PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Whats Wrong With Me

Whats Wrong With Me

Penulis:Cvt_3N

Berlangsung

Pengantar
“Ve, Kemari lah.” Lamunanku seketika buyar saat dia memanggilku padahal aku sedang berpikir. Mengapa ya kita itu, entah sadar atau tidak sadar ingin membuat orang lain tau tentang apa yang sedang kita alami, kita rasakan, atau apapun itu. Manusia hidup pasti memiliki jalan ceritanya sendiri kan, tetapi jika perjalanan kisah hidup orang lain terlihat jauh lebih menarik dari kisah perjalanan hidup diri kita sendiri bagaimana? Apakah diri kita adalah orang yang kurang memperhatikan hidup kita dan mengapresiasi diri kita sendiri sebagai tokoh utama dalam kisah perjalanan hidup kita? Aku berusaha dengan keras untuk benar-benar bisa memahami diriku sendiri. Lalu tiba-tiba aku menjadi kacau ketika sebuah pertanyaan datang kepadaku. Bagaimana jika justru bukan diri kita sendirilah tokoh utama yang ada dalam perjalanan kisah hidup kita? Bagaimana bisa itu terjadi. Hingga akupun mulai bertanya dan berpikir whats wrong with me? Apa aku berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya?
Buka▼
Bab

“Pak, Vero berangkat kerja dulu ya.” Pamitku kepada Bapakku, sambil aku meneguk sekali lagi susu dalam gelas dan meninggalkan sayur sop dan bakwan sayur yang kusiapkan untuk kami berdua sarapan. Ya setiap pagi memang aku sudah terbiasa melakukan ini, bahkan semua pekerjaan rumah begitu sanggup aku kerjakan dengan baik. Mulai dari memasak, mencuci, membereskan rumah, merawat taman. Apalagi aku adalah tukang masak yang tidak buruk, hehehe Bapak selalu bilang kalau aku ini pandai memasak seperti Ibuku.

“Iya hati-hati dijalan, nanti jangan lupa pulang kerja servis motor kamu itu.” Jawab Bapakku, sambil mengingatkanku agar tidak lupa untuk servis motorku.

“Iya Pak. Yasudah Vero berangkat.” Kataku sambil salim kepada Bapak.

“Iya.” Jawab Bapak.

Aku kemudian meninggalkan rumah, dan mulai bergegas menuju ke tempat kerja sambil menikmati perjalanan pagi hari yang sedikit mendung hari itu. Sambil menikmati perjalananku menuju tempat kerjaku. Aku akan mengambil kesempatan ini untuk menceritakan siapa diriku dan seperti apa, ya beginilah adanya aku. Inilah aku.

Aku bekerja sebagai seorang guru, di salah satu instansi pendidikan negeri di daerah ya yang lumayan belum terlalu kota, perjalanan menuju sekolah itu masih banyak pegunungan dengan udara dingin, itu membuatku tidak pernah meninggalkan syal tebal yang melingkar di leher. Tapi masih tidak terlalu jauh juga dari rumah, hanya perlu sekitar tiga puluh menit perjalanan untuk sampai kesana. Seperti yang kamu tau saat kali pertama membaca cerita ini. Aku adalah Vero, nama lengkapku Vero Adiamerita. Aku adalah anak tunggal dari Bapak Adi dan Ibu Meri, aku tidak memiliki saudara ya itu karena Ibuku sudah lama meninggal sejak dia melahirkanku. Bapak bilang, Ibu tidak tertolong waktu tanggal tujuh belas April tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga, ya saat tanggal dimana aku pertama kali merasakan udara dunia. Jadi aku adalah anak yang dibesarkan oleh Bapakku, dan juga Kakekku, dulu saat masih bayi tapi kata Bapak kakekkupun juga menyusul Ibuku, meninggal saat usiaku juga masih balita. Selama hampir dua puluh delapan tahun hidup, aku tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari keluarga seklaipun yang aku miliki keluargaku hanyalah Bapakku seorang. Bapak juga adalah anak tunggal yang memang hidup mandiri sejak kecil. Dulu Bapak bekerja ikut buruh menjadi tukang angkat kayu, sampai akhirnya sekarang Bapak menjadi pengusaha tukang kayu, ya mebel kecil-kecilan di rumah. Tapi dengan usaha itulah Bapak mampu menghidupiku dan memenuhi kebutuhanku, mulai dari sandang, pangan, papan bahkan pendidikan, hingga akhirnya aku lulus dari perguruan tinggi sarjana sebagai seorang sarjana pendidikan guru bahasa Indonesia. Kenapa menjadi lulusan bahasa Indonesia, aku sejak kecil sudah amat kagum dengan cerita Bapak tentang Ibuku yang begitu piawai bertutur kata dengan amat sopan menggunakan bahasa Indonesia, dan kata Bapak karena kepiawaiannya itulah Bapak jatuh cinta kepada Ibu hingga akhirnya menikahi Ibu dan lahirlah aku. Sayang sekali bahwa aku tidak bisa merasakan sentuhan seorang Ibu dan tidak bisa menyaksikan hubungan Ibu dan Bapak yang selalu dikisahkan oleh Bapak begitu romantisnya mereka berdua. Tetapi kisah mereka berdua itu berlawanan dengan kisah percintaanku. Diusiaku yang memang sudah terbilang siap sebagai seorang wanita untuk berumah tangga, aku masih saja sendiri dan belum menemukan tambatan hati. Tapi leganya aku adalah Bapak tidak pernah menuntutku soal hal ini. Menurutku Bapak adalah seorang Ayah yang bijak, dia begitu mampu membimbingku hingga aku jadi sebesar ini, mendidik anaknya untuk menjadi seseorang yang jujur, bekerja keras dan tulus. Aku orangnya memang tidak suka basa-basi, tidak suka banyak kode, to the point dan ramah. Ya seperti itulah kehidupanku, keluargaku dan seperti itulah Aku. Banyak yang bilang aku sudah sukses hidup mapan, memiliki pekerjaan tetap dan memiliki paras yang manis, mau menunggu apalagi bukannya sudah banyak yang mendekati. Jika soal percintaan entahlah apa yang benar-benar sedang aku cari, aku hanya merasa bahwa aku belum menemukan seseorang yang klik dengan diriku.

Aku bahkan masih bertanya-tanya ada apa sebenarnya denganku, sejauh aku hidup ini aku memang tidak pernah merasa tertarik dengan seorang pria, tertarikpun aku hanya merasa sebatas seperti melihat seorang aktris saja di televisi, dan hanya sebatas itu. Dalam pandanganku seorang pria itu adalah sosok yang realistis, selalu menggunakan akal pikirannya dan tidak ribet, seperti itulah yang aku lihat juga dari sosok Bapakku, yang tidak pernah terlalu memikirkan urusan duniawi bahkan apalagi jika harus mengejarnya hingga mati-matian. Dengan hidup bersama Bapak, tanpa aku sadari aku telah mengerti banyak hal tentang makhluk yang bernama pria, bahkan segalanya aku bisa mempelajarinya dari Bapakku, bahkan aku pernah merasa bahwa seorang pria itu adalah makhluk yang memang sudah sempurna apalagi untuk dikagumi, ya sekalipun aku tau kenyataannya tidak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi ya seperti itulah dalam kacamataku, pengetahuanku tentang kaum adam membuat ketertarikanku kepada seorang pria itu mungkin hanya sebatas itu. Aku juga tidak tau apakah itu wajar atau tidak.

Membahas pria sebagai kaum adam, aku pikir aku juga perlu membahas wanita, sebagai kaum hawa. Bagiku secara pribadi, wanita itu adalah makhluk yang paling dan sangat layak untuk di beri perhatian dan kasih sayang, entah itu tua, muda, kecil, atau apapunlah. Aku sebagai seorang wanita saja begitu bahagia saat di beri perhatian dan kasih sayang yang selalu diberikan oleh Bapakku, dari sanalah aku juga memiliki keinginan seandainya semua wanita sebahagia aku ketika diberi perhatian dan kasih sayang betapa damainya kehidupan di dunia ini. Kesaling mengertian yang serasi ini menjadi kebahagian tersendiri bagiku, apalagi saat aku bisa membuat kaum hawa merasakan kebahagian sederhana ini. Karena hal itulah aku semakin fokus dan lebih tertarik untuk mencapai keinginanku itu, hingga aku merasa sepertinya aku terlalu terlarut didalamnya, atau aku juga merasa sedikit ambigu untuk mengakui bahwa makhluk yang bernama wanita itu lebih memiliki daya tarik tersediri dalam pandangan dan pikiranku. Aku tidak pernah tau apakah itu adalah hal yang masih ada dalam batas kewajaran ataukah tidak, aku hanya ingin menceritakannya dan mungkin dengan kamu membaca ini kamu bisa membantuku untuk mengetahui apa yang sebenar-benarnya terjadi kepadaku. Apakah ada yang salah denganku? Apa aku berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya? Aku akan mulai menceritakannya kepadamu. Yang ingin aku ceritakan ini sebenarnya bukanlah tentang makhluk yang dibedakan antara manusia pria dan manusia wanita, tapi ini lebih kepada bahwa untuk menyayangi seseorang dengan tulus sebenarnya kamu tidak perlu mempermasalahkan apakah dia itu pria ataukah wanita.Tujuan seorang pria dan wanita hidup bersama adalah untuk mempertahankan ras dan keturunannya, tapi apakah semua itu membuat dan melahirkan kebahagiaan? Ataukah sebuah formalitas dan kebiasaan yang sengaja dipertahankan untuk mengkalkulasikannya dan menyebutnya sebagai kebahagiaan? Aku pikir dua orang yang saling mengerti dan memahami dan juga menyayangi sangat bisa hidup bahagia terlepas dari apakah mereka itu pria dan wanita, karena kebahagiaan itu sebenarnya tidak harus dibatasi oleh formalitas dan kebiasaan yang sudah mendarah daging.

Aku mohon, bacalah dulu dan dengarkan pikiran terdalam dalam dirimu saat memasuki ceritaku ini, maka harapanku adalah kamu akan memahami dan mengerti tentang apa yang sebenarnya ingin aku sampaikan dari cerita ini.

Aku siap memulai untuk menceritakannya.