PopNovel

Baca Buku di PopNovel

For You My Ex

For You My Ex

Penulis:Redika

Berlangsung

Pengantar
Demi membuat mantannya kembali, Ghefi rela menjadikan dirinya jaminan sebagai kontrak kerjasama dengan sosok laki-laki bernama Zean. Namun, ia tidak tahu, jika apa yang sekarang dilakukannya, adalah awal dari sebuah bencana. Lantas, bagaimana kisah gadis SMA ini kedepannya? Apakah mampu membuat mantannya kembali padanya? Atau malah suatu rasa nantinya hadir menyebabkan kebimbangan datang menerpa?
Buka▼
Bab

"Lo mau berapa?"

"1 miliar."

Sontak saja, manik mata berwarna cokelat kehitaman itu membulat sempurna mendengar nominal tersebut. Apa laki-laki di hadapannya ini berpikir bahwa uang itu seperti daun, yang tinggal dipetik dari pohonnya ketika dirinya butuh? Sialan!

"Gila! Gue cuma butuh jasa lo satu hari aja!" protes Ghefi tidak terima. Uang sebesar itu ia dapatkan darimana coba? Jatah bulanan saja hanya berkisar 5 juta-an.

"10 juta aja deh, gimana? Gue transfer sekarang."

"1 miliar atau nggak sama sekali!" Ghefi berdecak sembari menggaruk dagunya ragu. Sementara cowok brengsek ini menunggu tanggapan si gadis dengan satu batang rokok yang ia apit. Sesekali dihisapnya nikmat.

"Gimana? Kalau nggak mau, ya-"

"Iya, gue terima. Tapi-masa nggak ada diskon pelajar, sih? Turunin dikit, 'lah, Om." Ghefi memelas.

Mana mungkin dirinya ikhlas? Mengeluarkan dana yang begitu fantastis hanya untuk berkencan. Bahkan harganya hampir setara dengan mobil termahal milik ayahnya.

Zeandra Adhitama, bola mata legam nan tajam pria itu merotasi malas. Apa Kamal serius menyuruhnya untuk melayani seorang gadis SMA? Dan apa katanya tadi? Dia memanggil dirinya 'Om'?!

"Kalau lo nggak mampu, nggak usah sok-sok-an pake acara pengen sewa orang buat bikin mantan lo cemburu! Mending sekolah yang bener!" cibir Zean mendengkus kesal. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran gadis didepannya ini.

Lain lagi dengan Ghefi, bibirnya sudah mengerucut mendengar perkataan dari pria yang umurnya terpaut jauh dua tahun darinya.

"Dih, gue bukannya nggak mampu, ya!" elaknya melipat tangan di depan dada. Enak saja menyebut dirinya seperti tadi.

"Terus?" beo Zean tersenyum remeh. Tidak yakin bahwa Ghefi akan sanggup membayar dirinya.

Ghefi menggembungkan pipi. Perempuan itu terlihat berpikir keras tentunya. Deretan alasan yang mendorong dirinya melakukan hal gila ini terus menggempur otak serta hatinya dengan kuat. Apa dia lebih baik pasrah terhadap keadaan yang ada? Atau kembali melanjutkan rencananya yang tinggal selangkah lagi?

"Gimana-kalau dicicil aja?"

Lo kira gue tukang kredit panci? Gerutu Zean dalam hati. Kembali merotasikan bola matanya.

Zean menghela napas mencoba tetap sabar. Jika ditanya ingin apa, ia akan menjawab untuk membunuh Ghefi sekarang juga.

"Gimana? Boleh, ya?" mohon gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

Kenapa jadi pusing seperti ini? Biasanya klien-nya tidak seribet dan semenyebalkan Ghefi.

Kalau begini, bagaimana dirinya bisa mendapatkan uang?

"Nggak!" tolaknya tegas. Mau bagaimana pun, itu adalah harga yang ia patok setiap kali ada klien perempuan yang meminta dirinya untuk berkencan. Bahkan harga yang ditawarkan Ghefi pun terlalu rendah, tidak sesuai dengan perannya yang tergolong tidak mudah.

Kalau modelan kayak gini, rugi dong!

Hingga, sang surya akhirnya beranjak pergi untuk bertapa di tempat semula, digantikan sinar jingga yang begitu memanjakan mata. Deru mesin bermotor perlahan menghilang dari pendengaran berganti dengan suara musik jazz yang mengalun merdu. Sangat mendukung suasana sore itu.

Sepanjang trotoar, lampu-lampu mulai menerangi jalan. Pula sorotan sinar dari kendaraan, tidak absen menciptakan cahaya yang beragam.

Dan kini hari menjelang malam.

Suasana kafe kian sepi, gadis tersebut masih hanyut dalam mencari jalan agar Zean mau menerima tawarannya. Sedangkan Zean, memilih untuk memainkan ponselnya. Menunggu keputusan final yang akan diambil oleh calon pelanggannya.

Melihat Ghefi yang hanya melamun entah memikirkan apa, Zean beralih untuk berdiri. Dirinya tidak mau berlama-lama menemani gadis cerewet di depannya ini. Bagi Zean waktu adalah segalanya. Sangat disayangkan juga jika hanya digunakan untuk menunggu perempuan yang sekarang masih terbengong bagai orang bodoh.

Menangkap pergerakan Zean yang hendak pergi, Ghefi dengan cepat menyekal pergelangan cowok itu agar tidak meninggalkannya sendirian. Menatapnya dengan memelas.

"Gue bakal bayar semuanya. Tapi sebagai jaminannya-" Ghefi meneguk salivanya susah payah. Namun, tidak ada cara lain lagi. Ia harus mengatakannya. Dan hal ini mungkin bisa menjadi sarana Ghefi untuk meluluhkan Zean, agar mau mengabulkan tawarannya itu.

"Apa?" tanya Zean memiringkan kepalanya. Jelas sekali, raut Ghefi kentara akan perasaan ragu dan takut secara bersamaan. Membuat Zean menukikkan alisnya tajam.

"Selama satu bulan gue bakal layani lo. Semua yang lo inginkan, bakal gue turutin dan-"

"Termasuk ... lo?" sergah Zean cepat, dengan alis yang terangkat sebelah.

Deg!

Wajahnya secara spontan langsung memanas. Penawaran Zean barusan mampu membuat aliran darahnya berdesir hebat. Ditambah tatapan cowok itu yang tanpa dosa terang-terangan seperti mendambakan dirinya.

Namun, tak ayal hal tersebut menerbitkan senyum jahilnya. Ghefi mendekatkan diri, jemarinya bergerak membelai rahang tegas Zean seolah menantang.

"Coba ulangi penawaran lo yang tadi?" pinta Ghefi semakin mengikis letak keduanya berdiri. Kini, jarak yang hanya sejengkal mampu menginterupsi jantung yang tadinya tenang menjadi berdebar tak karuan.

"Jaminannya lo. Dan semuanya gue anggap lunas." Zean berucap dengan senyum miring yang terpatri. Ah, sangat tampan, pikir Ghefi terkekeh geli.

Zean menarik dirinya mundur, tatkala Ghefi dengan nakalnya meniup daun telinga Zean lantas mengusap bibirnya perlahan. Tetapi gadis ini malah menahannya dengan terus menatap Zean menggoda.

"Oke," jawabnya enteng. "Selama satu bulan kita jadi pacar pura-pura. Dan selama itu," Ghefi sengaja menggantung kalimatnya. Bisa dirinya lihat Zean sedang menahan sesuatu. Atau bisa dibilang menahan agar tidak menerkam Ghefi di sini.

Bergerak menuju telinga Zean. Ghefi sedikit mengecup singkat pipi pria yang hanya diam tidak bergeming. Lantas setelahnya berbisik manja.

"Lo bisa miliki gue, Zeandra Adhitama."