PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Will You Marry Me

Will You Marry Me

Penulis:FaaQueen

Berlangsung

Pengantar
Bagaimana perasaan kalian, jika tepat di hari yang sangat spesial, justru mendapatkan kenyataan menyakitkan? Kekasih dari Bobby Castellucio, justru membongkar bahwa dirinya memiliki pria idaman lain. Detik itu juga hati milik Bobby patah dan hancur berantakan. Bagaimana perjalanan hati Bobby sehingga bisa kembali utuh dan menemukan pasangan hidupnya?
Buka▼
Bab

"Kamu cantik banget malam ini," puji Bobby, sambil tersenyum terus menerus menatap wajah perempuan yang menyandang status sebagai kekasih itu.

Melly Gibson namanya, perempuan cantik. Bahkan sangat cantik. Kekasih dari Bobby Castelluccio itu, sebenarnya sudah sangat malas menjalani hubungan seperti ini.

Hanya melempar tatapan datar pada laki-laki yang ada di depannya itu, untuk menyahut pujian yang terlontar dari Bobby pun rasanya sangat enggan.

Namun, tangan milik Bobby perlahan meraih tangan Melly, dengan senyuman yang belum juga luntur tangan kiri Bobby merogoh kantong celana yang ia pakai.

Mengeluarkan kotak merah yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari, membukanya, lalu berucap, "Will You Marry Me, Melly Gibson?"

Buru-buru Melly menarik tangannya dari genggaman Bobby, lalu menjawab, "Sory, Bob. Gue enggak bisa."

Masih dengan senyuman yang belum juga luntur, Bobby menggelengkan kepalanya. "Jangan bercanda kek gitu ah! Enggak baik, Sayang."

Melly tertawa meremehkan. "Bercanda? Lo kira gue bercanda? Enggak, Bob! Gue serius!"

Perlahan senyuman yang sedari tadi ditunjukkan oleh Bobby pun menghilang. Kedua tangannya berusaha untuk kembali meraih tangan milik Melly, sedangkan kotak cincin yang ia bawa dibiarkan di atas meja, dengan keadaan yang masih terbuka.

"Sayang, ini malam anniversary kita loh, kamu jangan buat kejutan kek gitu dong!" Bobby masih belum menerima kenyataan bahwa pujaan hatinya itu akan bersikap seperti ini.

Kembali Melly menarik tangan kanannya dari genggaman tangan milik Bobby. "Lo pernah mikir enggak sih? Gimana gue ngejalanin hidup selama ini?"

Menarik napas terlebih dulu, lalu kembali berucap, "Lo sama sekali enggak pernah ada waktu buat gue, Bob! Gue pengen kek wanita-wanita lain! Enggak gini, cuma ada status hubungan, tapi Lo enggak ada buat gue!"

Air mata milik Melly perlahan turun membasahi pipi miliknya, tetapi segera dihapus oleh tangannya sendiri.

"Mel, kamu tau? Itu semua demi usaha yang aku bangun. Dan kamu lihat sendiri gimana hasilnya, kan?"

"Aku sukses, Mel. Aku udah sukses dan kita bisa menikah sekarang," jelas Bobby, yang turun dari tempat duduknya, menghampiri Melly.

Melihat Bobby yang akan mendekat ke arahnya, Melly pun memilih untuk berdiri dan berteriak, "Iya, gue tau sekarang lo udah sukses! Sukses dalam segala hal! Tapi Lo enggak sukses dapetin hati gue!"

"Sorry, Bob! Hubungan kita sampai di sini aja, gue enggak bisa nerusin ini sama lo," lanjut Melly, lalu mengambil tas yang ada di kursi.

"Mel! Tunggu! Kita udah dua tahun lebih, loh! Dan akhir dari ini cuma kek gini?" tanya Bobby, dengan nada yang sangat lemah.

Persetan dengan pengunjung lain yang menjadikan mereka bahan untuk tontonan. Sungguh, jauh di dalam hati Bobby, ia sangat menyayangi wanita yang ada di depannya saat ini.

"Udahlah, Bob! Enggak usah sok tersakiti gitu! Karena pada kenyataannya, gue yang selama ini sakit hati!" Setelah berucap seperti itu, Melly benar-benar melangkahkan kakinya menjauh dari Bobby.

Kejadian yang sama sekali tak terduga oleh Bobby, adalah saat tiba di pintu keluar, Melly langsung melingkarkan tangannya pada laki-laki lain, sambil mengeluarkan senyuman yang seharusnya itu adalah milik Bobby.

"Jadi ini akhirnya? Lagi-lagi salah," gumam Bobby, lalu kembali duduk di tempat yang tadi.

Tak peduli dengan tatapan pengunjung lain yang merasa kasihan, Bobby menatap nanar cincin yang berada di genggaman tangan. Air matanya tak terasa langsung jatuh melewati pipi.

"Aku sayang sama kamu, Mel," ucap Bobby. Meletakkan kembali cincin tersebut di atas meja, ia menarik kasar rambutnya, lalu mengusap kasar wajah yang penuh dengan keringat bercampur dengan air mata.

Bobby mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu dan meletakkannya di atas meja, lalu dirinya melangkahkan kaki keluar dari restoran tersebut dengan langkah lemas.

Tak lupa juga ia membawa cincin tadi sebagi kenang-kenangan. Itu akan menjadi hal yang sangat menyakitkan di sepanjang hidupnya.

Masuk ke dalam mobil, bukannya tenang, Bobby justru semakin frustasi. Percayalah, seorang laki-laki juga bisa merasakan patah hati, bahkan sangat luar biasa.

Rasa sesak yang ada di dalam hatinya, tengah menyelimuti Bobby saat ini. Ia membuka dua kancing atas kemejanya, tetapi sama sekali tak berefek.

Ingatan tentang penolakan Melly barusan, membuatnya kembali merasakan sesak yang luar biasa.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan hubungan? Keseriusan? Atau sejenisnya?

Bukankah yang dilakukan oleh Bobby sudah benar? Di dalam hatinya sudah sangat serius dengan perempuan yang bernama Melly, ia memiliki impian untuk sukses dengan usahanya di bidang makanan, supaya jika sudah mapan bisa lebih mudah untuk meminang ratu yang ada di dalam hatinya.

Namun, apa hasilnya? Ia justru merasakan arti kehilangan? Dunia ini tak adil! Mengapa dipertemukan, tetapi tidak memiliki pemikiran yang sejalan?

Jika saja Melly lebih paham dengan apa yang berada di dalam pemikiran Bobby, perpisahan ini tak mungkin terjadi.

Apalagi, selama ini Melly sudah berbelok dan memiliki laki-laki pujaan lain di dalam hatinya.

"Argh!" Bobby melampiaskan semua kekesalannya itu pada setir mobil dan menundukkan kepalanya, air mata kembali menetes, pikirannya melayang untuk mengakhiri hidupnya saja.

Bobby menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang tadi terlintas di benaknya. 'Bukankah jika meninggal, semua rasa itu akan lenyap dari dalam hati?'

Perlahan, Bobby melajukan mobilnya untuk menuju ke arah jembatan yang kebetulan letaknya tak jauh dari sini. Sesampainya di tempat tujuan, Bobby keluar dari dalam mobil, pikirannya sudah tak karuan.

Namun, sakit hati lebih mendominasi perasaannya saat ini. Mendengar deras air yang mengalir dari bawah jembatan, membuat Bobby seakan ingin langsung menyeburkan dirinya ke situ.

"Eh! Jangan!" teriak seorang dari arah yang tak jauh Ari Bobby berdiri saat ini.

Teriakan itu sama sekali tak terdengar oleh Bobby, ia menaikkan kaki kanannya ke pembatas jembatan, bersiap untuk jatuh ke aliran air yang sangat deras tersebut.

Saat satu kaki lagi yang akan terangkat, perempuan yang berteriak tadi buru-buru menarik tangan kiri Bobby. Alhasil mereka berdua terjatuh, dengan posisi Bobby yang berada di atas.

"Argh! Lo ngapain sih? Ganggu aja!" teriak Bobby, yang langsung tersadar dan bangun dari posisi yang tadi.

Mendengar teriakan yang seperti itu, perempuan yang bernama Kiara pun ikut berdiri, sambil membersihkan baju kerjanya yang masih setia menempel di tubuhnya.

"Bapak tuh enggak ada rasa terima kasihnya banget ya! Udah untung disadarin! Malah balasannya kek gitu!"

"Enggak usah bunuh diri lagi juga, nanti bakalan mati kok, Pak! Sabar aja, kalau enggak malam ini, mungkin besok bapak akan mati!"

"Jangan lupa berdoa juga, supaya dipercepat waktunya!" Setelah berucap panjang lebar seperti itu, Kiara melanjutkan langkahnya lagi, meninggalkan Bobby yang menyatukan alis melihat kelakuan perempuan yang baru saja ia temui.