PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Anak Nakal Yang Arogan

Anak Nakal Yang Arogan

Berlangsung

Pengantar
Ye Chen, awalnya adalah generasi dengan bakat sombong, diklasifikasikan sebagai orang berdosa oleh keluarga pada hari ulang tahunnya yang kesepuluh, dan kemudian dihapuskan identitasnya, dan ditinggalkan oleh ayah kandungnya di hutan belantara, meninggalkannya untuk mengurus dirinya sendiri! Delapan tahun kemudian, satu generasi Tianjiao kembali lagi, bangkit dengan kuat, satu menginjak dunia, dan yang lainnya menyerahkan dunia! Tak terkalahkan, bangga pada kotanya, semuanya ada di buku ini!
Buka▼
Bab

Di pinggiran Kota Lumbabang Provinsi Chalutong, seorang remaja berpakaian minim membawa tas bahu yang usang berjalan santai.

Dia berjalan dengan mantap dan tertib meskipun dia tampak sedikit kotor dan tampak terpuruk tapi sulit untuk menyembunyikan semangat di matanya.

Postur remaja itu tegak dan kurus tinggi seperti tombak panjang yang ingin menembus langit yang tak terkalahkan.

Melihat bangunan bertingkat tinggi menjulang jauh kemudian matanya suram dan bergumam.

"Delapan tahun!"

"Akhirnya aku Firmansyah melakukan apa yang diriku katakan dulu dan sumpah yang kubuat!"

"Sakimin dan Limbong, kalian tidak akan menyangka bahwa aku belum mati dan aku masih hidup dengan baik, bukan!"

Firmansyah mengepalkan tinjunya ketika mengingat dirinya sepuluh tahun yang lalu yang seharusnya menjadi waktu paling bahagia baginya dan dia juga berpikir sejak kecil bahwa dirinya akan berusaha untuk menjadi lebih kuat serta sukses demi suatu keluarga atau suatu marga.

Firmansyah percaya bahwa suatu hari di masa depan, dirinya akan membawa kemuliaan tertinggi untuk suatu keluarga sehingga dirinya yang awalnya kuat akan lebih sukses lagi dan menjadi keluarga terpandang yang sebenarnya di Indonesia.

Tapi semua yang Firmansyah impikan tercabik-cabik delapan tahun lalu pada malam yang penuh gemuruh petir itu.

Keluarga Yunarso di Kota Jamaria adalah keluarga besar yang memiliki sejarah berusia berabad-abad dan merupakan salah satu keluarga kaya ternama di Kota Jamaria. Keluarga berbakat yang kuat ada kecenderungan untuk menekan keluarga kaya lainnya.

Keluarga kaya lainnya hampir semua mengandalkan bisnis, politik, militer atau bidang lain untuk membangun pijakan dalam hubungan, tetapi Keluarga Yunarso berbeda, mereka tidak hanya memiliki orang berbakat di berbagai bidang tetapi Keluarga Yunarso itu sendiri juga memiliki keberadaan yang sangat istimewa---keluarga seni bela diri.

Keluarga Yunarso berlatih seni bela diri dari generasi ke generasi dan bukan jurus tinju biasa, tetapi seni bela diri batin yang sesungguhnya yang mengutamakan melatih kekuatan batin.

Di setiap generasi Keluarga Yunarso setidaknya ada tiga atau empat orang terlahir dengan memiliki bakat untuk belajar seni bela diri, ditambah dengan kekuatan komersial dan politik serta dari semua lapisan masyarakat memiliki bakat yang sesuai, oleh karena itu setiap generasi Keluarga Yunarso menjadi kuat dan sangat terkenal.

Dan Firmansyah adalah generasi ketiga Keluarga Yunarso yang paling luar biasa dan sangat disayangi oleh Sakimin. Keluarga Yunarso juga menganggapnya sebagai calon kepala keluarga di masa depan dan menaruh harapan tinggi.

Bakat Firmansyah lebih unggul sejak kecil terlepas dari semua sisi yang mengalahkan rekan-rekan dan dirinya menguasai ilmu bela diri. Pada usia empat tahun dia diajarkan oleh ayahnya Limbong secara pribadi menjadi seorang praktisi internal.

Bakat bela dirinya terhitung hebat dalam sejarah Keluarga Yunarso, meskipun adiknya yaitu Supriyadi berbarkat tetapi masih kalah jauh dari Firmansyah.

Hampir semua orang dalam Keluarga Yunarso percaya bahwa Keluarga Yunarso akan memiliki anak muda yang sedang naik daun dan di masa depan akan terkenal di Indonesia serta memimpin Keluarga Yunarso untuk melangkah lebih jauh dan lebih tinggi.

Tetapi pada hari ulang tahun ke sepuluh Firmansyah, ia dengan senang hati berlari ke hadapan kakeknya Sakimin untuk meminta hadiah dan Sakimin yang biasanya sangat menyayanginya itu justru menunjukkan ekspresi dingin yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kata-kata Sakimin berikutnya juga membuat Firmansyah tercengang di tempat dengan wajah bingung.

"Firmansyah anak generasi ketiga Keluarga Yunarso adalah momok Keluarga Yunarso dan merusak aturan Keluarga Yunarso sehingga akan dihukum sesuai aturan keluarga!"

"Aku sebagai kepala keluarga generasi kelima belas dari Keluarga Yunarso menyatakan bahwa Firmansyah akan dikeluarkan dari Keluarga Yunarso dan melumpuhkan ilmu bela dirinya kemudian mengambil kembali semua sumber daya dan semua anggota Keluarga Yunarso tidak ada yang boleh memiliki kontak dengannya, jika ketahuan berhubungan dengannya maka akan dikeluarkan dari Keluarga Yunarso!"

"Generasi ketiga Keluarga Yunarso hanya cukup Supriyadi saja!"

Wajah Sakimin tampak dingin dan tatapannya terhadap Firmansyah seolah sedang melihat virus atau momok.

Firmansyah justru bingung dan dia sama sekali tidak tahu kesalahan apa yang telah dia lakukan, kapan dia merusak aturan Keluarga Yunarso?

Tetapi semuanya terjadi begitu cepat sehingga dia tidak punya kesempatan untuk membenarkannya dan ayahnya Limbong yang selalu merawatnya serta mengajarinya dengan cermat bahkan lebih kejam kepadanya dan menghancurkan ilmu bela dirinya.

Setelah itu Limbong tidak memedulikan mata sedih ibu Firmansyah kemudian membawa Firmansyah yang kehilangan semua keterampilan bela diri itu ke hutan liar pinggiran Kota Jamaria, lalu membiarkan dirinya hidup mati sendiri dan tidak pernah menanyakan sedikit pun.

Di dunia modern ini praktisi seni bela diri kuno dapat dikatakan sangat langka dan harus memiliki seni bela diri alami agar memenuhi syarat untuk mempraktikkan seni bela diri kuno dan mempraktikkan kekuatan batin, maka pelatih seni bela diri dapat dikatakan tak terkalahkan.

Dan begitu seorang pendekar kehilangan ilmu bela dirinya, berarti sama dengan seperti manusia buangan dan akan kehilangan semua ilmunya, seumur hidup tidak bisa berlatih seni bela diri. Bagi seorang pendekar merupakan pukulan yang menghancurkan.

Firmansyah yang baru berusia sepuluh tahun telah dikeluarkan dari dunia bela diri dan kehilangan semua ilmu bela dirinya serta dibuang di tengah hutan belantara yang setara dengan membunuhnya dan bahkan tidak memberinya sedikit pun kesempatan hidup.

Firmansyah tidak mengerti dan marah, mengapa kakek yang sangat mencintainya bisa menuduhnya sebagai pendosa keluarga dan mengapa ayah yang selalu peduli padanya bisa begitu kejam untuk membuangnya?

Hingga sekarang Firmansyah masih ingat bahwa Limbong meninggalkannya di pegunungan dan hutan yang dalam dengan ekspresi dingin dan tegas itu, dia bahkan tidak pernah lupa dengan sedikit detail itu.

Dengan pukulan yang kejam seperti ini dan jika diganti orang lain mungkin telah menyerah dan mati.

Tapi Firmansyah sendiri justru menanggung penderitaan yang luar biasa pada malam delapan tahun yang lalu kemudian bersandar pada pohon besar dan bersumpah bahwa dirinya tidak akan pernah menundukkan kepalanya terhadap Limbong yang berpaling.

"Limbong, semua ilmu yang aku pelajari bahkan tubuhku adalah berasal darimu dan aku tidak akan membencimu karena kamu menghancurkan ilmu bela diriku tapi aku termasuk telah membalas semua kasih karuniamu padaku!"

"Mulai hari ini, aku Firmansyah tidak ada hubungan sedikit pun denganmu Limbong dan juga tidak ada hubungan dengan seluruh Keluarga Yunarso!"

"Aku Firmansyah bersumpah di sini bahwa aku tidak akan pernah mati dan aku akan terus menggunakan nama ini untuk hidup lebih baik daripada orang lain dan berdiri lebih tinggi dari siapa pun!"

"Aku pasti akan membiarkan kalian Keluarga Yunarso melihat di masa depan dan aku ingin kalian semua menyesali apa yang kalian lakukan padaku hari ini!"

Selesai berkata kemudian Firmansyah meninju pohon dengan keras dan bagian belakang tangannya terluka hingga berdarah, darah menetes di tanah dan tampak mengejutkan tetapi Firmansyah sama sekali tidak merasakan rasa sakit dan hanya sedikit api amarah di matanya yang bergejolak.

Limbong mendengar kata-katanya dan hanya tubuhnya perlahan tertegun tetapi tidak berbalik, dia tetap pergi dengan dingin dan mungkin Limbong percaya bahwa Firmansyah tidak pernah bisa bertahan dalam keadaan seperti ini.

Bahkan jika Firmansyah selamat dengan dirinya yang kehilangan semua ilmu bela diri serta anak laki-laki yang tidak berdaya, jika dikatakan dengan berlebihan, dia dapat menjadi salah satu orang terkaya, tetapi jangankan orang terkaya di suatu tempat bahkan orang terkaya di Indonesia juga tidak cukup memenuhi syarat untuk membiarkan Keluarga Yunarso yang kuat memperhatikannya apalagi melihatnya.

Pada saat itu kata 'Firmansyah' di mata Limbong hanyalah sebuah lelucon.

Tetapi baik Sakimin maupun Limbong mereka mungkin tidak dapat menyangka bahwa anak berusia sepuluh tahun yang mereka buang ke pegunungan dan ditekan sampai mati itu tidak mati sama sekali.

Dan sekarang ia telah melalui banyak cobaan hidup mati dan telah berubah serta telah kembali dengan jaya.

Mengenang wajah dingin Sakimin dan Limbong kemudian mulut Firmansyah tampak mencibir.

"Sakimin, Limbong, dan Keluarga Yunarso ketika aku berdiri di hadapan kalian lagi pasti ekspresi kalian akan sangat menakjubkan, kan?"

Segera setelah tinjunya mengepal kemudian suara tulang renyah terdengar dan untuk sementara dia menekan semua peristiwa masa lalu itu di dalam hatinya.

"Kota Lumbabang, kamu akan menjadi perhentian pertamaku untuk menggemparkan dunia!"

Mata Firmansyah berbinar dan dengan sentakan pelan pada kaki belakang kemudian orangnya telah menghilang.