PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Lana Gadis Yang Hilang

Lana Gadis Yang Hilang

Penulis:Cermin

Berlangsung

Pengantar
Andaikan hidupmu selalu di bayang-bayangi ketakutan, andaikan ada seseorang yang mengintaimu di manapun kau berada, bisakah kau akan tetap tenang dan acuh dengan apa yang terjadi dalam hidupmu? Bayang-bayang ketakutan itu terus saja menghantui Lana, di hari pertamanya ia bangun dari koma, di hari pertama ia tersadar setelah sekian bulan ia terbaring tak sadarkan diri di sebuah rumah sakit, Lana sudah merasakan adanya kejanggalan di dalam hidupnya. Sayangnya saat itu dia tengah mengalami hilang ingatan, Lana benar-benar tidak bisa mengingat apapun di kehidupan sebelumnya. Namun, satu hal yang membuat Lana merasa curiga dengan apa yang terjadi kepada dirinya. Karena ia tengah di pantau oleh seseorang, di manapun ia berada, orang-orang itu selalu ada memperhatikan gerak-geriknya, seolah mereka sedang menunggu moment yang tepat, untuk menyelesaikan tugas mereka. Yaitu... menyingkirkan tugas terakhir mereka, yang telah gagal untuk menyingkirkan Lana. "Kau... hanyalah orderan kecil, Lana. Hidupmu ada di tanganku, kau milikku, ingat itu." Bisikan lembut sekaligus tegas seorang lelaki, seperti di bawa oleh tiupan angin dari lorong gelap yang menakutkan, yang seakan menyatakan kepemilikannya. Bisikan itulah yang selalu terngiang di benak Lana, yang selalu membuat Lana merasa terancam. Bisakah Lana menjalani kehidupannya dengan aman? Ataukah pada akhirnya ia akan kehilangan nyawanya seperti yang di alami keluarganya?
Buka▼
Bab

Malam semakin larut dan udara pun semakin dingin hingga menusuk tulang, Lana duduk termenung di kursi depan jendela kamarnya, entah kenapa malam ini Lana merasa tak seperti malam-malam biasanya. Ada rasa takut dan ngeri yang Lana rasakan, tetapi entah ketakutan seperti apa, dan kengerian yang bagaimana, Lana sama sekali tidak tahu. Sepulangnya ia bekerja, Lana merasakan seperti ada seseorang yang menguntitnya. Mungkinkah seorang perampok? Ataukan pembunuh sadis yang merupakan psikopat yang sedang menargetkannya? Entahlah… dengan cepat Lana menepis bayangan-bayangan mengerikan itu, yang semakin membuatnya merasa ketakutan luar biasa.

Suara burung yang bercicit di pepohonan depan jendela kamar Lana semakin membuat Lana gelisah, suara burung itu tak seperti biasanya terdengar. Bukankah biasanya burung akan bersuara saat di pagi hari, siang, dan mungkin malam, tetapi tidak di malam selarut ini. Lalu kenapa selarut ini burung itu masih saja mencicit? Seolah ia sedang memberi pertanda, tetapi pertanda apa? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak perempuan berusia 25 tahun itu, tetapi Lana sama sekali tak memiliki jawaban atas prasangka-prasangkannya.

Merasa tidak nyaman, Lana bolak-balik memeriksa setiap pintu dan jendela di rumahnya. Tetapi… walaupun Lana sudah memeriksanya berulang kali, pintu dan jendela sudah terkunci sempurna, akan tetapi tetap saja Lana merasa takut.

Lana kembali masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar rapat-rapat, lalu iapun mencoba berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke dada. Mata bulat Lana menatap nyalang langit-langit kamarnya yang berhiaskan manik-manik yang menyala bagaikan bintang di kegelapan kamar perempuan itu, lama Lana hanya diam tak bergeming, mencoba menenangkan kegelisahannya. Akan tetapi… rupanya kali ini sama sekali tak membantu, padahal biasanya Lana akan merasa tenang dan terpejam saat melihat cahaya kerlap-kerlip di atas langit-langit kamarnya, seolah ia sedang menatap bintang-bintang di langit yang selalu menjadi pengantar tidurnya.

Tiba-tiba, terdengar suara keras di kaca jendelanya, suara seperti lemparan batu yang tepat mengenai kaca jendelanya. Untung saja suara sekeras itu tak sampai memecahkan kaca jendela Lana, Lana terperanjat, kaget sampai-sampai ia langsung beringsut bangun dan duduk sambil memeluk lututnya. Jantung Lana berdegup dengan kerasnya, dengan mata terbelalak dan napas yang tersenggal-senggal, Lana mencoba memfokuskan pandangannya, menatap ke arah jendela dimana suara keras itu tadi terdengar.

Lalu… tak lama kemudian suara keras kembali terdengar. Suara itu sepertinya berasal dari arah dapurnya, tetapi… apakah Lana lupa mengunci pintu dapur? Ataukah ada seseorang yang membobol paksa pintu dapurnya?

“Tunggu dulu, jika ada seseorang yang menerobos pintu dapur, bagaimana jika orang itu menerobos ke kamar juga?” pekik Lana dalam hati.

Seketika itu mata Lana membulat menatap pintu kamarnya, dengan cepat ia melompat panik dan memeriksa kunci pintu, lalu iapun dengan segera menggeser sofa ke pintu kamarnya, dan mendorongnya rapat-rapat agar pintu kamarnya terhalang, dan siapa pun yang berada di luar sana tidak bisa masuk kedalam kamar.

Setelah memastikan kini pintu kamarnya aman, Lana kembali naik ke atas ranjangnya, menunggu dengan jantung yang terus berdegup kencang. Lama Lana menunggu, ia menunggu apakah ada pergerakan di luar sana, mungkin saja saat ini si penyusup sedang mengambil ancang-ancang dan merencanakan sesuatu, atau menunggu Lana keluar kamarnya lalu menyergap perempuan itu. Tetapi… lana tidak akan pernah keluar kamarnya hingga ia merasa yankin keadaan sudah aman, atau mungkin Lana akan menunggu hingga pagi menjelang, baru ia akan memeriksa keadaan.

Untuk kesekian kalinya Lana menghela napas panjang, mata bulatnya kini tampak sayu, ia benar-benar sudah merasa ngantuk luar biasa. Tetapi Lana tidak bisa tertidur begitu saja, di saat yang seperti ini. Siapa tahu memang itulah tujuan si penyusup, menunggu Lana lengah dan menerobos paksa lalu melakukan niatnya dengan mulus, sementara Lana tanpa daya ia tak bisa berbuat apa-apa karena kelengahannya.

Braakkk…

Tiba-tiba suara seperti sebuah figura jatuh hingga gemericik kaca yang pecah mengagetkan lana, Lana terperanjat kaget hingga ia memekik keras saking kagetnya, kini mata ngantuknya seketika hilang, ia terus menatap pintu dengan tajam dan waspada, menunggu dengan jantung yang semakin memburu. Jantung Lana berdegup kencang hingga membuat Lana merasa sesak napas, dengan tubuh yang gemetar Lana menyelimuti seluruh tubuhnya, perempuan itu mencoba memejamkan matanya untuk meredakan rasa takutnya yang luar biasa.

Tetapi… lama Lana menunggu kembali, tetapi suasana masih saja hening di luar sana. Di luar sungguh hening, tidak ada suara apapun lagi terdengar. Yang ada Lana hanya mendengar suara degupan jantungnya sendiri yang berdegup kencang, degupan itu berpacu dengan begitu kuatnya. Lana berkeringat dingin, ia tidak bisa lagi menahan rasa takut yang luar biasa ini, sehingga membuat kepalanya terasa berat.

Lalu… tiba-tiba Lana benar-benar merasakan dadanya sesak dan sakit. Entah kenapa perasaan takut ini seolah pernah Lana rasakan, rasanya… benar-benar begitu familiar, tetapi kapan ia pernah merasakan perasaan yang seperti ini? Apakah ia pernah mengalami kejadian yang buruk? Mungkin jauh di masa lalunya, di saat di mana Lana belum kehilangan ingatannya. Mungkinkah ini penyebab hilangnya ingatan Lana? Mungkinkah kenangan buruk yang sangat ingin Lana lupakan kembali menyeruak? Tetapi… kenangan yang seperti apa?

Belum sempat mengingat apa yang sebenarnya terjadi, tiba-tiba Lana bisa merasakan ada bayangan gelap yang melingkupi di sekitarnya. Jantung Lana seakan tersentak saat bayangan itu seakan mendekat, walaupun saat ini Lana tengah meringkuk di atas ranjangnya dengan tubuhnya yang tertutup selimut, tetapi Lana bisa merasakan ada seseorang di dalam kamarnya, di dekatnya, bahkan hawa orang itu bisa Lana rasakan, dingin bercampurkan hawa panas yang membuat Lana merasa tak nyaman.

Lalu… tiba-tiba jemari yang kuat seketika itu masuk menelusup ke dalam selimut, dan meraih leher Lana. Lana terperanjat, ia hanya bisa membelalakkan matanya tanpa daya, tubuh Lana seketika terasa lemas, dan jantungnya seolah akan meledak seketika itu juga.

Jemari itu terdiam sejenak setelah mendapatkan leher Lana, sentuhan itu tampak tenang dan lembut, seolah ia sedang menunggu momen, hingga pada akhirnya ia akan mencekik Lana kuat-kuat lalu mematahkan leher Lana dengan jemarinya yang kuat. Walaupun Lana takut luar biasa, tetapi ia tidak bisa berontak. Lana hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya, ia hanya bisa menunggu, pada akhirnya ia akan kehilangan nyawanya dengan cara yang seperti ini.

“Mungkinkah pada akhirnya aku akan mati dengan cara yang seperti ini? Aku kira aku memiliki kesempatan untuk mengetahui siapa aku yang sebenarnya, dan apakah aku memiliki keluarga di kehidupan sebelumnya, sebelum aku kehilangan ingatan. Namun, sepertinya aku harus mati dengan identitasku yang seperti sekarang ini, mati sebagai seorang Lana Adhira Mahendra berusia 25 tahun, perempuan yang tak memiliki karir cemerlang, tanpa pasangan, dan kini bernasib malang. Sungguh takdirku ini begitu buruk, Tuhan. Tetapi jika memang ini sudah jalanku, maka aku hanya bisa pasrah.” Lirih Lana dalam hati.