PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Nikah Dadakan Bersama Sahabat

Nikah Dadakan Bersama Sahabat

Penulis:Ichan Kaori

Berlangsung

Pengantar
Masa depan sudah terencana dengan sangat indah di atur Nindy sendiri menjadi sangat epik. Namun tiba-tiba saja segalanya menjadi hancur dan kacau balau oleh sebuah video asusila yang ditayangkan di acara perpisahan sekolah. Video asusila itu disinyalir sangat mirip dengan Nindya dan sahabatnya Arkan. Keduanya sempat mengelak dengan sangat tegas jika itu bukan mereka dengan sumpahnya. Namun entah kenapa keanehan terjadi pada kedua orang tua mereka yang mengiyakan jika orang yang ada di dalam video berdurasi enam belas menit itu adalah anak mereka. Usai pengakuan aneh itu keduanya dipaksa menikah oleh kedua orang tua dan juga pihak sekolah karena merasa tercemar akan nama baiknya. Hal itu dilakukan agar tak terjadi fitnah yang mungkin akan terjadi lagi. Mau tak mau keduanya akhirnya menikah dengan menganggap hanya untuk sementara, namun berjalannya waktu, dimana uang pegangan mereka menipis timbul rasa tanggung jawab dan juga pikiran jika pernikahan itu adalah anugrah bagi keduanya.
Buka▼
Bab

Acara perpisahan yang seharusnya terasa khidmat dan juga tenang kini berubah menjadi riuh dan terdengar suara sorak kekesalan.

Di acara perpisahan tahun 2021 tahun ini sungguh membuat jadi kenangan yang sangat tak ingin diingat oleh Nindy.

Di layar yang terbentang sangat lebar tiba-tiba saja tertayang sebuah video asusila yang membuat geger satu ruangan besar itu. Seluruhnya tak menyangka jika di acara formal seperti itu bisa ditayangkan nya video tak bermoral yang mungkin nantinya akan merusak moral siswa dan siswi lainnya.

"Matikan video itu, cepat!!!" teriak kepala sekolah yang baru saja usai memberikan kata sambutan belum dirinya selesai mengucap terima kasih video itu sudah tayang lebih dulu. Seluruh staff bagian teknisi berusaha untuk mematikan video itu dengan perasaan yang gemetaran dan takut akan peringatan dan sangsi yang sudah terbayang dan mungkin akan didapat karena kelalaian mereka.

"Uwahh... Siapa tuh berani-beraninya berbuat gak bener kayak gitu!" seru salah satu murid yang juga menonton video berdurasi pendek tersebut.

Banyak orang tua yang protes akan tayang nya video tersebut. Tak sedikit juga ada beberapa siswa yang berhasil mengabadikan video tersebut di dalam ponsel mereka masing-masing.

Untuk menenangkan dari keributan besar itu, akhirnya kepala sekolah memutuskan untuk membubarkan acara tersebut dan tak jadi memberikan penghargaan kepada para siapa saja yang telah menjadi siswa berprestasi ditahun ini.

Hal tersebut lumayan agak kurang menguntungkan bagi Nindy dan Arkan yang sudah sangat antusias menunggu acara pemberian penghargaan tersebut. Pasalnya keduanya setelah Pemberian penghargaan tersebut juga akan menerima beasiswa untuk masuk universitas.

"Ya.. Gagal deh," kesal Nindy dengan suara rendah namun terdengar jelas di telinga Arkan yang duduk tepat di samping Nindy.

"Ya mau gimana lagi, udah nasib jadi bubur Nin," ujar Arkan yang tampak terlihat lebih berlapang dada dibanding Nindy yang sudah sangat menanti-nantikan hal tersebut.

"Kalian mau nyerah gitu aja? Gak akan nuntut si pelaku yang ada di dalam video itu?" tanya Galih yang berada duduk di depan keduanya. Galih duduk membalikkan tubuhnya setelah mendengar percakapan Nindy dan Arkan.

"Ya mau gimana lagi, itu bukan wewenang kita, lagian tanpa itu kita masih bisa lanjut kuliah kok. Soal beasiswa kan masih bisa dicari," terang Arkan. Dia berpikir jika kegagalan kali ini bukanlah segalanya. Dia masih bisa mengikuti tes ujian yang diadakan di universitas manapun untuk mendapatkan beasiswa yang dia inginkan.

Nindy tampak lesu dengan menundukkan kepalanya. Sedangkan Arkan menatap ke depan melihat para orang tua yang mendatangi si kepala sekolah untuk dimintai pertanggung jawabannya atas tayang nya video asusila tersebut.

"Keterlaluan juga ya itu mereka yang begituan. Apaan coba gak mikir ke depan. Asal enak aja.." gerutu Galih yang malah tampak lebih kesal dari Nindy dan Arkan. Dia tampak sangat peduli pada sahabatnya itu.

"Ya udahlah Lih, jangan diomongin terus malah bakal tambah bikin kesel terus jadinya!" ucap Nindy yang tak mau peduli lagi dengan apa yang terjadi.

"Kalian kok cuek gitu sih beasiswanya gagal? Kalau aku sih bakalan kesel, sekarang aja kesel. Jangan-jangan orang-orang yang ada di dalam video itu kalian ya?" celetuk Renisa tiba-tiba. Celetukkannya itu membuat Nindya dan Arkan terperejat dari kursinya. Keduanya langsung berdiri dan menghadap Renisa yang sedari tadi duduk di belakang mereka.

"Kamu kalau ngomong dijaga ya, jangan asal!" kecam Nindy yang langsung naik pitam. Dia sungguh benar-benar tak terima dengan tuduhan tak berasasnya yang dilakukan oleh Renisa padanya.

"Hati-hati Ren, kalau ngomong jangan sembarangan," timpal Arkan yang juga ikut emosi oleh ucapan selintas dari bibir Renisa tersebut. Termasuk Galih yang ikut kesal.

Renisa tampak terlihat mendengus tertawa picik. Kedua lengannya dilipat ke dalam dadanya. "Ya kalau enggak, biasa aja gak usah nge-gas gitu! Jadi kayak emang kalian pelaku video itu!" seru Renisa dengan nada yang sengaja dia tinggikan agar terdengar oleh banyak orang.

"Ren!" bentak Nindy yang malah nadanya semakin tinggi dari Renisa. Dia terlanjur emosi dan kesal. Tak habis pikir apa maksud dari Renisa dengan berkata seenaknya seperti itu. Apalagi berniat memfitnah dirinya.

Semua orang yang hampir mau meninggalkan ruangan menghentikan langkahnya saat terdengar dari percakapan Renisa dan Nindy.

"Loh?! Kenapa kamu marah sih Nin?" ujar Renisa lagi dengan nadanya yang sangat tak enak didengar. Sontak seketika banyak siswa yang mengkerubuni keduanya.

"Ren, cepet tarik kata-kata kamu barusan!" pinta Nindy sembari menunjuk Renisa dengan jari telunjuknya. Nindy sendiri hanya ingin namanya segera dibersihkan. Dia tak mau terlibat dengan terjadinya video asusila yang baru saja tayang barusan.

"Udahlah Nin, jangan diperpanjang!" Arkan menarik tangan Nindy untuk keluar dari kerumunan itu sebelum menjadi daya tarik orang tua dan para guru lainnya. Dia tak mau semuanya menjadi masalah akan menjadi besar.

"Gak bisa gitu Ar, dia itu kalau ngomong selalu seenaknya, aku gak mau orang beneran anggap aku kayak gitu!" kesal Nindy yang semakin menjadi. Dia dengan sekuat tenaga melepaskan genggaman tangan Arkan dari lengannya.

"Duh Nin, tadi kan aku udah bilang kalau enggak ya udah gak usah marah-marah kayak gitu, kan jadinya keliatan banget kalau yang di dalam video itu kamu sama Arkan!"

"Renisa!" bentak Arkan.

"Heh, kalau ngomong dijaga dong Ren, fitnah itu!" ucap Galih yang sama tak terima jika temannya difitnah seenaknya. Dia tahu betul siapa Nindy dan siapa Arkan. Keduanya sepasang sahabat yang selalu berusaha dan berlomba untuk bersaing mendapatkan juara kelas bahkan juara sekolah. Galih sangat tahu jika Nindy dan Arkan hanya mementingkan bidang akademi mereka. Tak pernah terpikir sedikitpun untuk berpacaran atau menjalin kasih lainnya.

Mereka hanya berniat untuk selalu membahagiakan keluarga masing-masing dan juga selalu menjadi kebanggaan bagi keluarga mereka masing-masing pula.

Terlihat beberapa orang murid yang saling berbisik. Mereka tampaknya mulai terpengaruh oleh ucapan dari Renisa. Dan beberapa dari yang lainnya malah merekam kejadian yang tengah berlangsung dengan kamera ponsel mereka.

Nindy menghela napas panjangnya untuk sedikit mengurangi emosinya yang sudah memuncak. Matanya mulai menatap ke arah orang-orang yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan merendahkan bahkan memandangnya sebagai murid yang tak bermoral.

"Denger ya Ren, aku berani sumpah kalau yang di dalam video itu jelas bukan aku sama Arkan. Sebelum kamu tuduh-tuduh orang, kamu harus pegang bukti yang kuat!" tegas Nindy yang berusaha ingin sekali mematahkan fitnah yang dilontarkan Renisa padanya.

Arkan malah menutup matanya dengan menghela napas panjang. Dia terlihat sangat pasrah dengan apa yang diucapkan oleh Nindy di tengah khalayak ramai itu. Dia sudah memprediksi apa yang baru diucapkan Nindy pasti akan menjadi bumerang hebat untuk dirinya dan juga Nindy sendiri.

Arkan menggelengkan kepalanya dengan lemas saat kepala sekolah dengan wajah gaharnya berjalan ke arah mereka dengan langkah kaki yang berat dan pasti.