PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Surat-Surat Ana

Surat-Surat Ana

Penulis:Marlin

Berlangsung

Pengantar
Ana telah lama pergi. Namun, kepergian Ana masih menjadi misteri bagi Jack, apalagi dengan adanya Surat-Surat yang mengatasnamakan Ana. Jack semakin yakin Ana masih ada. Namun, ibu Jack tidak mempercayai Jack, Ibunya lebih mempercayai Sarah yang ternyata telah menipu Jack selama bertahun-tahun.
Buka▼
Bab

Pagi masih berembun, Jack kecil sudah turun dari dipannya. Ditinggalkannya Ayah dan ibunya yang masih terbaring diselimuti selimut rajut yang dipintal oleh Nenek untuk mereka. Kaki kecilnya segera menuju ke belakang rumah yang dipenuhi dengan bunga Arnica yang tumbuh liar dan basah karena embun. Ia lalu memetik beberapa tangkai, diselipkannya di dalam saku bajunya. “Ini indah……” ucapnya dengan bahagia. Pandangannya masih tertuju ke bunga kuning yang juga bahagia melihat tingkah lucunya.

Dari dalam dapur nenek, tercium aroma kopi pagi yang enak dan selalu membuat rindu. Nenek selalu melakukannya setiap pagi ketika kami liburan ke sini. Ia pun menyediakan makanan olahannya sendiri seperti ubi jalar, singkong dan lainnya. Katanya, ”Biar Jack kuat, sekuat Ayah dulu sewaktu keci”. Jack masih saja bermain di luar rumah, semua yang ia temui adalah keindahan baginya.

Ketika kupu-kupu merah menjumpainya lalu pergi, Jack mengejarnya, disusurinya lorong kecil, menuruni bebatuan cadas, juga tanah merah, baginya kupu-kupu merah yang ia temui adalah keindahan. Hingga ia terjatuh, karena matanya yang tak awas ketika menuruni lorong kecil itu. Beruntungnya seorang anak kecil seumuran berusaha menahan bahunya gara baju dan tangannya tidak kotor karena tanah yang basah. Anak kecil itu berkata, “Kamu baik-baik saja?”.

Jack menengadah, lalu berucap terima kasih dan berlalu pergi.

Anak kecil itu hanya terdiam. Dipilihnya bunga Arnica dan berkata “Aku menemukan bunga milikmu”, ambillah. Jack membalikan badan dan mengambil bunga tersebut.

Ia lalu bertanya, Kamu berasal dari sini?”.

“Ya”, jawab anak kecil itu.

“Dimana rumahmu?’, tanya Jack lagi.

“Di bawah bukit, dekat mata air”, jawab anak kecil itu singkat.

“Apakah saya bisa bermain kesana?”, kata Jack.

“Jika orang tuamu mengijinkan”, kata anak kecil itu sambil berlalu dari hadapan Jack.

“Ya, pasti saya diijinkan”, jawab Jack dengan setengah berteriak karena anak perempuan itu telah menghilang dari pandangannya.

Ia berlari kecil menuju rumah neneknya. Rumah panggung dengan dipan terbuat dari kayu jati dan dindingnya dari bilahan bambu adalah rumah Ayah Jack.

Ayah Jack, adalah anak tunggal. Berasal dari keluarga sederhana menjadikan Ayah Jack bekerja keras untuk membantu ibunya juga untuk biaya sekolahnya. Baginya, waktu bukan untuk berleha-leha namun untuk melakukan kebaikan dan pekerjaan yang bermanfaat. I bertemu Ibu Jack kecil di tempat kerja, berpacaran selama dua tahun lalu menikah adalah hal yang biasa, apalagi umur Ayahnya Jack yang telah kepala empat. Mereka hidup bahagia di kota, hingga suatu hari Ayah Jack harus kembali ke kampung halamanya dikarenakan neneknya sakit.

Bagi Jack kecil, pulang ke kampung Ayahnya, adalah petualangan seru. “Ini seperti menonton film Dora Yah”, ujar Jack, pada Ayahnya yang sedari tadi berusaha membersihkan jalanan di depan mereka. Maklum jalan yang dilewati belum bagus, karena masih jalanan setapak yang berbatu, apalagi jika hujan ataupun embun maka jalanan menjadi licin dan susah untu dilewati. Ibu Jack, sedari tadi hanya mengeluh dengan jalanan yang ia lewati. Sesekali menyeka keringatnya, sesekali beristirahat di pepohonan rindang. Sementara Jack begitu menikmati perjalanan mereka.

Dan keesokan harinya adalah hari dimana Jack betemu anak kecil itu. Ketika sampai di rumahnya, jack langsung menuju ke dapur, ia ingin bertanya rumah anak kecil itu. Ia ingin menjumpai anak kecil, sekadar bermain ataupun bercerita, baginya seminggu akan menjadi kisah menarik.

“Nek, apakah ada rumah di bawah bukit sana”, tanya Jack, pada Neneknya.

“Ada”, jawab Nenek singkat

Apakah ada anak kecil yang tinggal disana?”

Ada

Mengapa ia tinggal disana?

Karena mereka menjaga mata air disana?

Mata air?

Ya

Apakah saya boleh kesana Nek?

Boleh, namun harus dengan Ayahmu.

Ayah?, mengapa?

Jauh, jalanannya tidak sebaik jalanan kita

Oh.

Yuk, panggil Ayah dan Ibu, sudah Nenek siapkan kopi, the dan olahan ubinya. Katakan bahwa sebentar lagi Nenek akan ke kebun, jika ingin ikut maka, segera basuh muka dan nikmati minum pagi kita.

Baik nek.

Pagi itu, harum kopi pagi dan olahan singkong serta ubi temani mereka dengan celoteh ringan. Nenek terlihat bahagia, senyum bungkusnya menghiasi wajah cantiknya. Jack begitu bahagia, ini pengalaman yang tidak akan dilupakan. ada banyak pemandangan menarik dan apik yang Jack nikmati. Mulai dari permainan tradisonal yang tidak pernah ia temukan di kota, mata air yang terbuang-buang , tumbuhan yang aneh serta binatang yang tidak hanya ia lihat di TV. Jack yakin ini adalah kampung halaman Ayah yang terbaik. Namun, semua kebahagiaanya masih diselimuti tanda tanya, karena anak kecil yang ia temui, yang telah menyelamatkan tangan dan bajunya agar tidak kotor, ia yakin suatu waktu ia akan bertemu kembali. "Kan lagi seminggu ia berada di rumah Neneknya".

Dek, apa yang kamu pikirkan?

Ayah Jack mengagetkannya.

Tidak

ini dimakan, kata Ayahnya sambil menyodorkan anggur hutan berwarna kuning yang ia petik di jalanan.

begini cara memakannya, kata Ayah memperagakan cara memakan anggur hutan

Jack kecil pun mengambilnya dan langsung memakannya.

Yuk kita jalan lagi.

siap Ayah,

masih kuat?

kuat

mereka lalu melalui jalan setapak menuju kebun mengahabiskan waktu di kebun nenek hingga sore. Setelahnya, mereka kembali lagi ke rumah.

Mau Ayah gendong

Mau Yah

sini, Ayah sudah lihat nafas kecilmu meminta tolong untuk segera digedig

Bagi Jack, masanya adalah masa terbahagia, banyak hal indah yang tidak ia dapatkan dan temui di kota, dan ia dapatkan disini.