PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Steel Woman

Steel Woman

Penulis:kinkinn

Berlangsung

Pengantar
Seorang wanita cantik yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dari orang tuanya. Namun, setelah diberikan ujian tinggal di salah satu asrama yang berlagak militer, dia tumbuh menjadi wanita yang keras yang selalu membuat onar. Tidak melihat keadaan, jika melihat sedikit kesalahan, dan membuatnya tidak suka maka saat itu juga, dia akan membasminya. Baginya keadilan harus ditegakkan, walaupun yang menjadi lawanya adalah pemilik negara sekalipun. Tak akan gentar.
Buka▼
Bab

“Jika, kalian tidak memberikan uang itu padaku. kalian akan tahu apa yang akan ku perbuat pada kalian!”

“Apa yang bisa diperbuat wanita sepertimu. Bahkan kau sangat kecil untuk bisa melawan kami yang bertubuh kekar ini,” ucap salah satu preman tersebut.

“Memang bergulat dengan kalian aku kalah, namun. Untuk beradu pukulan akan kuladeni kalian,” ucap Hazel dengan nada menantang.

Saat kedua preman itu akan maju menghadapi Hazel, tiba-tiba suara tegas menghentikan mereka semua. Baik itu Hazel dan kedua preman itu sama-sama menegang karena ketakutan.

“Apa yang kalian lakukan! Hazel kemari! Kau ini perempuan, mengapa mengajak preman itu beradu pukul?”

Hazel yang melihat kedatangan ayahnya, mau tidak mau meninggalkan tempatnya. Meninggalkan kedua temanya dengan berat. Dan berjalan dengan rasa malas menuju ke arah ayahnya.

“Ayahkan tahu, Hazel hanya bercanda,” ucap Hazel dengan pelan, karena ia tahu bahwa saat ini ayahnya sedang dalam kondisi marah karena kembali menangkap basah dirinya.

“Kau anggap ini sebuah candaan. Tidak. Ayah tidak suka dengan caramu ini.”

“Ya, baiklah. Aku minta maaf ayah. Tapi jangan hukum kedua temanku ya,” ucap Hazel dengan memelas.

Sedangkan kedua preman itu yang ternyata adalah teman Hazel dengan cepat meninggalkan tempatnya, saat tahu bahwa temannya dalam kondisi menegangkan, karena di datangi langsung oleh sang ayah.

“Hazel, kami permisi dulu ya,” ucap salah satu preman itu lalu pergi, lalu mengajak satu temannya lagi agar semua imbasnya mereka tak dapatkan.

Melihat kedua temannya sudah pergi, hanya menghembusan nafas dengan kasar yang bisa Hazel perbuat. Dia tahu bahwa saat ini, akan banyak wejangan yang akan ia dapatkan dari sang ayah tercinta.

Benar saja, saat tiba di rumahnya. Hazel benar di sidang oleh ayah dan kakaknya. Sedangkan ibunya hanya bisa diam. Tidak ada yang membela Hazel saat ini, sehingga diam dan mendegarkan adalah cara paling jitu untuk sekarang.

“Hazel, sebentar lagi kau akan masuk ke Universitas, ayah tidak ingin jika kelakukan burukmu itu, kau tunjukkan di depan teman barumu nanti.”

“Ayah. Ini bukanlah sesuatu yang buruk, buktinya selama ini aku selalu membantu orang-orang, dengan perlakuanku ini,” ucap Hazel mencoba menjelaskan semuanya pada ayahnya, walaupun iya tahu perkataannya tidak akan di dengarkan.

“Hazel! Kau ini. selalu membantah jika ayah mengajarimu. Kau ini perempuan. Walau bagaiamanapun perempuan adalah mahluk yang lemah,” ucap James tiba-tiba kakak tertua Hazel.

Hazel yang mendegar penuturan kakaknya merasa tidak enak hati. Dirinya yang awalnya tidak banyak bicara, kini emosinya terpancing karena merasa jika ucapan kakaknya salah besar.

“Stop! Seharusnya di umurmu sekarang kau sudah tahu, pelajaran yang dinamakan kesetaraan gender. Aku heran kau selalu menganggap perempuan itu lemah. Jika apa yang kau katakan benar, bagaiamana dengan ibu, ibu kita?” ucap Hazel yang saat ini yang sudah tidak bisa menahan ucapanya.

“Hazel!” James, orang yang emosinya cepat terpancing. Kini semakin naik pitam saat adiknya melawan ucapanya.

“Jangan tinggikan suaramu James. Walau aku adikmu, tapi jika ucapanmu tidak pantas, aku akan tetap melawanmu. Kurasa kau juga tahu bagaimana aku,” ucap Hazel meniggalkan ruang keluarga, dan naik kelantai dua ke arah kamarnya.

Kepergian Hazel membuat ayah dan ibunya terdiam, kepribadian Hazel sudah terbentuk, sangat sulit untuk merubahnya. Termahsuk dengan sikapnya yang tidak suka jika melihat dan merasa ada yang tertindas.

“Aku takut, jika Hazel pergi dia akan mendapat banyak musuh karena sikpanya,” ucap ibu Hazel dengan sedih.

“Aku akan membuat Hazel mengerti bu. Tenanglah,” ucap James mencoba memberikan pengertian pada ibunya.

“Ibu rasa kau tidak akan bisa mendapatkan hati Hazel, James. Kau tahu adikmu itu bagaimana. Jika kau kasar denganya dia tidak akan tinggal diam. Lihatlah sekarang, ini akan semakin menjadikan dia tidak suka denganmu.”

“Bu, dengan cara ini Hazel akan belajar dengan kehidupan luar. Jika aku tidak keras, dia tidak akan bisa menerima jika di luaran nanti ada yang bertindak keras dan kasar padanya. Aku yakin Hazel akan mengerti suatu saat nanti.”

“Adikmu masi butuh bimbingan, lebih baik tahun ini biarkan dia di rumah bersama ibu ya,” ucap sang ibu dengan memelas. Dia takut anaknya pergi dan tak terbiasa dengan dunia luar yang akan membuatnya menjadi orang yang dibenci.

“Tidak. Ayah sudah putuskan Hazel akan tetap berkuliah tahun ini. Bu, jika terus begini yang ibu takutkan. Hazel akan terus menundah sekolahnya, sampai kapan akan seperti ini?” ucap sang ayah.

“Ayah, tapi ibu takut. Aku tidak ingin jika Hazel kenapa-napa di luaran sana.”

“Bu, bukankah Hazel mempunyai seorang kakak yang hebat yang siap menjadi pengawalnya,” ucap sang ayah mencoba menenangkan istrinya.

“Ayah benar bu, aku juga berada di tempat yang sama dengan Hazel, ibu tak perlu khawatir.”

Sementara mereka sedang sibuk membicarakan keadaan Hazel jika sudah berada di dunia luar. Maka sebaliknya, saat ini Hazel malah sibuk untuk menelpon kedua teman premanya, bermahsud ingin melanjutkan perkelahian mereka diwaktu dekat ini. Walaupun berteman, Hazel tetap ingin melakukannya dengan serius. Menghajar mereka habis-habisan, karena mengejeknya kecil.

Saat ini usianya 19 tahun, sebentar lagi dia akan masuk ke universitas di luar kota. Yang tentunya akan sangat jauh dari rumah dan lingkungya. Maka dari itu sebelum pergi Hazel ingin menikmati waktunya untuk berbagi pengalaman.

“Aku tidak bisa membayangkan, jika nanti akan tinggal serumah dengan kak James, bisa-bisa setiap hari aku akan tinggi darah. Oh! ataukah tahun ini aku tidak perlu melanjutkan studi ku,” gumam Hazel dengan senyuman liciknya. Namun semuanya tidak berjalan baik, karena ternyata James sudah berdiri di depan pintu kamar Hazel dan mendegarkan penuturan adik kecilnya itu.

Tok...tok...

“Hazel, apa aku kakak boleh masuk?” tanya James yang masi berada di luar pintu kamar.

“Kak James? Hm masuklah kak.”

Saat James masuk kedalam kamar, bukanya ia meminta maaf karena sudah membuat adiknya emosi, malah kali ini dia dengan cepat mencubit pipi tipis adiknya itu.

“Kau pikir, aku tidak mendengar apa yang kau katakan barusan hmm,” ucap James sedikit gemes melihat adiknya.

“Apa? aku tidak mengatakan apa-apa. mungkin kau salah dengar saja.”

“Hmm apakau yakin? aku mendengar jika kau berinisiatif untuk tidak melanjutkan studimu tahun ini. Dan ya satu lagi, kau juga sepertinya akan darah tinggi jika satu rumah denganku nanti. Apa aku benar Hazel?”

“Ya kau benar! Kenapa? Apakau akan mengadu pada ayah dan ibu hah!”

“Apakah aku punya waktu untuk mengadukanmu? Percayalah Hazel, kakak begini hanya karena ingin kau tahu bahwa diluar sana semua kejam, bahkan lebih kejam di banding perkataan kakak padamu. Maafkan kakak hari ini, oke,” ucap James, mengusap pucuk kepala Hazel dengan lembut, lalu berjalan keluar meninggalkan Hazel yang terdiam.

Hazel tahu bahwa jika kakaknya sudah mengikut sertakan kata kakak di pembicaraan mereka, berarti ucapannya serius. Hazel pun berpikiran sama dengan apa yang kakaknya katakan, di luaran sana ia mau tidak mau akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepribadian yang berbeda.

“Aku tahu kak. Semoga saat aku berada di lingkungan itu, aku tidak menemukan orang yang brengsek yang memancingku untuk membuatnya kapok,” ucap Hazel meratapi dirinya di depan cermin miliknya yang mungil.