PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Future Husband

Future Husband

Penulis:febbyby17

Berlangsung

Pengantar
Di hari pernikahannya, Sofia harus menelan rasa pahit ketika ia mendapati kabar bahwa sang calon suami justru mengalami kecelakaan beruntun. Hal itu pun membuat ayah Sofia—Adam langsung terkena serangan jantung. Di kondisi kritis itu, Adam meminta Sofia untuk menikah dengan salah satu pengawal pribadinya yang bernama Dipta. Meski sama-sama saling tidak mencintai, akan tetapi pernikahan itu pun tetap berlangsung. Setelah menikah, masa lalu dari Sofia tiba-tiba muncul kembali, apa yang akan dilakukan Sofia? Bisakah Sofia dan Dipta menumbuhkan rasa cinta dalam rumah tangga mereka?
Buka▼
Bab

Rumah yang berada di kawasan elite milik seorang pengusaha bernama Adam kini dipenuhi oleh banyaknya orang. Karena dalam waktu dua hari putri bungsunya akan segera melepas masa lajang.

Seluruh persiapan pernikahan sudah memasuki 98%. Rumah mewah tersebut pun sudah dihiasi oleh berbagai macam pernak-pernik ala pernikahan yang sedang dipasang oleh orang-orang dari OW.

Tema pernikahan ini dipilih oleh putri Adam sendiri yang bernama—Sofia Valazifa.

Sofia sendiri adalah anak bungsu. Dia memiliki seorang kakak bernama Lingga Septian atau yang biasa disapa dengan akrab—Septian.

Sebelum memutuskan untuk menikah, Sofia dan Septian terkenal tidak pernah sama sekali akur. Namun, ketika sang adik sebentar lagi akan menjadi milik orang lain sepenuhnya, sikap Septian sebagai seorang kakak berubah.

Dia selalu berusaha memanjakan sang adik. Seperti saat ini, Septian tengah berada di dalam kamar Sofia yang sudah dihias dengan ornamen pernikahan berupa bunga yang indah, lampu, seprai yang berwarna senada dengan tema yang ungu—putih pilihan Sofia.

"Kenapa manggil?"

Sofia yang tengah membaca sebuah novel pun segera menegakkan tubuhnya. Perempuan tersebut tersenyum manis dan segera bergelayut manja di lengan sang kakak.

"Kita jalan-jalan, Kak. Ayo!"

Septian memandang Sofia dengan pandangan menyipit, sebelum pria tersebut menggelengkan kepala. Jika, dari kemarin ia selalu mau menuruti permintaan Sofia, akan tetapi kali ini Setpian akan menolak.

"TIDAK!"

"Ish! Kenapa? Ingat, ya, aku tuh bentar lagi mau nikah. Dalam dua hari rumah ini bakal kosong bangettt ... enggak ada aku yang selalu mencerahkan—AWWHH!"

Sofia mengusap dahinya yang baru saja disentil dengan pedas oleh Septian. Septian sama sekali tidak mengerti, bagaimana bisa Aron Tejaya atau yang sering kali dipanggil Aron dapat jatuh cinta dengan Sofia.

Mau bertambah seberapa pun usia Sofia, adiknya ini tidak akan pernah dewasa sedikit pun. Ia selalu bersikap kekanak-kanakan dan begitu manja.

"Sakit tau, Kak! Kejam banget, heran. Aku pergi dari sini, kujamin bakal kangen berat sama aku!" ketus Sofia yang langsung melipat kedua tangannya dan sedikit melangkah menjauh dari tempat Septian berdiri.

"Kalau kamu pergi, bagus! Rumah ini punya ketenangan yang sudah lama hilang. Enggak bakal ada lagi tuh yang bakal merengek ke Papah sama Mamah."

"Sumpah! Jahat!"

Septian memutar bola mata dengan malas. Tangannya yang besar itu dia letakkan di atas kepala Sofia dan mengacak-acak rambut sang adik. Sofia yang sudah terlanjur bete itu menghempaskan tangan Septian agar menjauh dari kepalanya.

Perempuan tersebut langsung merapikan rambutnya dan menatap Septian dengan tajam.

"Bercanda, Sofia! Sifat masih kekanakan kayak gini sok-sok mau nikah duluan, langkahin aku segala lagi," kata Septian yang langsung mendudukkan dirinya di atas kasur.

Septian menepuk sisi tempat tidur yang ada di sebelahnya, menyuruh Sofia untuk duduk. Sofia pun menuruti perintah sang kakak.

"Gini, ya, dua hari lagi itu kamu bakal nikah. Menurut kepercayaan orang-orang dulu, calon pengantin itu enggak boleh ke mana-mana. Pamali! Kalau kata mereka itu, kamu lagi di pingit," jelas Septian.

Sofia memang sering mendengarkan hal yang sama dari orang sekitarnya. Untuk menghindari hal yang tidak diingkan, biasanya calon manten akan dilarang bepergian.

Namun, Sofia tetaplah Sofia. Perempuan itu sejak dulu tidak terlalu percaya pada yang namanya mitos, tahayul, istilah lain atau pamali.

Karena dia yakin, apa pun yang terjadi ya memang sudah takdirnya. Sofia menatap Septian dengan menggelengkan kepala, dia tidak menyangka jika kakaknya percaya akan hal itu.

"Kak, kamu percaya sama hal kayak gitu? Hahaha, udah deh, mana ada sih yang kayak gitu, Kak!"

"Aku memang enggak percaya dengan hal itu, tapi karena alasan kenapa bisa jadi pamali itu masuk akal, jadi lebih baik kita ikuti saja. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?"

"Sebelum itu terjadi, kau akan melakukan sesuatu dan melindungiku. Aku kan punya kakak, jadi aku tidak takut sama sekali," ucap Sofia dengan penuh keyakinan.

"Sofia! Jangan terlalu takabur begitu! Tidak! Lagi pula, Papah sama Mamah enggak bakal kasih izin," celetuk Septian yang masih kokoh dengan perkataannya.

"Iya kalau tidak diberi izin, kita tidak perlu memberitahu mereka, Kak. Ayolah, ini terakhir kalinya kita bisa pergi berdua sebagai kakak dan adik."

Septian memejamkan matanya, apa yang harus dia lakukan sekarang? Sofia tidak akan pernah berhenti sampai ia mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

Adiknya itu begitu keras kepala dan selalu dimanjakan. Salahkan saja Adam yang sangat suka mengabulkan apa pun keinginan si anak bungsu ini.

Sofia menguncang tubuh Septian dan tetap memaksa agar sang kakak ingin mengikuti kemauannya.

"Iya-iya! Tapi, kita hanya pergi di dekat sini saja dan hanya sebentar. 1 jam."

"APA 1 JAM? Kakak yang benar saja, kau tau kan aku sudah dikurang di rumah ini tidak boleh keluar sejak kapan dan sekalinya keluar hanya satu jam?"

Tidak bisa diterima! Lagi pula, Sofia ingin menghirup udara segar. Sofia ingin tau, siapa sih orang yang mengatakan jika calon pengantin harus pakai di pingit segala?

"2 jam."

"Setengah jam," kata Septian yang sontak membuat Sofia membuka mata dengan lebar.

"Kak!"

"Lima belas menit."

Sofia mengepalkan kedua tangan ke udara, berusaha menahan kegemasannya yang ingin memukul Septian saat ini juga.

"Iya, iya, satu jam!"

Septian pun tersenyum penuh kemenangan. Pria itu mengatakan akan menunggu Sofia di luar. Jadi, Sofia pun segera mengganti pakaiannya.

Setelah beberapa saat, Sofia akhirnya keluar dari kamar. Dia memandangi sekitarnya, untungnya lorong di depan kamarnya tidak ada orang.

Perempuan tersebut tersenyum sumringah. Ia pun segera memakai selendang yang tadi ia sematkan di pundak. Namun, baru akan melangkah, tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.

Hal itu sontak membuat Sofia diam tak berkutik seperti patung. Bahkan untuk sekedar menelan saliva saja Sofia tidak sanggup.

"Kau ingin ke mana?" tanyanya.

Setelah mendengar suara tersebut, barulah Sofia merasa lega. Perempuan itu pun segera berbalik.

"Untuk apa kamu ingin tau? Ini urusanku!" ketus Sofia pada pria yang ada di hadapannya ini.

"Tapi, sayangnya Papahmu memintaku untuk terus mengawasimu."

"Eh! Kau itu kan bekerja dengan Papahku, jadi kau awasi saja dia jangan aku. Aku bukan anak kecil lagi!" sarkas Sofia dengan kesal.

Pria yang berdiri di hadapannya dengan setelan jas rapi dan sepasang earpiece ini bernama Dipta Nitiyoga—pengawal Adam yang paling muda di antara yang lain, akan tetapi meski begitu Dipta sangat baik dalam menjalankan tugasnya.

Dipta juga memiliki seni bela diri, tidak heran jika ia sampai begitu dipercaya oleh Adam. Dipta bisa bekerja di rumah Sofia sebagai seorang pengawal itu karena sang ayah—Fahri yang merupakan kepala pengawal.

Sejak kecil Dipta dan Sofia tumbuh bersama. Bahkan, Adam pun menyekolakan Dipta dan adik-adiknya di sekolah yang sama dengan Septian dan Sofia.

"Tugasku sekarang adalah mengawasimu. Kau tidak diperbolehkan keluar dari rumah ini. Dua hari lagi—"

"Aku tau! Tapi, aku ingin keluar! Kau tidak punya hak untuk melarangku! Ingat ya, Dipta kamu itu hanya pengawal di sini."

Sofia pun menyingkirkan tangan Dipta secara kasar. Kemudian, perempuan itu berjalan meninggalkan Dipta yang menatapnya. Dipta menghela napas, pria itu pun melangkahkan tungkainya mengikuti Sofia.

Sejujurnya, Dipta sangat paling malas jika harus berurusan dengan Sofia. Anak bungsu dari Adam itu selalu saja bersikap ketus pada dirinya. Belum lagi sikap manjanya itu.

Namun, Dipta bersyukur karena sebentar lagi perempuan itu akan pergi dari rumah ini dalam waktu dua hari.

***

Bersambung ...