PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Kisah Yang Tertinggal

Kisah Yang Tertinggal

Penulis:Weeda

Berlangsung

Pengantar
Hidup seorang santri memang penuh dengan pilihan. Kuser harus memilih antara mengaji, atau menikah. Sedangkan umurnya sudah cukup untuk menikah. Bukan karena masalah umur juga, ia teringat dengan kekasih yang selalu menunggunya yaitu Fatimah. Pertemuan pertama dengan Fatimah dimulai di majelis tempat Kuser mengajar. Ia tertarik pada Fatimah dan Kuser mengungkapkan perasaannya begitupun Fatimah. Keduanya sama sama saling menyukai. Satu waktu ketika Kuser akan pergi kembali ke pesantren dia menemui Fatimah dan berkata SAYA PASTI KEMBALI DATANG MENEMUI KAMU DAN KEDATANGAN SAYA BAGAIMANA KADAR KEYAKINAN KAMU TERHADAP SAYA. Lalu bagaimana jika Fatimah merasa ragu? Apakah Kuser akan tetap datang? Yu langsung kepoin ceritanya.
Buka▼
Bab

Seorang anak pesantren yang masih berwujud manusia dan tentunya setiap manusia pasti punya perasaan. Ada yang pandai memendam dan ada yang pandai menungkapkan. Namun yang menjadi titik utama di buku ini adalah Kuser, Kuser seorang pemuda yang masih pesantren dan masih menjadi santri. Mengungkapkan cinta pada Fatimah anak sang Kyai. Kuser memberi harap pada Fatimah bahwa dia akan kembali lagi dan menyuruh Fatimah untuk terus menunggu hingga Kuser lulus pesantren.

Wanita seperti Fatimah bisa saja menunggu berapa tahun lamanya. Namun lelaki seperti Kuser, belum tentu datang untuk menemui kembali.

Jodoh adalah rahasia Allah. Berencana pulang ingin menatap dan akan berbicara pada walinya akan membawa anaknya seatap untuk menetap bersama. Namun, semua itu gagal. Fatimah lebih dulu dibawa menetap oleh seseorang yang tak Fatimah inginkan. Apa yang bisa Fatimah lakukan selain menerima meski tak menginginkan karena ini adalah pilihan orang tuanya dan Fatimah tidak bisa mengelak.

Kala itu, Kuser tak percaya melihat Fatimah mencium punggung tangan lelaki yang tak lain lelaki itu adalah seniornya. Padahal dulu seniornya ini adalah calon suaminya Teh Shina yang lebih tepatnya kakak perempuan Fatimah yang meninggal ketika akan melaksanakan akad nikah.

Fatimah yang dia jaga selama ini adalah jodoh orang. Fatimah yang sempat merubah niatnya mencari ilmu adalah milik orang.

Menyesal? Untuk apa disesali karena ini sudah terjadi. Sepenuhnya ini bukan kesalahan Fatimah atapun kesalahan lelaki yang sudah menjadi suaminya bukan pula kesalahan Kuser yang tak kunjung datang. Ini semua tentang takdir, tetapi seharusnya jika akan tahu kedepannya akan seperti ini mungkin dulu Kuser tidak akan pernah mengungkapkan rasa cintanya pada Fatimah dan tidak akan menyuruh Fatimah menunggu dirinya.

Namun tentang takdir siapa yang tahu. Fatimah adalah ujian untuk Kuser mencari ilmu dan Kuser sempat tergoda. Yang akhirnya membuat sakit keduanya. Begitupun Kuser menjadi ujian untuk Fatimah ketika akan menerima jodoh yang benar-benar datang untuknya terasa berat menerima karena kehadiran Kuser seseorang yang pertama dicinta.

Cinta melupakan sesuatu yang menyakitinya, dan cinta melupakan kebenaran yang terjadi.

---

Udara pagi di sebuah pondok pesantren membuat seorang pemuda yang berumur 20 tahun merasa kesepian, hidupnya tak lagi bersama kedua orang tuanya sejak enam tahun lamanya.

Kini hidupnya sendiri dan apa yang dia lakukan semuanya sendiri. Tapi demi masa depan yang cerah, ia lakukan dengan sepenuh hati.

"Muhammad Kusyaeri," panggilan dari senior yang membuatnya membalikkan badan

"Iya Kang?” Jawabnya seraya menunduk.

"Tolong bereskan kamar Akang. Akang mau pergi dulu ada urusan," ucap seorang senior dengan memberikan kunci kamarnya

Apapun yang senior suruh, Kuser tidak bisa menolaknya. Apalagi yang menyuruhnya Kang Dian, dia sangat baik pada Kuser. Dari awal dia masuk pondok ini, sampai sekarang sudah hampir tujuh tahun dia di sini. Kang Dian selalu saja membantu Kuser, mengurus uang jajannya agar tidak cepat habis, dan mengurus keperluan lainnya. Layaknya seorang kakak kandung.

Kuser memasukan kunci ke lubang knop pintu dan pintu pun terbuka. Aroma vanila yang sangat khas dari pria berumur 25 tahun itu sangat melekat. Ada beberapa handuk yang tersimpan tidak di tempatnya bahkan sabun mandi pun tergeletak di kasur kapuk yang selalu ditiduri oleh Kang Dian ini karena mungkin semenjak menikah Kang Dian tak ada waktu untuk merapihkannya kembali.

"Akang... Akang...” Kuser menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kamar yang sangat berantakkan.

Maklum, Kang Dian baru menikah. Jadi belum bisa merapikan kamarnya dengan baik. Setelah beres membersihkan tempat tidur, Kuser merapikan kitab-kitab. Dan ada sebuah foto terselip yang jatuh. Kuser mengambilnya, melihat belakang foto tersebut ada sebuah tulisan *Mimah 08 - 02"*

"Apa mungkin ini nama seorang wanita tapi bukannya Kang Dian baru menikah," kata Kuser yang terus memandang foto tersebut terlihat empat orang wanita muda yang memakai gamis berseragam di foto itu. Salah satunya adalah Fatimah kekasih Kuser.

Kuser kembali menyelipkan foto itu entah di halaman keberapa. Ia takut Kang Dian marah karena mungkin fotonya berpindah tempat.

"Bismillah, di tengah-tengah saja," ucapnya dengan menyelipkan poto di halaman tengah kitab.

Setelah semuanya selesai, Kuser kembali mengunci pintu kamar Kang Dian dan ia kembali ke kobongnya.

Kuser selalu jalan menunduk, tak pernah memandang pada apa yang ia lewati. Apalagi kalau ada santri perempuan yang berpapasan dengannya, dia langsung menundukkan pandangan dan mempercepat jalan.

Bukan tak menyukai hanya saja Kuser lebih memilih untuk pokus pada tujuannya di sini. Meski banyak sekali santriawati menyukainya dan sering mengirim surat padanya.

Fatimah adalah nama kekasih Kuser yang tak pernah ia beri kabar, dan Kuser percaya. Fatimah masih sangat setia menunggunya meski dalam jangka waktu yang lama.

"Bukannya aku tak merindukanmu Fatimah, aku hanya sedang menjalankan tugasku di sini. Demi sebuah rumah tangga yang akan kita bangun nanti. Butuh kegigihan untuk mempuknya dari awal, dan butuh ilmu untuk menghidupinya di setiap waktu," lirihnya dalam hati menahan rindu yang menyayat hati.

Saung kecil di tengah sawah tepatnya berada di belakang kobong laki-laki selalu menjadi tempat saat kerinduan datang menghampiri dirinya. Kerinduan pada orang orang yang ia cintai apalagi kepada bapak dan Alm ibunya yang telah memasukan Kuser ke pesantren ini.

Berkat doa orang tua dan keridhoan orang tuanya masuk ke pesantren ini membuat Kuser jadi pribadi yang tenang dan tidak terus mengejar duniawi.

Mungkin dulu Kuser menolak untuk masuk ke sini, tetapi semakin lama perubahan pada dirinya terlihat. Diri Kuser lebih tenang dan jiwanya tidak terlalu sibuk seperti dulu, yang selalu mengejar hal duniawi.

“Allahu akbar! Allahu akbar!” adzan ashar berkumandang. Dia mengambil wudhu di pancuran air yang ada di sawah. Air ini sengaja ada untuk para warga lainnya termasuk yang akan sholat ashar berjamaah di masjid Pesantren Al Munawir.