PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Anak Bernasab Ibu

Anak Bernasab Ibu

Penulis:Desih Sukaesih

Tamat

Pengantar
Aulia Hapsari namanya, gadis 28 tahun dengan paras yang cantik menurun dari ibunya, Sri Hapsari. Aulia sering mendapatkan cemoohan karena bernasabkan ibunya dan di anggap sebagai anak haram oleh orang-orang d sekitarnya, bahkan lamaran demi lamaran terpaksa terputus sebelah pihak saat dia menceritakan tentang ibunya juga perihal nasab tersebut. "Ibunya gila, aku gak sudi besanan dengan orang gila." seruan lantang dari perempuan setengah baya, yang menunjuk tepat ke arah Sri Hapsari. Hinaan itu yang membuatnya selalu membatalkan pernikahannya. Bagaimanakah nasib dia selanjutnya? Dan siapa Rusli? satu nama yang selalu di sebut-sebut oleh ibunya. Apakah dia ayahnya? Lelaki yang sudah membuat ibunya menderita.
Buka▼
Bab

Kegaduhan kembali terdengar di rumah Ramlan, paman dari Aulia. Lagi-lagi penolakan keluarga pihak lelaki yang melamar Aulia serta batalnya rencana pernikahan untuk kesekian kalinya. Geram sudah rasanya Ramlan pada keponakannya. Karena selalu saja Aulia dengan bangganya memberi tahu pada keluarga dari pihak lelaki perihal nasab dirinya atas nama ibunya.

"Dia ini anak haram, aku gak sudi punya menantu dari hasil hubungan zinah. Lebih baik rencana pernikahan ini di batalkan." seru perempuan setengah baya dengan wajah merah menahan luapan emosi yang sedari tadi dia tahan.

"Tidak apa-apa kalau ibu mau membatalkannya, setidaknya saya sudah jujur perihal apa yang terjadi pada keluarga saya ini. Kalau sudah tidak ada lagi yang harus di bicarakan saya permisi karena sudah waktunya sholat asar." Aulia pergi berlalu meninggalkan ruang tamu yang suasanannya masih panas. Hatinya sudah kebal dengan terulangnya penolakan ini karena sebelum-sebelumnya juga seperti itu.

Ramlan menyusul Aulia, dia harus bicara lebih tegas lagi pada keponakannya itu agar tak perlu lagi menceritakan tentang asa-usulnya pada calon mertuanya. Karena penolakan pasti akan kembali terjadi jika dia tetep bersikukuh melakukannya.

"Kamu ini benar-benar keras kepala Aulia, sudah berapa kali paman bilang. Jangan lagi kamu ceritakan tentang masa lalu ibumu dan apa susahnya sih memakai nasabku supaya kamu cepat menikah, kalau seperti ini terus bisa-bisa kamu akan menjadi perawan tua seumurnya." bentak Ramlan pada Aulia.

"Lebih baik aku menjadi perawan tua ketimbang harus berzinah seumur hidupku, dengan memakai nasab paman. Apa paman lupa kalau nasabku memang harus atas nama ibu, karena ibu hamil sebelum menikah." Aulia kembali berjalan, hatinya bergemuruh menahan sesak. Entah sampai kapan dia akan terbebas dari semua ini.

Sri Hapsari perempuan yang sehari-harinya hanya diam memandang keluar jendela tatapan matanya jauh, kosong. Hanya satu nama yang selalu keluar dari mulutnya setiap kali Aulia mengajaknya ngobrol.

"Rusli"

"Rusli"

Sambil tersenyum tersipu Sri bergumam nama itu, tapi detik berikutnya wajahnya berubah tegang seperti ingin meluapkan amarah. Dan Aulia segera memeluk tubuh kurus ibunya.

"Ibu harus sembuh ya, Aulia janji akan mencari uang yang banyak untuk berobat ibu. Ibu tenang ya." seketika Sri terdiam dalam dekapan putrinya.

Merasa penasaran dengan nama yang selalu saja di sebutkan ibunya, Aulia pun mendesak bibinya untuk menceritakan tentang masa lalu ibunya juga siapa Rusli, Aulia sangat yakin kalau laki-laki itu adalah orang yang sudah membuat ibunya menderita sampai saat ini. Awalnya bibinya tak mau bercerita dan hanya mengatakan kalau Sri hanya sedang berkhayal saja tapi hal itu tak lantas membuat Aulia percaya. Setelah di desak akhirnya bibinya menceritakan tentang Rusli.

"Dulu ada sekelompok mahasiswa dari kota yang sedang melalukan PKL ke desa ini, kebetulan tiga di antara mereka tinggal di rumah ini, ibumu dekat dengan lelaki yang bernama Rusli. Setelah mereka semua kembali ke kota Sri berubah jadi lebih pendiam dan sebulan kemudian ibumu hamil, dia hampir mengugurkan kandungannya kalau saja tak bibi halangin. Dan puncaknya setelah kamu lahir dia gak kuat menahan tekanan karena hujatan warga akhirnya dia jadi seperti sekarang." dengan terbata-bata bibinya menceritakan awal mula mala petaka yang membuat ibunya harus kehilangan kewarasannya sampai sekarang.

"Apa bibi tau tentang jati diri mereka satu persatu yang tinggal di rumah ini?" Aulia bertegad akan mencari tau tentang siapa lelaki yang sudah membuat ibunya menderita.

"Yang bibi tau kalau Rusli adalah anak dari seorang saudagar kaya di kota, ayahnya memiliki hektaran kebun sayur mayur yang berada di beberapa daerah sini juga desa tetangga, hanya itu yang bibi tau. Karena Rusli sering ngobrol dengan pamanmu perihal latar belakang keluarganya. Dan kemungkinan kalau Ruslilah yang dulu menghamili ibumu karena hanya nama dia saja yang selalu di sebut-sebut oleh Sri." wajah Asih menegang mengingat kembali tentang kedekatan antara Sri juga Rusli. Dia tak berani mencari tau atau mendatangi rumah Rusli karena tak ada keberanian akan hal itu, mengingat Rusli adalah anak orang kaya.

"Terima kasih banyal bi atas informasinya, semoga saja aku cepet dapet kerjaan dengan gaji yang besar untuk biaya berobat ibu." ujar Aulia pada bibinya dengan tekad yang kuat.

Setelah mengetahui dan mendengarkan cerita dari bibinya, Aulia menuju rumah salah satu temannya yang akan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Selama ini dia hanya sedikit-sedikit membantu bibinya mencari uang sebagai buruh lepas membersihkan kulit bawang merah atau mengikatnya. Hasilnya lumayan untuk biaya dia makan sehari-hari. Selepas tamat sekolah Aulia membantu bibinya ikut kerja apa saja yang penting bisa mendapatkan uang karena selama ini dari dia bayi paman dan bibinyalah yang sudah merawat dan membesarkannya, dia sudah di anggap seperti anak kandungnya sendiri oleh Asih karena dia gak punya keturunan.

Selama 28 tahun Ramlan dan Asihlah yang berjasa telah merawat Aulia juga ibunya, kata orang-orang Sri itu gila. Tapi bagi Aulia ibunya hanya sedang menikmati dunia khayalannya saja, hampir setiap hari dia mengajak ngobrol ibunya menceritakan banyak hal meski tak sekalipun Sri menanggapinya terkecuali nama Rusli yang terucap dari bibirnya.

"Aku janji bu, akan membawa laki-laki itu ke hadapanmu. Biar dia tau kalau perbuatannya sudah merenggut seluruh kebahagiaan hidupmu, aku pastikan hal itu pasti akan terjadi." wajah Aulia mengeras, matanya tajam menatap kedua manik perempuan di hadapannya.

"Rusli, Rusli. Bawa kesini, bawa kesini." gumam Sri berulang-ulang, benar saja hanya nama itu yang terucap dengan tambahan dua kata yaitu 'bawa kesini' itu artinya dia memahami apa yang Aulia sampaikan.

"Iya bu, aku akan bawa dia kesini. Ke hadapan ibu." Aulia memeluk ibunya, tumpah air matanya tak terbendung lagi. Selama ini dia berusaha tegar di hadapan orang-orang demi perempuan hebat yang sudah melahirkannya, meski hatinya sakit ketika mereka mengolok-olok ibunya dengan sebutan orang gila. Tap dia belajar untuk tak menghiraukannya.

Sudah berulang kali Aulia katakan pada pamannya untuk membawa ibunya beobat ke rumah sakit jiwa supaya bisa kembali pulih, tapi Ramlan selalu saja menolak permintaan itu dengan alasan biayanya mahal dan percuma karena akan sia-sia saja membawa Sri berobat.

"Ibu gak gila paman, dia hanya sedang menikmati dunia khayalannya saja. Besok atau nanti dia akan kembali pulih, aku pastikan itu." Aulia berlalu dari hadapan pamannya, setelah lelaki itu menolak dengan tegas permintaan Aulia yang lagi-lagi memintanya untuk membawa ibunya ke dokter jiwa memeriksa keadaan mentalnya.

Langkah kakinya begitu tegak penuh keyakinan yang besar bahwa suatu hari nanti dia dan juga ibunya bisa hidup dengan normal, serta bahagia seperti orang-orang.