PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Balas Dendam Terindah

Balas Dendam Terindah

Penulis:iTsMeyOo

Berlangsung

Pengantar
Diperkosa hingga hamil oleh orang asing, difitnah kakak tiri, dan diusir oleh ayah kandungnya, membuat Kaila berjanji, di tempat pengasingannya, ia akan membalas semua itu pada suatu hari nanti. Lima tahun berlalu, ia telah siap membalas semua rasa sakitnya. Namun, siapa sangka, lelaki yang menghamilinya, yang selama ini ia kira orang yang berbeda, mencarinya dan anak mereka. Bastian, tahu siapa yang ditidurinya lima tahun lalu. Ia selalu mencari wanita itu ke manapun, bahkan saat ia sudah menikah. Saat Kaila dan Bastian tak sengaja bertemu, mampukah Kaila meyakinkan hatinya untuk tetap teguh balas dendam?
Buka▼
Bab

Di sebuah kamar hotel bertipe presient suite, seorang wanita muda bernama Kaila Alsagoff, menyantap makanan di hadapannya dengan tenang.

Sebagai seorang staf rumah sakit terkenal, Kaila termasuk dokter yang sibuk. Tak jarang ia bahkan melewatkan waktu makannya, karena pasien yang datang terkadang seperti tak ada hentinya.

Si seberang Kaila, ada seorang wanita duduk yang dari tadi memandang Kaila dengan angkuhnya.

Senyum di bibirnya terukir sinis, seolah ia merasa bahwa ialah yang lebih hebat dalam segala hal jika dibandingkan dengan Kaila.

Saat Kaila sudah hampir menghabiskan makanannya, Davina, wanita yang duduk di hadapannya, melontarkan tanya, “Dok, mau tau sesuatu nggak?

“Aku… lagi hamil anak keluarga Adhitama lho.”

Kaila bersyukur karena ia sudah menelan suapan terakhir makanannya. Karena kalau tidak, sudah bisa dipastikan bahwa ia akan tersedak akibat terkejut mendengar ucapan Davina.

Sejenak, matanya mengamati apakah ada perubahan di tubuh wanita di hadapannya ini.

Dalam hati, ia bertanya-tanya, kapan kakaknya ini berhubungan badan dengan Evan Adhitama, tunangannya.

Evan Adhitama adalah tunangannya, bukan tunangan sang kakak. Dan, karena tak ada lelaki lain lagi yang menjadi pewaris Adhitama, jadi Kaila tahu persis bahwa ‘Adhitama’ yang dimaksud sang kakak adalah Evan.

Merasa kalau Kaila tak akan menyahut, Davina bangkit dari duduknya, melangkah mendekati sang adik yang masih saja terdiam.

“Yah, kamu tau kan kalau Kakak selalu punya cara untuk dapetin apa yang Kakak mau? Jadi… kamu nggak perlu lagi ngerasa heranlah ya,” ucap Davina, lalu menepuk tangannya dua kali.

Tak lama, dua orang pengawal berbadan tegap masuk ke kamar itu, menghampiri Davina dengan patuh.

“Ngomong-ngomong Kaila, kamu tau kan presdirnya grup Setiawan?” tanya Davina. “Kakak denger… istri ketiganya baru meninggal lho.

“Jadi, Kakak harap kamu bisa nemenin presdir Setiawan ya? Karna selanjutnya, posisi tetap kamu nanti ya jadi istrinya presdir Setiawan.”

“Hah? Gimana Kak?”

Kaila akhirnya bersuara, karena ia mendadak tak paham dengan maksud sang kakak. Atau mungkin sebenarnya ia paham, tapi ia menolak untuk mengerti.

Davina sendiri melirik ke arah dua pengawal yang tadi masuk, lalu dengan isyarat mata, ia meminta dua orang itu untuk membawa Kaila.

“Kak! Apa-apaan?” protes Kaila saat kedua tangannya dipegangi, layaknya ia adalah seorang kriminal yang bisa kabur kapan saja.

“Kamu ngerti lho maksud Kakak tadi Kai,” sahut Davina.

“Tapi Kak… gimana bisa Kakak nyerahin aku ke presdir grup Setiawan, yang umurnya bahkan setara umur Papa, sedangkan Kakak enak banget bisa sama Mas Evan?

“Jangan gila Kak! Aku nggak mau! Nggak akan pernah mau sampai kapanpun!”

“Kai, percaya deh ya sama Kakak. Kamu turutin apa kata Kakak, oke? Tenang aja Kai, tenang. Semua udah diatur kok.

“Kamu inget kan kalau Kakak bisa melakukan apa pun yang Kakak mau? Oke? Kali ini, nurut sama Kakak.

“Lagipula… anggep aja ini sebagai gantinya karna Mama kamu udah dengan seenaknya ada di samping Papa, padahal mama Kakak masih selalu ada!

“Selama ini... Kakak selalu baik kan sama kamu? Jadi, anggep aja ini sekalian jadi ajang balas budi kamu ke Kakak.”

Sesaat, Kaila terdiam mendengar kalimat sang kakak. Ia tercenung, mengingat semua kebaikan yang dilakukan oleh Davina padanya selama ini, sejak mereka kecil.

Sungguh, sampai sebelum ia datang ke sini tadi, Kaila masih sangat mempercayai bahwa Davina adalah sosok kakak yang baik hati, seperti apa yang memang tampak selama ini.

Namun, ternyata, saat kali ini wanita itu dengan tega menyodorkan dirinya pada presdis grup Setiawan, Kaila tentu merasa tak percaya.

Ia tak menyangka kalau Davina, wanita yang selama ini ia kagumi dan jadikan panutan, bisa berbuat setega ini padanya.

“Kak, please, jangan kayak gini. Apapun bakalan aku lakuin Kak, selain yang begini. Aku nggak mau Kak, beneran. Please Kak, jangan gila!”

Kali ini, Davina memandang Kaila dengan tatapan datarnya. Ia memandang dari atas ke bawah, dari ujung rambut ke ujung kaki.

“Kai, Kai. Di saat seperti ini, kamu masih bisa-bisanya ya memohon kayak gitu? Masih ber-positive thinking nih ceritanya, kalau Kakak nggak akan berubah pikiran hanya karna permohonan konyolmu?”

“Tapi Kak, please. Kakak tau kan selama ini apa yang aku pengen? Aku masih mau ambil kuliah spesialis Kak.

“Aku nggak mau masa depanku terkungkung dengan menjadi istri dari presdir Setiawan itu Kak.”

Davina menghela napas pelan. Ia mengurut pelipisnya sejenak, sebelum melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kai, kamu sadar nggak sih selama ini kalau Kakak bahkan kehilangan cinta di rumah? Kamu itu cuma kehilangan masa depan lho.

“Hal itu bahkan jauh lebih baik daripada kehilangan cinta. Kamu… kamu jangan egois Kai.”

Kaila menatap Davina dengan nanar. Dan saat sang kakak mengibaskan sebelah tangannya, memberi isyarat pada pengawal untuk membawanya pergi, yang bisa Kaila lakukan hanyalah menggelengkan kepala berkali-kali, sembari menangis.

Tak ada yang bisa ia lakukan selain itu, sampai akhirnya ia didorong agak kasar ke atas ranjang di kamar lain, yang nuansanya lebih redup daripada kamar Davina tadi.

Perlahan, Kaila merasa ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya.

Ia merasa gemetar dan panas di sekujur tubuhnya, dan hal itu langsung mengingatkannya pada kelakuan sang kakak yang sudah bisa ia pastikan memasukkan sesuatu ke dalam makanan atau minuman yang tadi disajikan.

“Sialan! Dasar Kak Davina Sialan!” umpat Kaila, sembari mengusap-usapkan kedua tangannya ke tubuhnya yang mulai terasa panas.

Sejenak, ia berpikir kalau ia harus cepat keluar dari kamar itu, sebelum presdis grup Soetjahjo, lelaki tua yang dikatakan kakaknya tadi, datang ke sini dan berbuat sesuatu yang tidak-tidak pada dirinya.

Namun, belum sempat ia berdiri, pintu kamarnya menjeblak terbuka dan tampak seorang lelaki melangkah cepat ke arahnya.

Aroma maskulin langsung menyeruak ke dalam indra penciuman Kaila, yang saat ini sudah merasa susah untuk bisa berpikir jernih.

Dengan gerakan cepat, lelaki itu mendorong tubuh Kaila hingga ke tengah ranjang, lalu membungkam mulutnya dengan cumbuan.

Tangan lelaki itupun tak tinggal diam, dan mulai menahan kedua tangan Kaila di atas kepala, sehingga membuat pergerakan Kaila menjadi terbatas.

Dan, tangan lainnya, lelaki itu gunakan untuk membuka paksa seluruh pakaian yang dikenakan Kaila, dan juga dirinya.

Kaila memang sudah berusaha sekeras mungkin untuk melawan. Namun, semakin keras ia melawan, semakin besar pula tenaga yang lelaki itu keluarkan untuk menahan agar Kaila tak terlepas darinya.

“Lepas. Please, siapa pun kamu, please, let me go,” ucap Kaila pelan, saat ciuman lelaki itu mulai turun ke leher, hingga dadanya.

Sesaat, lelaki itu menegakkan tubuh. Tatapan mereka bertemu dan saling terdiam untuk beberapa saat sampai Kaila berteriak kesakitan saat ternyata lelaki itu membuat penyatuan tubuh mereka di bawah sana.

Mengambil apa yang selama ini Kaila jaga, untuk pasangannya kelak.

Bersambung.

***