PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Love In Bandung York

Love In Bandung York

Penulis:Sisi Anda

Berlangsung

Pengantar
Bunga senang karena sebentar lagi lulus. Dia harus mencari universitas yang sesuai dengan keinginan orang tuanya. Disisi lain dia tidak mau ke Universitas yang ada di Bandung karena harus berpisah dengan Dimas, pacar pertamanya, sekaligus cinta pertamanya. Tapi ketika bertemu dengan Berril di Bandung, Bunga merasakan cinta yang berbeda, cinta yang berdebar dan datang begitu elegan. Bunga merasa Berril adalah pria yang pantas untuk menikahinya. Sosoknya seperti tokoh dalam novel, begitu keren, pintar, religius, ramah dan pintar bela diri. He is too good to be true but he's real in life, tapi pria seperti Berril dikelilingi banyak pengagum. Saingannya pun tidak main-main, sedangkan Dimas selalu menunjukkan bahwa dia adalah pacar yang setia di antara hubungan yang long distance. Dimas begitu baik, tapi Berril begitu menarik. Apakah Berril hanya akan menjadi cinta Platonis untuk Bunga atau cukup dengan Dimas saja??
Buka▼
Bab

Hampir saja, bibir bertemu bibir, Bunga selalu punya gerakan tiba-tiba, entah itu ketika berjalan, duduk, menoleh, ataupun berbaring, kali ini dia tidak sengaja menabrak Dimas, postur tubuh Bunga yang tinggi, dan postur tubuh Dimas yang cukup pendek untuk laki-laki pada umumnya, membuat Bunga terpaku melihat wajah Dimas yang begitu dekat dengan nya.

"Sorry.... " Bunga menjauhkan wajahnya, langkahnya mundur.

"Kalau jalan hati-hati dong" serunya Ketus. Dimas merapikan seragam kemejanya, yang sudah Bunga remas, Bunga sepertinya sekuat tenaga untuk menghindari tabrakan itu terjadi.

"Hampir saja..... "

Bunga kembali berjalan, menyusuri koridor sekolah, mencari-cari Mentari yang dari tadi menunggunya.

"Aduh please deh Mentari, kenapa harus di bawah pohon? " Bunga menggerutu, bibirnya maju setengah senti.

"Emang kenapa sih? " Tanya Mentari yang sudah tidak sabar untuk mulai mendiskusikan tugas kelompok portofolio dari tadi.

"Banyak ulat..... " seru Bunga, yang tidak berani mendekat. Dia menunjuk pohon jambu air yang daunnya sudah kebanyakan bolong-bolong.

"Gak ada kok, tuh..... " Seru Mentari, sambil menarik tangan Bunga. Bunga pasrah dan berusaha tetap tenang dan merasa aman di bawah pohon itu.

"Kita sekelompok sama siapa aja sih? " Tanya Bunga, minggu lalu dia tidak ikut kelas prakarya dan kewirausahaan.

"Areta, Mega sama Dimas"

"Dimas?? Murid baru itu? " Tanya Bunga tak percaya, pasalnya dia adalah cowok yang baru ditabraknya tadi.

Tak berapa lama, Ketiga orang itu datang, Dimas di barisan terakhir, wajahnya tetap sama, datar, gak ada manis-manisnya.

Mereka pun, berdiskusi untuk menentukan makanan internasional mana yang akan mereka buat. Setelah semua nama makanan internasional disebutkan satu persatu, mereka jadi bingung sendiri, Ada yang ingin praktis dan simple, tapi ada yang ingin membuat makanan cuisine.

"Udah spaghetti aja... "

"Kayaknya kelompok lain bakalan bikin itu deh"

"Iya yang agak aneh gitu makanannya... "

" Pizza.... "

"Sama enggak anehnya.... "

"Yang aneh itu kayak gimana sih.... "

" Maksudnya yang unik yang beda daripada yang lain"

"Ya udah sekarang kita tugasnya cari makanan internasional dan resepnya, baru nanti kita tentukan" Tutup Mentari, jiwa kepemimpinan nya muncul ketika tahu anggota kelompoknya hanyalah, berapa anak yang tidak lebih pintar dari nya. termasuk Bunga.

Merekapun setuju dan bubar, Pak Arman mengacak anggota kelompok dengan kelas lain, dan tidak ada yang tahu alasannya kenapa Bunga dan Dimas berada di kelompok yang sama dari kelas yang sama.

"Punya kamu kan? " Dimas menyerahkan sebuah gelang tali berwarna pink magenta milik Bunga. Setelah hanya mereka berdua yang akan beranjak dari tempat itu.

"Kok kamu tahu ini punya aku? " Tanya Bunga sambil menerima gelang yang diberikan Dimas.

Kali ini Dimas tersenyum, manisnya kebangetan. Dimas mengimbangi langkah Bunga, kali ini mereka berjalan beriringan.

"Semua orang pasti tahu kalau ini punya kamu..." Kata Dimas membuat Bunga heran kenapa Dimas berpikir seperti itu.

"Tunggu, jangan bergerak ya" Bunga berhenti berjalan dan mematung menuruti apa yang dikatakan Dimas, Dimas mengambil sebuah sampah stick es krim. Dan mendekat ke arahnya, stick es krim itu terasa mencolek ke pundaknya.

"Ini ada ulat bulu" serunya sambil di perlihatkan kepada Bunga, Bunga bergidik ngeri. Dimas langsung membuangnya.

"Makasih ya.... " Seru Bunga merasa Dimas hari itu adalah pahlawannya.

##

"Elsa...... " Bunga memanggil teman sebangkunya dengan kencang. Orang yang sedang asyik nonton drakor di smartphone nya langsung kaget.

"Stop panggil gua Elsa.... " Orang yang di panggil Elsa tampak sangat kesal.

"Kenapa Ikh, kan bagus di panggil Elsa...., princess Elsa.... " Seru Bunga semakin membuat orang yang sedang duduk di sampingnya bergidik geli.

"Nama gua Elis.... Bunga.... " Elis merasa aneh dengan teman sebangku nya itu, berapa kali diralat, tetep saja selalu keluar nama Elsa.

"Gak apa-apa dong Els... Itu panggilan khusus dari aku..... " Seru Bunga tanpa menghiraukan, bagaimana Elis menatapnya.

Elis tak habis pikir dengan Bunga, Kenapa begitu keras kepala memanggilnya Elsa, apa Bunga termasuk fanatik film Frozen? Elis akui gaya berpakaian Bunga sangat girly, segala yang berwarna pink magenta sudah menjadi ciri khasnya, satu sekolah pun seperti nya tahu. Tapi bagaimana mungkin hal itu bisa dibandingkan dengan dirinya yang jauh dari kata girly.

"Kalo gua Elsa, elo apa....princess Anna?" Tanya Elis geli juga menanyakan hal itu.

"Princess Bunga dong... " Serunya, Bunga terlalu cantik untuk dibenci, pikir Elis.

"Kamu sekelompok sama siapa, tugas prakarya? "

"Di kelompok gua ada Tari, Indah, Jimmy sama Arifin... Kalo lo?

" Areta, Mega, Dimas sama Mentari... "

"Wah, aman kalo ada Mentari... "

"Emang kenapa? " Tanya Bunga.

"Nilai lo bakalan aman....dia perfectionist "

"Perfectionist? " Tanya Bunga.

"Dan sedikit ambisius.... Gue pernah sekelas sama dia.... "

##