PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Dokter Itu Ibu Anakku

Dokter Itu Ibu Anakku

Berlangsung

Pengantar
Sasti yang kehilangan orang yang dicintainya tiba-tiba beruntung. Suatu hari dia menemukan Dani, kemudian keesokkannya dia menemukan Lila. Kemudian, pria tampan yang mengaku sebagai ayah dari anak kembar itu berinisiatif datang ke rumahnya. Pria tampan itu seperti kucing pembawa keberuntungan. Sejak saat itu, Sasti hari-hari menghitung uang sampai tangannya kram dan membersihkan masalah kehidupan. Kakak brengsek datang mencarinya? Kalau begitu, injak dia sampai mati! Ayah berengsek, kakak berengsek dan ibu tiri berengsek semua ditekan! Singkatnya, dia bertemu dewa kematian ...? Kamu bilang David Susanto yang berkuasa di Kota ini adalah suamiku? Sasti mengerutkan keningnya, 'Bukankah suamiku hanya seorang gigolo?' Suatu malam, Sasti tidak tahan lagi dan bertanya kepadanya, "David, mereka bilang kamu pernah menjadi penguasa Kota ini, apakah itu benar?" "Bukan." "Eh ...." "Bukan dulu, sekarang juga." David mencium kening Sasti dengan lembut, "Selama ada aku, kamu akan selalu bisa bertindak sesuka hatimu."
Buka▼
Bab

Kota Solo, pusat bersalin privasi yang tenang dan mewah.

Air ketuban Sasti pecah, menunggu masuk kamar bersalin.

Dua perawat yang merawatnya, mengelilinginya dengan gugup.

Lalu, pintu lift lantai tersebut terbuka, pria paruh baya dengan dua pengawal berjas hitam berjalan dengan gugup.

Si pria paruh baya berkata padanya dengan sopan: "Nona Sasti, setengah uang yang dijanjikan untuk Anda sudah ditransfer, ini bukti transfer, silakan Anda periksa."

Sasti mengambil lalu melihat sekilas, total sepuluh miliar Rupiah, masuk ke rekening Santo ayahnya.

Pria paruh baya tersenyum bertanya: "Sekarang bisakah Anda menuju kamar bersalin?"

Perut terasa sakit, Sasti mengernyit.

Pria paruh baya segera berkata: "Anda tenang saja, begitu anaknya lahir, sisa sepuluh miliar Rupiah, akan kami transfer ke rekening ayah Anda."

Sasti menyentuh perut yang besar, berjalan masuk kamar bersalin.

..................

Saat Sasti terbangun, hari sudah berganti.

Pihak lain memindahkannya ke pusat bersalin dengan fasilitas terbaik.

Melihat perut yang kempes, seakan tubuh terasa hampa, badan terasa tidak nyaman.

Mendengar suara tangis bayi lain di luar pintu, Sasti mengusap mata, mengambil ponsel di samping ranjang, menelepon Santo ayahnya.

Panggilan segera terhubung.

Dia bertanya: "Ayah, uang dua puluh miliar Rupiah sudah masuk rekening Anda, harusnya sudah cukup untuk bayar utang judi Kakak, aku boleh ketemu Kakek?"

"Sasti dasar wanita jalang, Kakek marah besar padamu!"

Sasti segera terduduk.

Di ujung telepon, Lara tertawa sinis, "Jangan kira kami tidak tahu kamu dapat uang dua puluh miliar Rupiah ini dari mana. Bukankah bercumbu dengan pria lain tiap hari? Keluarga Rahardi kita adalah keluarga terhormat! Tiga bulan lalu, Kakek marah besar usai tahu kamu jadi kekasih gelap orang lain! Jadi kelak kamu jangan kembali lagi ke sini!"

"Aku tidak............."

Belum selesai bicara, telepon dimatikan.

Dia membuka selimut, berlari keluar.

Perawat di luar pintu segera mencegatnya, "Nona Sasti Anda mau ke mana? Di luar hujan deras, Anda baru saja melahirkan jadi perlu istirahat, dilarang keluar!"

Sasti mengacuhkan mereka, mendorong mereka, berlari keluar dengan panik.

Petir bergemuruh, hujan membasahi tanah.

Saat tiba di depan pintu rumah Keluarga Rahardi, seluruh tubuh basah kuyup.

Dia terus menggedor pintu.

Pembantu melaporkan, lalu, Lara dengan gaun putri berwarna merah muda berjalan keluar dengan pembantu.

"Sasti, kamu berani kembali?"

Sasti mendengus, bertanya dengan sikap dingin: "Kakek di mana?"

"Tentu saja marah padamu!" Dia mendengus, berkata cuek, "Dia bersikeras pulang kampung di tempat kamu dibesarkan dari kecil, sekarang kuburan mungkin sudah dipenuhi rerumputan."

Sasti mengepalkan tangan, "Kenapa tidak memberitahuku?"

Mendengar teriakan ini, bahunya didorong dengan kuat.

Bruk——

Dia jatuh tersungkur, berbaring di genangan air.

Tetesan hujan terus membasahi wajah dan tubuhnya.

Emosi Lara belum reda, mendekatinya, mengangkat kaki yang memakai sepatu hak tinggi, menginjak wajahnya.

Sakit hati, Sasti tergeletak di tanah, sedikit terengah-engah.

"Wanita jalang? Beraninya meneriakiku?" Lara menendangnya beberapa kali.

Sasti tidak punya kekuatan untuk berdiri, tubuh gemetar kedinginan.

Lara melihatnya seperti ini, makin bersemangat.

Lalu jongkok di depannya, mencubit wajahnya, kuku-kuku yang panjang menusuk ke dalam daging wajahnya.

"Kamu dan ibumu si wanita jalang sama-sama tidak tahu malu!" Dia meludahi wajah Sasti, "Jangan pernah berpikir menginjakkan kaki di rumahku sampai kapapun. Bahkan kalau kamu sampai jual diri untuk melunasi utang judi Kakakku, jangan pernah berpikir untuk masuk menodai keluarga kami! Orang sepertimu, layak jadi pelacur untuk pria!"

Sasti mengernyit sambil menatapnya.

Hujan turun di mata, menutupi matanya yang memerah, juga dipenuhi rasa kebenciannya.

Lara mendekam wajahnya dalam genangan air beberapa kali, lalu berdiri dan masuk.

Pintu ditutup, hanya menyisakan hujan dingin yang menghantam wajah Sasti.