PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Pernikahan Kedua

Pernikahan Kedua

Penulis:Anana_chan

Berlangsung

Pengantar
"Mas boleh nikah lagi?" Pertanyaan itu membuat Bulan sontak menatap suaminya, mas Bayu. Lelaki yang sudah bersamanya selama lima tahun ini. Kepercayaan Bulan sirna karena mendapatkan suaminya berselingkuh dengan salah satu perempuan yang berada di masa lalu mas Bayu. Bulan merasa bahwa mas Bayu adalah cinta pertama dan terakhirnya namun lelaki itu memberikan luka di hatinya. Pernikahannya akhirnya kandas saat Bulan mendapati suaminya sedang bercinta dengan perempuan lain. Fakta pahitnya, Bulan harus dihadapkan persoalan bahwa di rahim perempuan itu, terdapat darah daging suaminya sendiri. "Maafkan mas, Bulan!" "Mas tidak bisa menahannya, mas kacau dan dia sudah mengandung anak mas!" Inilah awal dari manis pahitnya perjuangan cinta sang Bulan untuk mengatasi biduk rumah tangganya. Bagaimana akhirnya Bulan bisa menjalani pernikahan yang tidak mudah ini?
Buka▼
Bab

Aku merasa bahwa aku lah perempuan yang beruntung di dunia. Aku memiliki mas Bayu. Kami menikah dengan sangat meriah. Kami berdua mengumpulkan uang demi resepsi pernikahan impian. Semenjak kuliah, aku berpacaran dengan mas Bayu. Kami sama-sama menempuh pendidikan di kota Bandung.

Sudah dua minggu ini, mas Bayu bertugas di Surabaya. Aku sangat merindukannya. Hari-hariku menjadi suram saat mas Bayu tidak berada di sampingku. Pernikahan kami sudah berjalan lima tahun. Meskipun sampai sekarang, kami masih berdua. Mas Bayu tidak pernah memaksaku atau bertanya mengenai anak. Dia sangat menjaga perasaanku. Jika aku menangis saat memikirkan omongan tidak sedap mengenaiku, mas Bayu akan segera memelukku dan mencium pipiku sungguh sangat manis perlakuannya.

Sudah dua minggu ini mas Bayu selalu membicarakan mengenai anak. Aku yakin, dari lubuk hati yang sangat dalam, mas Bayu ingin segera menjadi ayah.

Aku sudah memeriksa kandunganku ke dokter obygn. Semuanya baik-baik saja. Aku dan mas Bayu sama-sama sehat. Hanya saja, Allah belum menakdirkan zuriat itu tumbuh di rahimku.

Dring!

Ponselku bergetar. Aku sedang berada di dalam kamar. Menatap lingerie seksi yang akan aku gunakan. Aku benar-benar merindukannya. Aku sudah memesan banyak baju seksi untuk memanjakan matanya saat mas Bayu di rumah.

Aku ingat bagaimana pergulatan panas itu membawah kami dalam kehangatan cinta sebelum mas Bayu berangkat. Dan sekarang, aku benar-benar mengiginkannya lagi.

‘Mau dibawahkan apa?’

Aku membaca pesannya di layar ponsel. Mas Bayu sangat tahu makanan kesukaanku.

‘Cake cokelat di dekat bandara,’ balasku.

Aku membalas pesan dari mas Bayu sambil tersenyum. Sungguh, rasa rindu ini benar-benar tidak bisa tertahankan.

‘Oke sayang,’ balas mas Bayu.

Aku semakin bersemangat. Tidak lupa juga aku menatap make up yang baru saja aku beli. Semenjak menikah dengan mas Bayu, aku meninggalkan mimpiku sebagai konsultan di salah satu perusahaan bergengsi di Jakarta. Aku mengabdikan diri sebagai istri dan menemaninya di rumah.

Ingin rasanya mas Bayu segera datang. Selama dua minggu ini, aku sangat merindukannya. Aku menatap beberapa pakaian seksi yang sudah aku gantung di dalam lemari dengan rapi. Malam ini, aku akan memakainya. Mas Bayu selalu memujiku dengan pakaian itu.

“Non,” panggil bibi Sri. Perempuan paruh baya itu sedang mengetuk pintu. Aku segera menutup lemari lalu berjalan menuju pintu.

“Mas Bayu sudah datang, mobilnya sudah ada di garasi,” ucap bibi Sri. Aku tersenyum bahagia. Langsung saja aku bergegas menuju garasi mobil. Inilah rasa rindu seorang istri jika ditinggal lama.

“Mas!” sahutku. Aku langsung memeluknya. Aroma maskulin begitu menyeruak dan aku selalu suka jika berada di dalam pelukannya. Mas Bayu mengelus kepalaku.

“Rindu dengan mas?” tanyanya.

Aku menganggukan kepala sambil melingkarkan tanganku di lehernya.

“Mas juga rindu,” bisiknya. Dia lalu mencubit pipiku dengan lembut. Sama seperti pasangan yang lain setiap pulang dinas, mas Bayu selalu membisikan kata-kata mesrah. Tidak lupa dia menceritakan bahwa selama dua minggu ini, hanya bayanganku yang berada di kepalanya.

Aku terus memeluknya hingga kami masuk ke dalam kamar. Bibi Sri selalu tahu, bahwa mas Bayu akan membelikan makanan dan kami tidak perlu masak untuk makan malam.

Waktu berpacaran dulu, mas Bayu adalah lelaki yang sangat perhatian. Bahkan dia tidak pernah menyentuhku saat berpacaran. Dia lelaki yang menjaga dirinya.

Aku mengambil tas kerja mas Bayu lalu meletakkan di ruangan kerja. Ruangan khusus yang dibuat mas Bayu. Suamiku adalah seorang arsitektur. Mas Bayu bahkan selalu berkeliling Indonesia untuk memeriksa proyeknya.

Dengan centilnya dia mencium pipiku dengan mesrah. Ciuman itu sangat lama dan aku tidak mengerti. Mengapa mas Bayu seperti demikian.

“Ada apa Mas?”

“Proyeknya berjalan lancar?” tanyaku.

Kini, kami duduk di bibir ranjang dan saling pandang. Wajah mas Bayu tampak kelelahan. Mungkin saja seluruh rutinitasnya membuatnya benar-benar lelah.

“Aku sayang kamu, Bulan!” ucap mas Bayu. Dia membisikan kata-kata romantis itu di telingaku. Aku menyentuh pipi mas Bayu.

“Aku juga menyanyangi Mas,” jawabku. Aku membalas ciuman mas Bayu. Hanya saja, ada yang berbeda dari suamiku hari ini. Dia tampak berbeda, tatapannya tidak sedalam yang dulu. Dia juga sudah lupa membawahkanku bunga mawar. Mungkin saja mas Bayu kelelahan sehingga melupakan rutinitasnya, pikirku.

Aku menempuh pendidikan hingga magister dan saat itu, mas Bayu sedang sibuk membangun bisnisnya. Aku membantu mas Bayu dan kami sama-sama berjuang dari nol. Itulah sebabnya mas Bayu sangat menyanyangiku. Setiap malam, dia mengatakan bahwa tidak ada perempuan sepertiku.

“Mas berjanji akan menyayangimu,” bisiknya lagi. Aku semakin terharu dengan kata-kata cintanya. Aku mengecup bibirnya dengan lembut.

“Mas bersihkan tubuhnya dulu, lalu itu kita makan malam,” ucapku. Dia segera bergegas ke kamar mandi. Aku tersenyum saat melihat tangannya tidak ingin melepaskanku.

“Mas!” sahutku.

“Mas merindukanmu,” ucapnya lagi.

“Iya, bersihkan dulu badan Mas dan kita akan …,” seruku sambil mengedipkan mata. Mas Bayu lalu mengalah dan segera menuju kamar mandi.

***

Aku menyediakan makanan yang dibawahkan mas Bayu. Selang beberapa menit, aku melihat mas Bayu keluar dari dalam kamar. Aroma parfum begitu menyeruak di tubuhnya. Dulu, mas Bayu tidak seperti ini. Entah mengapa mas Bayu begitu memperhatikan penampilannya sekarang.

Aku ingat waktu kami masih kuliah, mas Bayu tidak pernah berdekatan dengan perempuan lain. Hanya kepadaku dia selalu menumpahkan keluh kesahnya. Kami juga menyusun proyek jangka panjang bersama. Membangun bisnis dari modal yang aku berikan kepadanya. Aku sangat menyanyangi mas Bayu dan aku tahu, ini adalah cinta yang amat tulus.

“Bulan,” panggilnya saat dia duduk di depanku. Aku menata makanan dengan sangat cantik. Tidak lupa aku menyediakan susu cokelat hangat di depannya.

“Ada apa Mas?” tanyaku sambil tersenyum.

“Ada yang Mas mau bilang,” ucapnya. Wajahnya tampak ragu menatapku.

“Apa Mas?”

“Makanannya dihabiskan dulu, nanti kita lanjut bicaranya yah,” sahutku.

Kami makan malam dengan hangat, dia sesekali mencuri pandangan ke arahku. Tidak biasanya mas Bayu seperti ini. Mungkin saja dia memiliki masalah selama perjalanan dinasnya.

“Bulan,” panggilnya lagi. Aku menongakan wajah.

“Mas ke kamar dulu, nanti kita bicara di sana yah,” ucapnya. Mas Bayu lalu mengeser kursinya. Dia bergegas pergi meninggalkanku di meja makan. Aku memanggil bibi Sri untuk merapikan meja makan dan mengikuti mas Bayu dari belakang.

Aku berjalan dan menatap mas Bayu yang sudah duduk di bibir ranjang sambil mengusap wajahnya. Tiba-tiba saja hatiku menjadi kalud. Aku takut sesuatu terjadi kepada suamiku.

“Ada apa Mas?” tanyaku. Aku duduk di samping mas Bayu. Aku mengengam tangannya dengan erat. Mas Bayu menatapku. Matanya berkaca-kaca dan membuatku panik seketika.

“Ada apa?” tanyaku lirih. Aku menyentuh pipi mas Bayu.

“Mas, ada apa?” tanyaku. Demi Tuhan, aku benar-benar panik melihat mas Bayu menangis. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Apa yang terjadi sehingga suamiku sampai menangis. Apa yang terjadi dengan dirinya?

“Kalo mas menikah lagi bagaimana?” tanyanya pelan. Bola mataku terbelalak. Kini, giliran aku yang menangis. Dadaku bergemurung. Seakan ada belati yang berusaha tertusuk di jantungku. Aku sulit bernapas, rasanya sangat sakit mendengarkan hal itu.

“Ada apa Mas? Mengapa Mas bertanya seperti ini?”

Satu bulir air mata menetes di pipiku. Ya Tuhan, apakah selama ini aku menjadi perempuan yang tidak bisa bersamanya? Apakah aku istri yang tidak membahagiakannya? Apa? Apa yang terjadi dengan suamiku.

“Maafkan mas, Bulan!”

Kata-katanya semakin tidak aku mengerti. Aku kalud, semuanya mendadak abu-abu. Ini kali pertama mas Bayu mengatakan hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Mimpi buruk, ya ini adalah mimpi buruk. Seorang suami yang meminta menikah lagi.

Bersambung …

Jangan lupa kunjungi ig: Nurjannah_Mangguali