PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Obsesi Kakak Angkat

Obsesi Kakak Angkat

Penulis:Mega Kembar

Berlangsung

Pengantar
Divya dipaksa menikahi kakak angkatnya sendiri yang diusir dari rumah sejak 10 tahun lalu karena terpergok mencoba melecehkan Divya saat itu masih berusia 8 tahun. Menjalani bahtera rumah tangga dengan Ettan bagai hidup di Neraka. Divya yang memilih kabur lalu mengetahui bahwa dirinya mengandung anak Ettan. Apa yang harus Divya lakukan? Menggugurkannya atau mempertahankan janin dari pria yang dibencinya seumur hidup?
Buka▼
Bab

Raut wajah gadis cantik itu langsung berubah pias. Pipinya yang biasa mengembung lucu, kini mengerut seiring dengan bibir yang bergermetuk menahan amarah. Perasaannya bergejolak sampai ubun-ubun ketika kakak angkatnya berkata ....

"Aku datang untuk melamar Divya!"

Gadis yang dipanggil Divya sontak berdiri. Reaksinya begitu epic dibandingkan anggota keluarga yang lain. Mereka hanya terkejutnya dengan mata terbelalak.

"Apa maksudnya, Kak Ettan?" bentak Divya menatap tajam pada pria yang anteng duduk di sofa.

"Kak Ettan berniat menikahi adik kakak sendiri?"

"Adik?" Ettan menaikan alis lalu mendengkus.

"Sejak kapan kamu menjadi adikku, Divya?"

"Itu ...."

Divya kehilangan kata-kata. Lidahnya terasa kelu. Meski begitu hatinya teramat sakit ketika kakaknya tidak mengakui hubungan kekeluargaan di antara mereka.

Apa hanya karena menjadi kakak angkat Ettan mengatakan demikian?! Atau karena dulu dia diusir dari rumah dan berniat balas dendam?

Akan tetapi ....

Kenapa hanya pada Divya? Memangnya Divya salah apa?

Melihat keterdiaman Divya, Ettan berdiri. Lalu, berjalan ke arah gadis itu dan mengangkat dagunya.

"Kamu tahu sendirikan, Divya? Aku tidak pernah dianggap di keluarga ini?" sinis Ettan.

Divya menepis tangan Ettan. "Lalu apa hubungannya dengan menikahiku?" geramnya.

"Ya, memang tidak ada. Tapi kamu harus tahu. Bahwa bapakmu itu terlilit hutang dengan perusahaanku."

"Apa?"

Ettan menyeringai. Sedangkan Divya langsung menatap pria paruh baya yang tengah menunduk sendu.

"Apa maksudnya ini, Pak? Bilang kalau yang dikatakan Kak Ettan itu tidak benar?"

"Maaf, Divya!"

Divya menggeleng panik. Menolak ekspresi terluka dari sosok yang selalu memanjakannya.

"Tidak! Itu tidak benar. Kenapa Bapak berhutang pada Kak Ettan?" tanya Divya frustasi.

"Maafkan bapak, Divya. Bapak terpaksa melakukan itu."

"Untuk apa, Pak? Untuk apa?" Divya bertanya dengan suaranya kian lirih. Dalam hati merasa takut. Apakah ini akhir darinya yang masih berusia 18 tahun dan harus menikah muda?

Terlebih dengan orang yang 10 tahun lalu masih menjadi sosok kakak baginya. Sungguh, Divya merasa kacau.

"Maaf, Divya. Bapak terpaksa meminjam uang untuk menyambut panen kita. Bapak berencana untuk membayarnya dari hasil panen nanti. Tapi kamu tahu sendiri. Tahun ini panen kita gagal."

Penjelasan itu nyatanya tidak membuat Divya tenang. Justru sebaliknya, Divya semakin kalut.

"Tapi sungguh, Nak. Bapak tidak tahu kalau pemilik perusahaan tempat bapak meminjam itu milik Ettan."

Deg! Divya langsung menatap ke arah Ettan yang memandang datar.

"Kenapa? Kamu mau menyalahkanku?" tebak Ettan.

"Bajingan! Kamu menjebak bapakku!"

Divya meraung keras dan mencengkeram kerah jas hitam Ettan. Divya tidak peduli jika pakaian yang terlihat mahal akan kusut maupun koyak. Pokus Divya sekarang hanya meluapkan kekesalan pada Ettan.

"Heh?" Ettan menaikan alis mencemooh. Memberi tanda pada anak buahnya untuk mundur ketika mereka hendak membantu menenangkan Divya.

"Atas dasar apa kamu menuduhku seperti itu, Divya? Apa ada bukti aku menjebak bapakmu?"

Divya terbungkam. Ettan melirik sinis pria paruh baya yang dulu pernah menjadi ayahnya juga.

"Memang pada dasarnya bapakmu itu dari dulu juga tamak."

Plak!

"Jangan pernah menghina bapakku!" kecam Divya setelah menampir pipi kanan Ettan dengan sekuat tenaga.

Ettan menghapus sudut bibirnya yang terasa perih. Rasa asin besi mulai menyapa indera pengecap. Ettan memandang Divya yang masih diselimuti kabut amarah.

"Cih, aku tak peduli dengan itu! Yang pasti kamu harus menikah denganku, Divya."

"Selamanya aku tidak akan pernah menikahiku, pria sinting," balas Divya menanggalkan kesopanannya.

Divya merasa tidak sudi memanggil Ettan dengan sebutan kakak lagi setelah kejadian ini. Divya pikir Ettan yang kembali ke hidup mereka akan menjadi bagian dari keluarga lagi seperti dulu. Kenyataan Ettan datang hanya untuk membawa kehancuran.

"Baik! Aku tidak akan memaksamu!" ucap Ettan.

"Memang seharusnya seperti itu."

Ettan mendengkus. "Tapi sebagai ganti hutang yang tidak terbayar. Bapakmu akan kujebloskan ke dalam penjara atas kasus penipuan dan pelarian uang."

Deg! Jantung Divya seakan berhenti berdetak. Aliran darahnya kembali memanas.

"Apa maksudnya, Sialan? Kamu tidak berhak untuk ____"

"Berhak! Tentu saja aku pemilik uang itu. Dan aku bebas jika ingin menuntut bapakmu."

Divya tertegun. "Kamu tidak akan berani melakukan itu."

"Kenapa tidak?"

"Karena bapak adalah bapakmu juga."

"Bapak mana yang tega membuang anaknya sendiri ke jalanan?"

Deg! Lagi Divya dibuat membisu akan semua pembelaan Ettan. Sementara itu, kakak perempuan Divya yang bernama Ivvona

21 tahun

langsung menghardik.

"Bapak melakukan itu karena kamu yang berusaha melecehkan Divya."

Ettan beralih menatap ke arah gadis yang dua tahun lebih muda darinya. "Sudah kubilang saat itu aku mencoba mengeringkan tubuh

Divya yang basah terguyur hujan."

"Oh, lalu mencumbuinya di dalam kamar?" Ivvona membalas dengan senyum remeh. Ettan langsung terdiam.

"Terserah! Yang pasti adikmu satu-satunya itu akan menjadi milikku."

Ivvona menatap tajam. "Aku tidak akan membiarkannya! Akan kubayar semua hutang bapakku."

Sekarang giliran Ettan yang tersenyum merendahkan. "Kamu mau membayar dengan apa?! Kudengar kamu bahkan ditinggalkan oleh suamimu bukan?"

Deg! Ivvona melotot. Tidak menduga jika Ettan telah mencari tahu seluk-beluk keluarganya. Di sisi lain, Divya kembali merasa kaku.

"Ah, sepertinya aku terlalu banyak bicara, ya?" gumam Ettan bertopang dagu. Pandangan mata menelusuri semua ekspresi manusia yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupnya.

Ettan kembali beralih menatap Divya. "Pikirkan ini, Divya! Kamu menerima lamaranku dan hidup keluargamu akan aman."

"Kenapa harus aku?" cicit Divya gusar.

Ettan tersenyum lalu mencondongkan tubuh dan berbisik di telinga Divya. "Karena aku mencintaimu."

Divya terbelalak. "Tidak! Itu tidak benar! Aku tidak mau menikah denganmu! Aku tidak mau!"

Divya berteriak histeris seraya mendorong tubuh atletis Ettan menjauh. Di sisi lain, melihat reaksi menggemaskan Divya, Ettan semakin melebarkan seringai.

"Semua keputusan ada di tanganmu. Menikah denganku dan hidup keluargamu aman. Atau mengabaikannya dan ucapkan selamat tinggal pada bapakmu yang akan membusuk di penjara."

"Arghhh ... tidak! Hiks ... hiks!"

Air mata yang sendari awal ditahan Divya akhirnya lolos. Keputusan saat ini tidak bisa diambil sembarangan. Bagaimanapun setelah lulus SMA, Divya masih memiliki cita-cita untuk berkuliah di Perguruan Tinggi. Divya tidak mau terburu-buru menjadi seorang istri.

Akan tetapi, jika Divya menolak keinginan Ettan. Bagaimana dengan nasib bapaknya? Keluarganya juga?

Ibu yang hanya bisa terbaring sakit-sakitan di kasur dengan Ivvona yang menjadi Janda di usia dini. Satu-satunya pencari nafkah adalah

Bapak yang mengurus ladang. Jika beliau pergi. Apa yang akan terjadi pada keluarga Divya?

Melihat tangisan Divya, Ettan hanya menatap datar. Tak ada sedikitpun rasa iba di hatinya. Selama 10 tahun dibuang dari keluarga Lukman

Nama Bapak Divya

, Ettan sudah merencanakan hari ini. Pembalasan itu selalu datang, bukan?

"Pikirankanlah baik-baik, Divya," ujar Ettan memeluk tubuh ramping Divya singkat. Lalu, berbisik lirih yang mana membuat Divya kembali mematung.

"My Little Princess ...."

Panggilan itu ....

Adalah panggilan yang sering diucapkan Ettan ketika menemani Divya dalam permainan bocahnya. Dan sekarang kata itu ....

PENUH AURA POSESIF dan OBSESI!