Di jalan yang sepi seorang lelaki sedang berjalan dibawah derasnya hujan, ia menelusuri jalan setapak menuju rumah kontrakan yang selama ini ia tinggali, kilatan petir terus menyambar di atas awan hitam, lelaki tersebut sangat kedinginan karena baju yang dipakai sudah basah kuyup terkena guyuran air hujan.
Lelaki tersebut terus berjalan melewati jalan setapak yang menuju ke rumah kontrakan tersebut, di tengah perjalanan ia melihat kilatan cahaya yang mendarat di sebuah rumah kosong di tepi jalan, lelaki itu menghampiri rumah kosong tersebut dan mencari cahaya yang di lihatnya tadi.
‘’Perasaan cahaya tadi jatuh ke sini? cahaya apa itu?’’ gumam lelaki tersebut sambil mencari keberadaan cahaya yang di lihatnya barusan, lalu ia pun melihat sebuah cincin yang mengkilap memancarkan cahaya berwarna biru.
Lelaki itu mengambil cincin tersebut dan di amati terus menerus ‘’cantik sekali cincin ini?’’ ucap lelaki tersebut sambil mengamati benda itu lalu di sematkan ke jari manis miliknya, ia pun pergi meninggalkan rumah kosong tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah kontrakan.
Setelah sampai di rumah ia bergegas untuk mandi dengan air hangat yang diambil dari termos dan dicampur dengan air dingin, selesai mandi ia membuat makanan untuk dirinya sendiri.
Hari semakin larut, lelaki itu pun terlelap di keheningan malam yang di selimuti dengan tetesan air hujan, cincin yang dipakainya mengeluarkan cahaya berwarna biru menghiasi kamar tersebut.
Sinar matahari mulai masuk ke celah-celah jendela membuat mata lelaki itu perlahan terbuka, ‘’hoam..sudah pagi rupanya’’ ucap lelaki tersebut sambil menutup mulutnya, lalu ia bergegas menuj ke kamar mandi.
Selesai berpakaian lelaki itu berjalan keluar dari rumah untuk membeli sarapan pagi, disekitar rumah kontrakan tersebut setiap pagi hari ada yang menjual nasi maupun bubur ayam.
‘’Eh Bang Rizal, mau beli nasi atau bubur?’’ ucap penjual itu kepada Rizal.
‘’Nasi aja mang, kalau bubur cepat lapar lagi, hehehe..’’ balas Rizal kepada penjual tersebut sambil tersenyum cengengesan.
‘’Bisa aja bang Rizal ini?’’ sahut penjual tersebut sambil geleng-geleng kepala kepada Rizal.
Setelah penjual tersebut membuatkan pesanan untuk yang lain lalu penjual tersebut membuatkan untuk Rizal, ‘’ini bang nasinya?’’ ucap penjual tersebut sambil menyodorkan plastik yang berisi pesanan Rizal tersebut.
‘’Makasih mang, ini uangnya?’’ balas Rizal sambil menyodorkan uang kepada penjual tersebut.
Rizal pun kembali kerumah kontrakan sambil berjalan menikmati suasana pagi hari, setelah sampai di rumah ia lalu memakan nasi yang di belinya tersebut, Rizal sangat menikmati makanan itu walaupun cuma nasi dan lauk seadanya.
Rizal lalu berangkat bekerja, ia berjalan menuju ke pasar, setiap hari Rizal menjadi kuli panggul di pasar yang ada di wilayah tersebut ‘’pagi Lex?’’ ucap Rizal menyapa temannya yang sama-sama berprofesi sebagai kuli panggul.
‘’Pagi juga Zal, kita disuruh mengangkut barang-barangnya Pak Komar yang sebentar lagi datang?’’ balas Alex sambil memberi tahu kepada Rizal kalau mereka di suruh untuk mengkut barang.
‘’Siap Lex, semoga hari ini job kita semakin banyak Lex?’’ sahut Rizal sambil tersenyum kepada Alex.
‘’Iya Zal, semoga aja doa kamu terkabul’’ jawab Alex sambil mengnggukkan kepalanya.
Mereka berdua menunggu barang milik Pak Komar datang sambil nongkrong di kedai kopi, mereka berdua mengobrol panjang lebar di kedai tersebut dengan secangkir kopi kesukaan mereka.
*Bersambung*