PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Sultan Yang Tak Terlihat Kaya

Sultan Yang Tak Terlihat Kaya

Penulis:Jacinov Svetlana

Berlangsung

Pengantar
James Ferdinand Alexander, harus kehilangan cinta sejatinya Melanie Roberto. Hubungan percintaan mereka harus kandas, lantaran ayah Melanie memandang status sosial James yang dirasa tidak sepadan dengan level keluarganya. Namun siapa sangka, justru James sebenarnya menyembunyikan siapa dirinya. Atas tindakan James yang berpura-pura menjadi orang biasa itulah, dirinya merasakan penderitaan yang mendalam atas perilaku ayah Melanie. Bukan hanya itu, dirinya pun harus berpisah dengan kekasih dan anak hasil hubungan terlarangnya dengan Melanie. Bagaimanakah kisah perjalanan cinta James untuk mendapatkan Melanie kembali? Akankah anak hasil hubungan terlarang mereka, dapat menguak semua rahasia orang tuanya? Baca selengkapnya Sultan Yang Tak Terlihat KAYA, hanya di Hot Buku!
Buka▼
Bab

Warning: 21+

Cerita ini hanyalah fiktif belajar, dan tidak sepantasnya untuk ditiru!!!

“Aku akan selalu menjagamu, Sayang!”

“Kita akan bersama selamanya, ya! Janji?”

“Iya, aku janji!”

Kedua kelingking pasangan kekasih itu, mengikat dengan erat.

Sebuah bukit kecil dan rerumputan hijau yang terhampar di tempat itu, seakan menjadi saksi janji setia mereka berdua.

Ya, James dan Melanie! Sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, memang menjadikan tempat ini sebagai tempat favorit mereka memadu kasih dan merenda harapan.

Ceritanya bermula, ketika keduanya dipertemukan pada sebuah kejadian yang tak terduga. Ya, kejadian pada sebuah hujan deras di sebuah malam.

Mobil yang dikendarai Melanie, tiba-tiba terjebak dalam sebuah lubang selokan yang tergenang air hujan.

Dengan kesulitan dan segala upaya untuk menggerakkan mobilnya kembali, dirasa Melanie sangat sia-sia.

Dalam keterputusasaannya, seorang sopir ojek online yang kebetulan lewat di jalanan sepi itu, menaruh belas kasihan pada Melanie yang terlihat mulai gusar hatinya.

Sopir ojek online yang bernama James itu, membantunya dengan suka rela. Hingga akhirnya, James berhasil mencari pertolongan orang-orang sekitar, dan mengantar Melanie ke rumahnya dengan cuma-cuma.

Ketulusan hati seorang James kepada Melanie itu, ternyata bukan hanya sepintas lalu.

Melanie Roberto, seorang anak tunggal pewaris kerajaan sutera Robert Garment yang terkenal se-Asia itu, luluh hatinya akan kebaikan budi seorang James.

Tak hanya itu, James pun menaruh ketertarikan dan menaburkan benih asmara di dalam hatinya kepada Melanie.

Singkat cerita, cinta yang saling bersambut itu, mampu mereka gapai hingga tak terasa hubungan mereka sudah hampir satu tahun.

Level keluarga yang dinilai jomplang, tak menjadi masalah di antara keduanya. Melanie yang hidup serba kemewahan bak seorang putri kerajaan pun, bisa berlapang dada dan berusaha menerima segala kesederhanaan dari seorang James.

Meski jika dipandang, ketampanan dan aura James sangat bertolak belakang dengan keserhanaan yang ia miliki.

James pun demikian, dengan segala kerendahan hatinya, ia tidak pernah sedikit pun memperalat Melanie untuk memfasilitasi atau ‘mengeruk’ harta kekayaan dari kekasihnya yang berlevel anak konglomerat.

James bahkan, semakin menunjukkan kegigihannya sebagai seorang tukang ojek online. Ia pun memiliki pekerjaan utama yaitu, sebagai seorang pegawai konter handphone di sebuah gerai kecil pinggir jalan.

“Sayang, kenapa kamu diam?” tanya James dengan menatap wajah Melanie penuh perhatian.

“Aku teringat saat kita kenalan dan pertama kali kita bertemu, Sayang!” jawab Melanie.

“Aku tidak akan pernah melupakan masa terindah itu, Sayang!” imbuhnya.

“Aku pun seperti itu! Aku benar-benar tidak menyangka, pertemuan kita waktu hujan lebat dulu, sebagai simbol penyatuan cinta kita!” terang James.

“Iya! Kamu benar, Sayang!” cetus Melanie.

“Kamulah cinta sejati yang kucari selama ini, Sayang!” kata James dengan lembut.

“Iya, kamulah yang selama ini kucari!” balas Melanie sambil meremas tangan James dengan mantap.

Kedua pasang kekasih itu saling menatap. Tangan mereka saling mendekap tubuh pasangan yang ada di hadapannya.

Lalu sebuah pelukan hangat, merangkul dengan mesranya, di suatu pagi buta yang masih terlihat sisa kerdipan sebuah bintang di langit sana.

“Sayang, lihat bintang itu!”

“Iya, indah sekali!”

“Apakah kau sadar, setiap pagi kita di sini, selalu ada satu bintang yang masih bersinar itu!”

Tangan James menunjuk di atas langit yang mulai bersemburat sinar mentari. Jari telunjuknya itu, seakan mengisyaratkan ada sebuah saksi bisu yang mengiringi cinta mereka berdua.

“Bintang itu, sinarnya masih terlihat saat hari menjelang pagi!” kata James sambil menunjuk ke arah sebuah bintang.

“Iya, itu bintang sisa semalam yang masih bertahan hingga pagi! Meski semua kawanan bintang yang lain, sudah tak lagi bersinar, dan malam berganti menjadi pagi!” terang Melanie.

“Iya, sungguh indah!” cetus James.

“Kau tahu, itu seperti cinta kita berdua! Meskipun seakan semuanya berbeda, tapi tidak menyurutkan cahaya cinta kita!” imbuh James sambil menatap wajah kekasihnya yang mulai merona.

Seberkas senyuman terbit pada masing-masing bibir James dan Melanie.

“Kamu harus ingat ya! Di mana pun kita berada, misalkan suatu hari nanti kita tidak saling bersama, ingatlah bintang pagi yang cerah sinarnya itu!” cetus James.

“Ah, Sayang! Kenapa kamu bilang seperti itu!” sergah Melanie.

James hanya menatap wajah Melanie yang sekejap kaget dengan perkataannya. Lalu dengan tersenyum, tangannya memberikan sebuah pelukan hangat yang dilabuhkan pada wanita yang sedang mengandung buah cinta mereka.

“Aku mencintaimu! Aku juga mencintai bayi kita yang di dalam rahimmu, Sayang!” kata James.

“Aku juga sangat mencintaimu, Sayang! Janji, kita akan selalu bersama!” balas Melanie.

“Iya! Pasti, Sayang!” tegas James sambil mengangguk.

Lalu, tiba-tiba kebersamaan mereka harus terganggu dengan dering telepon Melanie.

Tepat di saat bibir mereka saling mendekat dan akan berciuman.

Kringgg…

Kringgg…

Kringgg…

Mata indah Melanie seakan teralihkan pandangannya, pada sebuah ponsel yang ia letakkan di dalam sling bag-nya.

Lalu, Melanie seakan menatap penuh keraguan setelah tahu siapa yang sedang menghubunginya.

“Siapa?” tanya James penasaran.

“Daddy!” jawab Melanie singkat.

“Angkatlah! Siapa tau ada yang penting!” kata James.

Ekspresi wajah Melanie sontak berubah, amat terlihat jelas mata, hati, dan tangannya tidak mau berkoordinasi dengan baik. Melanie amat terlihat tidak nyaman.

“Halo, Dad! Morning!”

“Morning! Wow surprised! Kamu sudah bangun rupanya anakku!”

“Sudah, Dad!”

“How's your sleeping last night?

Bagaimana tidurmu tadi malam?

“All good! Thanks, Dad!

Semuanya baik-baik saja! Terima kasih, Yah!

“Sedang apa kamu pagi-pagi begini, Mel?”

“Aku sedang… Emm…,”

“Sedang apa? Jangan bilang kamu sedang bersama ‘Anjing Jalanan’ itu!”

“Hah? Apa Daddy bilang?”

“Anjing Jalanan! Apa kamu sedang bersamanya sekarang? Kalo iya, serahkan ponselmu padanya sekarang! Dan nyalakan videomu! Aku mau bicara dengannya!”

Ponsel itu dijauhkan dari telinga Melanie, dengan mata sendu ia memandang wajah kekasihnya yang berada di hadapannya. Lalu, ponselnya segera di berikan pada James.

“Sayang, Daddy mau bicara!” bisik Melanie lirih.

Tangan James segera meraih ponsel yang berada di genggaman Melanie. Tombol video pun ditekannya. Lalu, James pun mencoba menyapa dengan sopan, seseorang yang ingin mengajaknya bicara kepadanya.

“Halo, Tuan Edward Roberto!”

“Oh, rupanya kau ada di samping anakku sekarang? Ini masih jam 5.30 waktu Indonesia! Sedang apa kalian?”

Sapaan James sama sekali tidak digubris oleh ayah Melanie.

“Kami tidak sedang apa-apa, Tuan! Kami hanya…,”

“Sudahlah! Kau ingat baik-baik, aku tidak akan pernah setuju, anak tunggalku menjalin hubungan percintaan dengan ‘Anjing Jalanan’ sepertimu! Kau dengar itu?”

Tit…

Pembicaraan itu seketika ditutup, oleh seorang konglomerat Edward Roberto yang tak lain adalah ayah Melanie.

Nada suara yang sarkas dan terkesan menghina itu menghilang. Hanya sisa-sisa sakit hati yang masih terasa, di kedua pasang kekasih yang sulit mendapat restu ayahanda Melanie.

Wajah James menengadah dan matanya menatap tajam, ke arah cakrawala yang membentang di atas bukit.

Sementara Melanie, tak kuasa lagi membendung air matanya yang seakan sudah meluap, di kedua pelupuk matanya.

Dengan lembut, jari-jari tangan James menyeka air mata Melanie.

“Sayang, jangan bersedih!”

“Tapi, Sayang! Daddy…,”

“Kita harus bertahan! Jangan khawatir, anak kita ini akan menjadi pemersatu cinta kita!”

Melanie terus terisak mendengar kata-kata dari kekasihnya. Ia percaya akan kekasihnya. Namun di sisi lain, ia tahu betul sifat ayahnya yang tidak mudah untuk dikalahkan.

Melihat Melanie yang terus terisak, James segera memeluknya erat. Dielusnya rambut Melanie yang hitam nan lembut, sambil mencoba menenangkannya.

“Jangan khawatir, Sayang! Kita pasti bisa bersama! Aku janji akan berbicara pada Daddy-mu tentang rencana pernikahan kita, dan tentang kehamilanmu!”

“Apa kamu yakin Daddy akan setuju, Sayang?”

“Pasti! Apalagi kamu sedang mengandung, Sayang!”

“Tapi bagaimana jika Daddy, tidak menginginkan bayi kita?”

“Aku akan bertindak selayaknya seorang pria yang mempertahankan wanitanya, dan seorang ayah yang melindungi anaknya!”

Jawaban itu, tentu saja sangat menyentuh kalbu seorang Melanie. Ia benar-benar membutuhkan dukungan tentang segala hal. Apalagi di masa kehamilannya sekarang.

Ya, masa kehamilan yang sering kali membuat hati Melanie sensitif, dan amat takut kehilangan kekasihnya.