PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Calon Istriku Gadis Matre

Calon Istriku Gadis Matre

Penulis:syafira dewi

Berlangsung

Pengantar
Revan dan Nayla yang telah menjalin hubungan asmara bertahun - tahun, bermaksud melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Restu dari orang tua juga sudah mereka kantongi. Namun karena alasan tertentu Nayla tega menghianati cinta tulus sang Revan, kekasihnya. Revan yang kecewa memutuskan untuk mengakhiri hubungannya saja. Namun saat Revan dan orang tuanya membatalkan pernikahan, Nayla menangis sejadinya, memohon agar Revan tetap melangsungkan pernikahannya karena Nayla telah hamil . Dan rahim yang di perutnya adalah darah daging Revan.
Buka▼
Bab

Tok... tok.....tok....

"Assalamu'alaikum..." ucap Revan ketika sampai di rumah Alya.

"Wa'alaikumsalam... silakan masuk, pintunya tidak di kunci kok," jawab Alya dari dalam.

Alya adalah adik kandung Revan.Ia tinggal di sebuah rumah sederhana bersama suami dan anaknya.

Alya bergegas membuka pintu meski sudah mempersilakan tamunya.

"Eh kak Revan, mari silakan masuk kak." kata Alya sambil mencium punggung tangan kakak dan teman kakaknya.

"Terima kasih Alya, " Revan lalu masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

Alya pun menyusul dan segera membuatkan teh hangat untuk kakak dan temannya.

"Silakan di minum kak," kata Alya menyuguhkan teh manis untuk kakak dan temannya.

"Terima kasih, maaf jadi merepotkan." kata Revan pada adiknya.

"Nggak repot kok. Oh iya kak, ini pacar kakak ya? Kok nggak di kenalin ke aku sih?" ucap Alya sambil melirik ke arah teman wanita yang duduk bersebelahan dengan Revan.

"Sabar dong... Nih kenalin, dia temen kakak namanya Nayla. Dan Nayla, ini adikku namanya Alya." kata Revan memperkenalkan temannya pada Alya.

"Hay mbak, aku Alya adiknya kak Revan." kata Alya memperkenalkan diri.

Alya dan Nayla berjabat tangan tanda perkenalan. Baru sekali ini Revan mengajak teman wanita ke rumah Alya.

Setelah Alya menikah duluan dan memilih tinggal pisah dari orang tuanya.

Alya dan suaminya milih kontrak rumah dengan alasan ingin lebih mandiri setelah berumah tangga.

"Kak Revan dari mana? Tumben main ke sini bawa cewek." kata Alya .

"Dari rumah Nayla kok, sekali - kali nggak papa kan? Biasanya kan main sendiri." jawab Revan

.

"Hehe...iya kak. Aku juga seneng jadi tambah teman." Alya tersenyum ke arah Nayla.

Sementara kakak beradik ini asyik ngobrol, Nayla yang belum kenal dengan Alya, hanya memilih diam dan menjadi pendengar di setiap obrolan mereka.

"Kak Re... mbak Nayla rumahnya man sih? Ajak aku main dong." kat Alya berlagak seperti anak kecil.

Nayla dengan cepat menyebutkan alamat rumahnya. Dia juga mengungkapkan bahwa ia sangat senang jika Alya mau main ke rumahnya.

Mereka semakin larut dan asyik.

Hingga siang tiba, Alya segera menyiapkan makan siang .

Alya yang memang terkenal anak yang supel, dengan mudah bergaul dan mengenal Nayla. Nayla juga orangnya asyik dan mudah bergaul.

"Kak Re, mbk Nayla udah di ajak ke rumah belum?" tanya Alya pada Revan..

Nayla tiba - tiba tersedak makanan ketika mendebgar pertanyaan Alya.

"Belum Al, kakak belum siap mengajak Nayla ke rumah." jawab Revan.

"Lho kenapa belum siap? Bukankah itu malah bagus kak? jadi ayah dan ibu juga bisa kenaln sama mbak Nayla. Iya kan Mbak Nay?" celoteh Alya.

"Hmmm... iya Al. Tapi bukan searang waktunya. Mbak dan Mas Revan akan mencari waktu yang lebih tepat untuk ketemu orang tua." jawab Nayla.

"Oh...ya udah gimana baik nya aja kak. Aku percaya kakak pasti tahu yang terbaik." kata Alya.

Revan dan Nayla terdiam. Alya pun melanjutkan makan siangnya.

"Kamu tinggal sama siapa di sini Al? Dari tadi aku tidak melihat siapa pun srlain kita." tanya Nayla.

"Aku tinggal sama anak dan suami mbak, kebetulan anakku masih di rumah mbah. " jawab Alya

"Lalu suamimu kemana?" selidik Nayla.

"Dia sedang kerja mbak, pulangnya nanti sore." papar Alya.

Suami Alya memang sedang bekerja dan anak Alya si Riyan sedang di rumah neneknya.

Riyan biasa di titipkan sama nenek karena Alya harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya.

Suaminya yang hanya jualan siomay keliling belum cukup untuk kebutuhan keluarga kecilnya.

Apalagi dengan rumah kontrakan yang harus membayar setiap bulannya.

"Anak mu cewek atau cowok Al? Kapan - kapan ajak ke rumah ku dong, biar makin kenal dan akrab." kata Nayla.

"Cowok mbak, baru umur tiga tahun . Insyaalloh kalau aku libur kerja main ke rumah mbak Nayla." papar Alya.

"Tapi itu pun jika kak Revan mau." Alya melanjutkan kalimatnya.

"Mas Revan mau kan?" tanya Nayla.

Revan menghela nafas dalam - dalam.

Ia seperti tampak berfikir sejenak.

"Iya kakak mau kok. Memang kamu kapan libur kerja?" tanya Revan pada Alya.

"Alya libur setiap hari Minggu kak."

"Ya sudah kalau kamu libur, kakak ajak main ke rumah Nayla." ucap Revan datar.

"Yaaahhh... kak Revan kaya nggak ikhlas gitu." kata Alya.

"Iya si mas, seperti nya mas keberatan ke rumahku." kata Nayla menyela.

Revan kembali harus menghela nafas panjang mendengar penuturan adik dan pacarnya.

Entah apa yang Revan pikirkan. Ia seperti masih sungkan jika ke rumah Nayla.

"Ikhlas kok, apa sih yang nggak buat kalian?" tanya Revan.

"Ah kak Revanbisa aja ngegombalnya. Awas hati - hati mbak Nay. Jangan sampai kemakan rayuan gombalnya." gurau ku pada mereka.

Revan dan Nayla terkekeh mendengar kata - kata Alya.

"Alya...Alya... Nayla tuh udah kemakan kata gombalku, buktinya dia mau aja jadi pacarku." kata Revan sambil menahan tawa.

Nayla melotot ke arah Revan. Ia tahu jika kekasihnya sedang bercanda.

"Kak Revan ini...ada - ada aja. Mbak Nayla tuh cinta sama kakak, bukan karena kata gombal yang kakak ucap. Iya kan mbak Nay?" papar Alya pada kakaknya.

"Hmmmm.... iya Al. Tapi nggak tahu kalau kakakmu itu gimana?" kata Nayla.

Alya dan Nayla melirik ke arah Revan. Revan terlihat clingukan. Memikirkan apa yang harus ia katakan. Untunglah otak Revan bekerja dengan sigap. Jadi untuk menjawab pertanyaan Nayla bukanlah hal yang sulit baginya.

"Kalau aku tak cinta padamu, untuk apa aku bawa kamu kemari? Buat apa aku kenalkan kamu pada keluargaku,hah?" kata Revan membalikkan pertanyaan Nayla.

Alya tersenyum mendengar jawaban Kakaknya. Ia tahu jika kakaknya serius menjalin hubungan dengan Nayla. Menurut pandangan Alya, Nayla orang yang baik, solan dan perhatian. Alya yakin jika Nayla bisa menjadi istru yang baik untuk kakaknya. Dan juga ibu yang sholehah untuk putra putri kakaknya kelak.

Saking asyiknya mengobrol, mereka tak sadar jika hati sudah sore. Nayla mengajak Revan untuk pulang.

"Al, udah sore nih. Kita pamit pulang dulu ya." ucap Nayla.

"Yaahh...masih jam berapa ini? Nanti lah,

suamiku juga belum pulang, aku sepi kalau harus di rumah sendiri." kata Alya.

"Kamu bukannya harus menjemput anakmu?" tanya Nayla.

"Iya, tapi nanti jika suamiku udah pulang. Kita jemput Riyan bareng." kataku menjelaskan.

"Oh... berarti masih nanti ya kamu jemput anakmu." Nayla meyakinkan.

"Iya mbak, tenang aja kok."jawabku.

Nayla terdiam beberapa saat.

"Tapi kita harus tetap pamit Al, hari sudah sore." kata Nayla.

"Hmmm... ya udah deh kalo maksa . Kalian hati - hati di jalan." kata Alya

-----------------------------------