelah makan, kita lanjutkan pembicaraan!" ajak Kenzie yang sudah bersiap untuk menyantap hidangan.

Aeera mengangguk, "Baik, Mas Kenzie."

"Kenzie ...! Mas-nya tolong dihilangkan!" protes Kenzie atas panggilan Aeera kepadanya.

***