PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Arabelle

Arabelle

Penulis:fianave

Berlangsung

Pengantar
Arabelle adalah seorang mahasiswa psikologi yang baru belum lama lulus. Namun, kejadian tak terlupakan membuatnya tak bisa mendaftar pekerjaan yang sesuai. Dia mempunyai sahabat sejati yang selalu melindunginya dan menjaganya. Namun, sosok lelaki tiba-tiba saja muncul dalam hidupnya, mengingatkannya pada kejadian itu. Siapakah lelaki itu? Apakah hubungan nya dengan Arabelle? Apa masa lalu yang Arabelle tutupi? Temukan jawabnya di novel ini!
Buka▼
Bab

Matahari menyinari dengan cukup terik siang ini. Aku menghela nafas sembari menghempaskan tubuh ke kasur milikku. Hari ini cukup melelahkan bagiku. Aku mulai memejamkan mataku. Namun, bayang bayang itu cukup menggangguku. Bayang bayang yang membuat diriku trauma hingga saat ini. Kubuka kembali mata yang tadi sudah terpejam. Mataku mengarah ke atap kamarku.

"Aihh, Gue lupaa. Gue kan harus selesein novel sekarang." kulihat telpon genggam ku.

"Hei Araa!! kapan kau akan menyelesaikan novel mu? kita sudah harus menerbitkan nya bulan depan!" kata editorku melalui pesan teks.

Aku bergegas membuka laptopku. berpikir cerita apa yang harus aku tulis di dalamnya. Aku berpikir sejenak.

"Aduhh kok gue nggak nemu ide apa apa ya?" kata ku sambil sedikit mengetuk kepala ku dengan pelan.

"Gue keluar aja ah. Barangkali nanti dijalan gue nemu suatu ide yang briliant." Kataku dengan bergaya ala ala memutar jari lalu memghempas ke arah atas.

Aku pun bergegas mengganti pakaianku, menelpon seseorang, lalu memasukkan telpon genggamku ke dalam tas. Tak lupa aku memasukkan juga dompetku, setelah itu bergegas untuk keluar kamar.

"bunda, Ara pergi dulu yaa. mau cari udara segar nih, sekalian cari ide." kataku pada bunda.

"Iya, Ra. Hati hati dijalan, jangan lupa pulang." aku menutup pintu sembari tertawa mendengar kata-kata bunda.

***

Aku Arabelle Clarissa. Seorang penulis buku di salah satu rumah produksi novel di Kota X. Sebenarnya, aku seorang mahasiswa jurusan psikologi yang baru saja lulus. Namun, beberapa waktu yang lalu aku sempat mengalami kendala untuk bekerja sehingga aku tidak bisa melamar pekerjaan yang sesuai dengan jurusanku.

Akan tetapi, menulis memang lah hobi yang sudah aku lakukan sejak masih menginjak bangku sekolah. Teringat kembali masa masa itu, saat aku masih senang mengikuti lomba menulis cerpen dan puisi. Karena pengalaman itu lah yang membuat aku memberanikan diri untuk menjadi seorang penulis.

Aku seorang anak perempuan ketiga, dari 4 bersaudara. Kakak pertama ku, sudah menikah dengan lelaki pilihannya, lalu memilih untuk ikut merantau. Kakak kedua ku, juga memilih untuk merantau jauh. Hanya aku dan adikku yang tinggal bersama bunda saat ini. Ayah sudah pergi jauh ke alam lain meninggalkan kami.

Aku memiliki sahabat baik, Ray namanya. dia seorang lelaki yang sudah menemaniku sejak kami di bangku sekolah menengah. Dia tau apa saja keburukan dan kebaikanku. Bagiku, dia sudah hampir seperti kakakku.

Aku jarang memiliki teman perempuan. Karena, beberapa dari mereka pergi menjauhi ku sejak tau aku dan Rey bersahabat. Padahal, semua orang tahu Rey adalah laki-laki yang sangat cuek, bahkan kecuekan nya melebihi kulkas 7 pintu. Akan tetapi, aku tidak tau kenapa Rey bisa menjadi sangat hangat padaku. Itu lah dia, dingin dan misterius.

***

Hai, aku Ray. Rainer Zayn. Aku sahabat baik dari perempuan bernama Arabelle Clarissa. Dulu, kami pertama kali bertemu saat MPLS -Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Kulihat Ara dari jauh. Dia orang yang sangat baik dan kompeten bagiku. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk berteman baik dengannya.

Kata orang, aku orang yang sangat cuek. Padahal bagiku, aku biasa saja. Banyak wanita yang mendekati ku dan berkata aku tampan. Tetapi, karena aku malas meladeni mereka, jadilah aku cuek di mata mereka. Terlebih yang membuat aku semakin malas meladeni nya, karena mereka menjauhi Ara dengan alasan aku hanya tidak cuek dengannya. Sungguh mereka benar-benar menggangguku.

***

Kulihat telpon genggamku yang sedang berbunyi. aku bergegas untuk mengangkatnya.

"Apaan, Ra?" kataku.

"Hey macan, bangun, kek."

"Gue udah bangun aela. Lagian yang biasanya bangun jam segini kan elo." sambungku dengan agak meledek.

"Kurang ajar ya lo. Gue ga se kebo itu yaa sampe jam 12 gini masih bobo."

"Dih, manaada. orang ngebo lo gila banget. dasar kebo."

"Kurang ajar ih." kata manusia yang ada di sebrang telpon sana.

"Hehehehe. Yauda, kenapa lo telpon gue?"

"Temenin gue sih Ray." kata dia sambil sedikit memohon.

"Temenin kemana lagi Araa? perasaan lo pergi pergi mulu dah." balasku yang memang agak malas untuk keluar karena cuaca di luar sedang panas.

"Gue mo cari ide nih. Otak gue dah buntu banget, padahal editor gue dah ngomel ngomel tu gara-gara gue ga ngumpulin naskah."

"Yaudah, mau kemana lo? ke taman kota aja cukup ga kira-kira buat dapetin ide?"

"Mmmm, cukup kali yaa? kalo misal belom dapet lo temenin gue muterin kota aja lah yaaa ehehehe." balasnya sambil ketawa

"Iye dah, gue siapsiap bentar abistu otw yaa. Lo otw duluan aja gapapa tunggu gue di air mancur."

"oke siappp pakboss."

setelah itu, aku mematikan telpon dan segera untuk bersiap-siap, lalu langsung bergegas menuju taman kota.

***

Panas siang ini cukup membuat kulit merasa tersengat.

"Untung gue tadi nggak lupa pake sunblock kayak biasanya." kataku sambil bergaya karena merasa dirinya aman dari sinar matahari.

Aku berjalan sambil berpikir, cerita apa yang hendak aku masukkan ke dalam novel. Kulihat kanan dan kiri. Sepertinya belum ada sesuatu yang menarik bagiku. Akupun membuka telpon genggamku. Berharap ada sesuatu yang menunjukkan tanda-tanda baik untuk ku tulis. hingga tanpa sadar...

_brukkk_

Aku tidak sengaja menabrak seseorang hingga kami berdua terjatuh. Kulihat barang dia bawa berantakan di jalanan.

"Eh maaf mas, saya nggak sengaja." kata ku sembari membantu mas nya merapikan barangnya.

Mataku yang semula melihat ke bawah mendadak melihat ke arah laki-laki itu.

Dia memakai masker penutup muka. kulihat badannya seperti seorang pekerja kantoran dengan setelan jas yang melekat di tubuhnya.

"Iya mbak, nggakpapa kok. Saya juga kurang berhati-hati. Seharusnya saya menghindar." kata lelaki itu.

"Maaf banget mas, saya yang salah." jawabku dengan agak sedikit menatap mata lelaki itu. Aku merasa seperti kenal dengan mata itu. Tidak hanya mata, suaranya pun terdengar seperti tidak asing bagiku.

"Saya duluan ya mbak." kata mas nya membuyarkan lamunanku.

"Eh iya mas, hati hati dijalan yaa." ujarku yang setelah itu kembali berjalan

***

Di perjalanan menuju air mancur, aku berpikir.

"Dia tadi siapa ya? kok gue kayak ga asing sm matanya." aku pun terus berpikir hingga aku tidak sadar bahwa aku sudah sampai di air mancur kota.

"Weitsss.. Si macan lagi mikirin capa ciiih." kata seseorang yang cukup mengagetkanku

"Anjir lo gue kira siapa."

"Ya abisnya elo jalan ngalamun gitu. Ga takut di copet neng?"

"Ishh doain ya lo?" kata gue sambil sok sok an cemberut.

"Wkwk nggaa macan. Lo mikirin apa sih kayak serius amat gitu?" tanya Ray.

"Jadi gini Ray, gue tadi abis nabrak mas mas kan. terus gue kayak kenal gitu loh sama mata nya. Tapi tu sayang nya si mas ini pake masker. Jadi kan gue gabisa liat muka nya." jawab ku sambil menceritakan kejadian tadi.

"Kenapa lo gabilang gitu, mas boleh buka maskernya bentar? kok mata mas nya kayak nggak asing buat saya gitu." kata Ray diikuti suara cekikikan nya.

"Gila ya loo. Udah gue yang nabrak, masa iya gue minta aneh aneh."

Ray hanya membalas dengan tawa nya seakan dia sedang mengejekku hingga dia puas.

"Mmm, tapi itu siapa ya? beneran asli gue ga asing sama matanya."

"Mantan lo kali." jawab Ray dengan enteng nya.

"Dih gila ya lo. Mantan gue kan uda musnah menghilang dari muka bumi." jawab gue dengan enteng juga.

"Eh tunggu, mantan yang mana ni? mantan lo kan banyak." kata Ray yang tambah meledek.

"Anjir lo ga segitunya juga kalii." jawab ku dengan sedikit tertawa karena Ray juga tertawa.

"Yaudah yok, katanya mau muter."

"Skuyy dehhh!"

Kami pun akhirnya mulai berjalan. Menikmati indahnya kota ini. Mencari2 bahan untuk penulisan naskahku.