PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Sang Barista

Sang Barista

Penulis:Firnya

Tamat

Pengantar
Bercerita tentang kehidupan sehari-hari pegawai barista yang bernama Ardi Wijaya, kebanyakan orang memanggilnya Ardi. Kehidupan Ardi layaknya orang orang normal, bekerja di ibukota demi mencari pundi pundi uang untuk keluarga merupakan tujuan hidupnya. Namun kehidupan tenang Ardi langsung berubah ketika dirinya bertemu dengan seorang wanita muda bernama Ruby. Ruby mengaku ia adalah pacar Ardi dan mengancam jika Ardi tak mau mengakui dirinya sebagai kekasih Ruby maka Ruby akan membawa Ardi ke tempat jauh, tempat dimana Ardi tidak akan pernah melihat keluarganya lagi. Bagaimana Ardi akan menyelesaikan masalah ini?
Buka▼
Bab

Siang menjelang sore, waktu yang sangat dinantikan oleh semua orang. Anak anak terlihat keluar dari bangunan sekolah, beberapa orang dewasa terlihat keluar dari kantor. Namun berbeda dengan anak anak, para orang dewasa tidak langsung kembali ke rumah.

Beberapa diantara mereka ada yang mampir ke cafe terlebih dahulu, tujuannya pasti untuk melepas stres dan rasa lelah.

Tring

Bunyi bel membuat seorang pemuda melihat kearah pintu. Pemuda dengan celemek warna hijau tua serta kaos putih yang menempel ditubuhnya tersenyum ramah.

Sang pelanggan berwajah masam tadi langsung tersenyum tipis kala melihat senyum pemuda itu.

"Menunya .. "

Wanita yang berpenampilan kurang lebih sama dengan si pemuda menyerahkan sebuah kertas yang berisi daftar makanan serta minuman khas cafe pada umumnya.

Pria dengan baju kantor berwarna hitam itu terlihat berfikir, berusaha mencari menu yang pas untuk melepas lelah.

"Apa Anda mencari minuman pelepas lelah?"

Pelayan wanita berambut hitam legam itu berujar sopan sedikit membungkuk. Sang pria terkejut awalnya, namun rasa terkejut itu segera sang pria tepis kemudian ia mengangguk.

"Kalau boleh saya sarankan, Anda bisa memesan green tea latte," ujar pelayan wanita sopan.

Pria itu menelisik kedalam menu, melihat berapa harga dari green tea latte yang dimaksud, harganya tidak terlalu mahal ternyata, pikir sang pria senang dan memesan green tea latte beserta kentang goreng sebagai pengganjal lapar.

"Baik, ditunggu ya pak."

Pelayan wanita itu pergi membawa menu kemeja barista berada, ternyata pemuda yang tersenyum tadi adalah seorang barista.

"Ardi, green tea latte satu," ujar wanita itu menyebut pemuda didepannya sebagai Ardi.

"Oke Catherine!" seru Ardi bersemangat membuat Catherine memutar mata malas.

Catherine lalu bergegas pergi kearah belakang untuk mengatakan pesanan lain. Sementara Ardi sudah disibukkan dengan peralatan pembuat minuman.

Dengan lihai tangan Ardi sang barista membuat minuman latte. Sampai saat dimana Ardi membuat susu lalu memasukkannya pada sebuah mesin agar susu tersebut sedikit mengembang.

Disusul suara dentingan gelas karna Ardi mencampurkan sedikit gula pada green tea latte buatannya. Ketika minuman green tea telah tersaji diatas gelas, Ardi memasukkan susu yang sebelumnya telah ia buat sedikit padat.

Dengan cekatan dan terampil Ardi melukis sebuah pohon cemara diatas green tea menggunakan susu tadi.

"Catherine!" panggil Ardi sedikit menahan pita suaranya agar tak mengganggu pengunjung lain.

Mendengar teman sesama kerjanya memanggil Catherine lantas buru buru menghampiri tempat Ardi sembari membawa nampan hitam kecil.

"He~ tumben bagus," ujar Catherine ketika melihat lukisan yang Ardi buat.

Ardi langsung memasang tampang sedih sedangkan Catherine yang sudah paham betul sifat Ardi hanya memasang wajah malas.

"Gak usah sok sedih gitu," ujar Catherine segera pergi menuju meja si pemesan tadi.

Ardi hanya tertawa pelan karna rencananya untuk meluluhkan hati Catherine gagal. Dalam artian Ardi hanya ingin dipuji Catherine, Ardi tak bermaksud untuk memberi kode apapun pada wanita itu.

Lagipula Catherine sudah memiliki pacar. Walaupun Ardi akui dirinya sempat pernah menyukai wanita itu karna sifatnya yang ramah, namun dengan berjalannya seiring waktu, perasaan itu pudar dan tergantikan dengan perasaan sebatas teman.

"Ardi!"

Ardi menoleh kearah sumber suara, dari balik pintu besi berwarna hitam muncul sosok wanita lain yang lebih tua dari Catherine. Dia adalah pemilik cafe ini.

"Ya tante?" tanya Ardi membasuh tangan terlebih dahulu sebelum pergi menuju kearah bosnya.

"Bagaimana cafe hari ini?" tanya sang bos yang bernama Annerista Sari jika kalian penasaran.

"Lancar kok, seperti hari biasa," balas Ardi tersenyum ramah.

Anne mengangguk sembari melihat keadaan cafe yang mulai ramai pengunjung, jika sudah sore hari cafe memang lebih ramai.

"Baiklah, terima kasih. Dan oh yah, nanti kita akan tutup lebih awal," ujar Anne membuat siapapun yang mendengarnya pasti senang, bahkan teman Ardi yang sedang memasak juga ikut senang.

"Baik, terima kasih juga tante," ucap Ardi sopan berusaha menutupi rasa senangnya, Anne hanya balas tersenyum kemudian kembali masuk kedalam ruangannya.

"Yee! Kita pulang cepat!" sorak Bobi dari arah dapur, Bobi adalah teman Ardi yang lain, pemuda itu ditugaskan bekerja didapur.

"Sshh!"

Catherine lantas berlari masuk kedalam dapur untuk menenangkan Bobi, bisa gawat jika bos mereka mendengar sorakan riang Bobi, bisa bisa mereka gagal pulang cepat.

"Akhirnya!" ujar Ardi merenggangkan semua ototnya yang terasa kaku sembari berjalan kearah meja barista.

Padahal hari ini cafe tak begitu ramai, namun entah kenapa Ardi merasa lelah, biasanya Ardi tidak pernah merasa lelah, kecuali dihari pertama ia kerja.

Hari yang benar benar melelahkan menurutnya, apalagi pada saat itu dirinya masih kuliah, tambah berat juga beban yang ia pikul.

Untunglah Bobi dan Catherine mau membantu, jika tidak Ardi pasti sudah mencari pekerjaan lain atau fokus terlebih dahulu pada kuliahnya.

Catherine berjalan keluar dari arah dapur lalu pergi menghampiri Ardi yang sekarang sedang terdiam dimeja barista.

"Cape?" tanya Catherine saat melihat wajah lesu Ardi, Catherine memang peka terhadap sekitar.

Ardi mengangguk pelan, percuma juga ditutupi.

"Bikin cafe latte gih, biar lebih rileks dan gak lesu gitu," ujar Catherine duduk didepan meja barista untuk memperhatikan Ardi yang sekarang sedang bersiap membuat cafe latte.

"Oh iya Ardi, kamu gak ada niatan buat pulang kampung?" tanya Catherine membuat mood Ardi tambah down, okay Ardi tarik perkataannya yang mengatakan bahwa Catherine adalah orang peka tidak sepenuhnya benar.

Ardi menggeleng, "tidak, aku malas bertemu bibi."

Mengerti dengan perubahan mood Ardi, Catherine tak lanjut bertanya. Wanita itu lupa jika Ardi sensitif saat membahas tentang keluarganya.

Hening tiba tiba menyergap, tau jika suasana mulai tidak enak, Ardi mengganti topik.

"Minggu ini ada rencana tidak Cath?" tanya Ardi melukis sebuah gelombang diatas cafe latte yang ia buat.

Catherine terlihat berfikir, berusaha mengingat jadwal minggu ini.

"Kurasa tidak, tapi kalau minggu depan ada," ujar Catherine senang melihat perubahan mood Ardi.

"Kalau begitu, besok ingin jalan jalan? Sekalian melepas penat," saran Ardi sembari menyesap cafe yang ia buat. Benar kata Catherine, tubuh Ardi jadi terasa lebih rileks dan segar.

"Berdua?" tanya Catherine sedikit curiga, sebenarnya ia hanya takut jika pacarnya cemburu, itu saja.

Melihat tatapan curiga Catherine, Ardi segera menggeleng sembari mengibaskan tangan didepan wajah.

"Tentu saja tidak, aku akan mengajak Bobi--"

"Permisi!"

Ucapan Catherine terpotong karna tiba tiba saja seorang pelanggan memanggil Catherine, sepertinya orang itu akan membayar pesanannya.

"Bobi!"

Merasa Catherine akan sedikit lebih lama berurusan dengan pelanggan, Ardi memanggil Bobi untuk mengajaknya pergi jalan jalan bersama.

"Tapi .. Miss Anne memang memberi kita jatah libur?"