PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I CHOOSE YOU

I CHOOSE YOU

Penulis:Ghinna

Tamat

Pengantar
"Pikiran aku tuh, kayak cuma ada kamu doang. Kalau gak ada kamu yaudah ngebleng." "Langit itu tinggi, kalo jatuh ya sakit." Langit Al Gibran Bagaskara, lelaki wajah tampan ketua geng Batalyon membuat seorang gadis yang bernama Dara Adijaya insaf dari kenakalannya. Perjuangan dan perjalanan cinta, juga kisah kehidupan menyelimuti keduanya. Tak hanya itu, teror yang terus menerus datang masih menjadi misteri. Akankah seorang Dara Adijaya gadis troublemaker bisa menaklukan Langit yang merupakan sosok laki-laki dingin dan cuek? Apakah mereka bisa bersama? Bagaimana kehidupan keduanya? Mari kita lihat selengkapnya di Turun Ranjang dari Bintang ke Langit. Bila ada kesamaan nama, tempat dan cerita itu hanya kebetulan semata.
Buka▼
Bab

"Pikiran aku tuh kayak cuma ada kamu doang, kalau gak ada kamu yaudah ngebleng."

"Langit itu tinggi, kalau jatuh ya sakit."

...

Riuh suara jeritan para siswi terdengar sangat keras kala melihat pertandingan basket yang begitu sengit.

Apalagi yang bermain adalah Langit Al Gibran Bagaskara.

Lelaki incaran Dara Adijaya. Gadis yang di anugrahi wajah cantik dan body goals yang membuatnya nyaris terlihat sempurna.

Tak hanya itu, Dara juga dikenal dengan banyak deretan mantannya dan merupakan seorang ketua Cheerleaders.

Dara termasuk gadis terpopuler di sekolahnya, apalagi kini ia sedang berusaha mendekati Langit yang merupakan ketua Geng kelas sebelas secara terang-terangan.

Dalam satu Geng, ada tiga ketua. Yaitu dari kelas sepuluh

Jofan

, kelas sebelas

Langit

, dan kelas dua belas

Jordan

.

Hal itu sudah diketahui semua siswa/siswi SMA Garuda. Bahkan guru-guru pun juga mengetahuinya, dan anehnya para guru tetap menyukai sosok Langit. Jangan salah, Langit selalu mendapat juara kelas sejak SD hingga kini.

Dara, gadis cantik itu mulai menuruni kursi penonton kala pertandingan sudah selesai. Ia mulai berjalan ke arah Langit membawa satu buah botol minuman dengan memasang wajah terbaiknya.

"Lang Dara tuh." Ucap Aryes teman sekelas Langit.

Lelaki itu menoleh ke arah Dara namun tak lama ia kembali ke posisi awal mengacuhkan gadis itu dengan duduk mengelap sisa keringatnya.

Sedangkan gadis itu hanya tersenyum, baginya sikap Langit yang mengacuhkannya sudah biasa ia dapati.

"Jangan lupa diminum. Dara simpan disini ya, selamat atas kemenangannya." Ucap Dara pelan pada Langit dengan membentuk senyum sempurnanya.

Setelah itu, ia kembali berjalan menemui sahabatnya yang sedari tadi sudah banyak mengirim kode agar Dara cepat meninggalkan lapangan itu sebelum Pak Gun-gun pelatih basket datang dan menceramahi mereka.

Entah apa yang membuat Pak Gun-gun begitu suka menceramahi keempat gadis itu.

"Dar mau kemana dar." Teriak Wildan disertai huitan bibirnya.

"Balik ke kelas! takutnya bapak lo keburu datang." Balas Dara dengan teriakannya yang mungkin satu lapangan ikut mendengarnya.

"Gila body nya wow, harus nya lo sikat aja tuh si Dara." Jelas Arga yang masih melihat Dara melangkah pergi meninggalkan lapang basket.

"Gue gak suka di paksa. Buat lo." Ucap Langit lalu melempar minuman yang diletakkan Dara pada Arga.

Arga yang terkejut refleks menangkap botol itu, lalu menggelengkan kepalanya dan membuka tutup botol minumannya.

...

Sudah pukul 07.10 WIB, Dara hanya mempunyai waktu lima menit lagi untuk berlari setelah gerbang hampir di tutup rapat.

Hari ini ujung rambutnya berwarna merah keunguan dengan diuraikan begitu saja, terlihat cantik.

Seperti biasanya pakaian yang Dara kenakan begitu pas sehingga menampilkan lekuk tubuh yang membuat kaum adam menahan nafasnya. Selain itu, Dara juga sangat menyukai memakai sepatu hitam yang mempunyai sedikit hak. Jika saja sekolah membolehkan memakai sepatu hak, pasti Dara orang pertama yang memakai sepatu hak tinggi.

Namun sayang sekali, terkadang hak kecil saja membuat dirinya harus menerima hukuman.

Bruk.

Dara yang menyimpan tasnya di atas meja.

"Kenapa Dar? kesiangan lagi?" tanya Nessie sahabatnya sekaligus teman sebangkunya.

"Hm." Balas Dara yang meminum botol minuman milik Mika.

"Woy punya gue tuh" sahut Mika yang tidak terima minumannya di ambil begitu saja tanpa seizin darinya.

"Duduk dong minumnya." Timpal Lala yang masih memegang cermin kecil kesayangannya yang selalu ia bawa kemana saja dan dimana saja.

Dara menghentikan minumnya, ia melihat ke tiga sahabatnya itu. Dara berdecak, lalu ia duduk dan melanjutkan minumnya sampai tersisa sepertiga botol itu.

"Ada apa dengar bibir lo? kenapa sedikit lebam?" tanya Nessie.

"Lagi?" sambungnya.

"Harusnya lo bilang-"

"Udahlah, gue gak mau bahas itu. Mana sini minta bedak lo." Potong Dara yang langsung mengambil bedak milik Lala.

"Huss, kebiasaan." Sebal Lala dengan wajah kesalnya namun mengundang tawa Dara,Mika dan Nessie.

Nessie merupakan teman sebangku Dara, dan Mika duduk sebangku dengan Lala. Keempat gadis ini mempunyai sifat yang berbeda-beda.

Mereka itu sangat bervarian, ada yang tomboynya gak ketulungan

Mika

ada yang selalu bawa make up maupun peralatannya ke sekolah dan itu merupakan kewajiban baginya, jika ia tidak membawanya ia memilih untuk kembali pulang walaupun ia sudah tahu akan terlambat dan dihukum. Menurutnya, penampilan adalah nomor satu. Apalagi ia sangat suka tebar-tebar pesona pada kakak kelas dan adik kelas. Dia adalah

Lala

.

Berbeda halnya dengan Nessie, ia dikenal paling garang dan mungkin dari mereka berempat yang termasuk normal adalah Nessie, ya walaupun terkadang ia juga sedikit gila karena terbawa arus oleh ketiga sahabatnya itu. Apalagi Dara, ia termasuk paling gila diantara mereka berempat.

Namun, ia juga yang paling lembut hatinya di antara mereka hanya saja karena kegilaannya, hal itu menjadi sangat ghaib alias tidak terlihat sama sekali.

Dara termasuk orang yang paling bar-bar diantara mereka, tetapi ia juga yang paling popular, baik di sekolah maupun media sosialnya.

Saat ini pelajaran sedang berlangsung, mata pelajaran Sejarah memang selalu jadi ancaman bagi Dara. Selain gurunya yang menerangkan bagaikan bernyanyi begitu lembut membuat dirinya sulit sekali menahan kantuk.

Apalagi ketika bercerita tentang jaman dulu, atau menceritakan kisah dirinya sendiri. Itulah yang kini sedang Dara alami, menahan kantuk yang begitu melanda dirinya.

Ia menoleh ke belakang, melihat Lala yang sedang melihat buku, namun sebenarnya ada sebuah cermin didalamnya. Sedangkan Nessie yang merupakan teman sebangkunya sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya sehingga ia sudah tertidur sedari tadi.

Braakk..

Tendangan Mika dari belakang pada kursi Nessie membuatnya terpejat dan terbangun.

"Iya bu, saya tidak tidur ko." Ucap Nessie dengan lantangnya sembari mengangkat satu tangan kanannya.

Dara menyumpal bibirnya ia menahan tawa melihat aksi temannya itu.

"Apa Nessie? kamu tidur di jam pelajaran ibu?" ucap Bu Mimin yang melihat ke arahnya dengan tatapan yang siap menyergap mangsanya.

"Anu bu...."

"Biasa bu, Nessie begadang demi pacarnya." Timpal Mika dengan menyenggol Lala membuatnya segera menutup bukunya dan menyimpan cermin kecil kesayangannya sebelum terajia oleh bu Mimin.

"Mikaa!!" teriak Nessie yang tidak terima.

Mika menjulurkan lidah lalu tak lama Nessie mengambil rambut Mika dan menjambaknya. Tak mau kalah Mika juga kembali menjambak rambut Nessie dan sedikit menimbulkan kericuhan.

"Sudah-sudah! kalian ini bikin pusing saja. Nessie, Mika keluar kamu." Teriak Bu Mimin yang sudah sangat kesal karena telah mengganggu pelajarannya.

"Dara! Lala! kalian juga keluar. Dari tadi malah ketawa-ketawa kalian pasti tidak memperhatikan pelajaran ibu." Sambung Bu Mimin.

"Ko jadi saya bu." Timpal Dara.

"Cepat keluar, kalian ini bikin pusing saja."

Dara pun berdiri dan berjalan diikuti oleh Mika, Nessie dan Lala dari belakang.

Setelah keluar dan lumayan jauh dari kelas, tawa mereka pecah menggelegar. Begitulah cara mereka keluar dari kelas ketika sudah merasa bosan.