PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Forsta

Forsta

Penulis:NicKNaME

Berlangsung

Pengantar
Forsta dalam bahasa Norwegia berarti memahami. Lalu apa sebenarnya makna memahami itu sendiri? Seringkali kita terperangkap dalam kosa kata. Seperti ungkapan " Mengerti belum tentu memahami " Kemudianbisakah kita mengerti apa mau diri ini dan tau harus seperti apa, apakah konsepnya seperti ini? Ditambah lagi isi kepala yang berkecamuk saling membentur perihal kata hati. Menggenggamnya saja tidak cukup, apalagi hanya bertaruh pada sang waktu dan harap. "Anda tidak boleh berfikir bahwa anda itu spesial" Menurut aturan Jante Law yang ditulis Sandemose dalam buku safirnya En flyktning krysser sitt spor (1933). Aturan ini mengungkapkan bagaimana Cia dan Bara. Yang fana itu waktu bukan perasaan.
Buka▼
Bab

"Kata orang seiring berjalannya waktu semua akan kembali pada tempatnya. Tapi manusia sering kali melupa, dengan hadirnya jejak sang pengingat yang merekam semua adegan di setiap persimpangan yang kita lewati" Greysia Linka Abraham

***

Seluruh tubuhnya bergetar dan berkeringat, padahal AC diruangan itu menunjukan angka 22° yang harusnya membuat gadis cantik bermata hazel dengan rambut hitam pekat menggigil.

###

Di sebuah ruangan kosong yang terasa seperti tiada ujung, sang gadis kecil memanggil malaikat cantiknya "Mah, Mamah dimana disini gelap, Cia takut" rintih Greysia kecil dengan ketakutan, ia terus berjalan menyusuri lorong.

Seakan waktu terus membawanya berjalan, pada saat bersamaan Greysia seakan dibawa pada dimensi lain dengan ruangan yang jauh lebih terang senada dengan pakainnya yang merah darah entahlah kapan ia ganti baju itu.

Sayup terdengar suara teriakan yang semakin jelas, tak asing dengan suara itu Cia kecil terus berjalan

"Dari mana asalnya keributan ini" tanyanya pada kegelapan yang menyeret paksa Greysia, lalu muncul siluet kedua orangtua nya yang tengah bertengkar dan saling berteriak sampai berdenging telinganya.

Kejadian yang seakan nyata kembali, mata hazel indah itu melihat ibunya menyayat tangannya tapi entah anehnya sayatan itu muncul di tangan Cia kecil, perih seakan memang ia yang menyayatnya.

Tangan kanannya terus menekan sayatan itu agar darah berhenti keluar tapi penglihatannya bercampur dengan kontrasnya warna merah ia tak kuat lagi bernapas rasanya sesak dan kegelapan menyerangnya dibawah pantulan rembulan.

###

Matahari mulai keluar dari persembunyiannya, memantulkan sinarnya yang malu malu untuk menampakan diri melewati celah jendela kamar gadis cantik yang sedang diburu ketakutan.

Kini mata hazel itu terbuka lebar memegang dadanya yang terasa sesak dan berlari menuju toilet untuk mencuci kedua tanganya dengan keras sampai meninggalkan bekas merah dikulit putihnya sampai kesadarannya mengambil alih dan ia mengambil obat yang bertuliskan Vitamin lalu menelannya dengan tergesa.

Seketika ia menatap cermin dan cairan bening itu lagi lagi keluar, bahkan ia belum sempat menyapa paginya.

Peristiwa 8 tahun yang lalu itu terus hadir bahkan dibawah alam sadarnya, menyiksanya dengan rasa bersalah. Siapapun yang melihat matanya akan merasakan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Greysia kembali pada kenyataan lalu bergegas untuk bersiap mandi dan menyiapkan sarapan Bara yang semalam menginap, dia memang biasa menginap apalagi jika pulang dari club, memikirkannya saja sudah membuat nya bersemangat padahal barusan saja ia menangis.

Tapi manis bukan setidaknya ada yang bisa menarik bibir itu untuk sedikit tersenyum dan melewati pagi ini dengan harapan bahagia, sebentar saja, iya hanya melihat wajahnya saja cukup.

***

Aroma itu menyeruak kedalam indra penciumannya, ia tentunya tidak akan lupa aroma apa itu. Pemuda tampan dengan tubuh yang atletis itupun segera bangkit dari tempat tak bernyawa yang menjadi penompangnya untuk berjalan menuju pantri.

"Pagi" ujar Bara dengan suara seraknya sambil berjalan menuju dapur

Iya itu dia Lambara Putra Adyaksa kekasih sang gadis yang sedang berdiri membuat roti bakar dengan isi keju kesukaan kekasihnya.

"Pagi" jawab Greysia dengan senyum manis nya

"Masih pusing? mau aku buatin sup?" tanya Greysia dengan raut khawatir

Bara hanya menjawab dengan kekehan lalu meminum susu yang sudah tersedia dimeja.

"Ditanya kok jawabnya cuma gitu, buruan mandi terus sarapan" titah Greysia

"Hm, gausah lagian aku ga minum banyak" ujar Bara sambil berjalan menuju kekasihnya.

Bagaimana bisa Bara bertemu dengan perempuan yang selalu menghiasi wajah cantiknya dengan senyum manis itu.

Bara memperhatikan Cia yang tingginya bahkan hanya sebatas dadanya dan memeluk nya. Wangi parfum bayi dan tubuhnya melekat menjadi aroma yang memabukkan bagi seorang Bara, diusap dan dikecup rambut itu.

Tapi fokus Bara kini tertuju pada tangan gadisnya yang memerah.

"Bermimpi lagi? " tanya Bara dengan khawatir. Kemudian dibawanya Cia pada pelukannya.

Perasaan Cia menghangat, ia ingin terus seperti ini.

"Ngga separah itu kok cuma merah, mandi sana nanti telat. Badan kamu bau alkohol aku ga suka" kata Cia sambil melepaskan pelukannya dan kembali menyiapkan sarapan sekaligus bekal untuk dimakan nanti.

"Iya maaf, kamu sarapan duluan terus tunggu di mobil, kuncinya di tas aku" titah Bara dengan santainya mengambil roti dan berjalan ke kamar mandi.

"Jorok bukannya sikat gigi dulu baru makan" gumam Cia sambil tersenyum mengingat tingkah lelakinya, memang benar bukan Bara itu lelakinya kekasihnya.

***

Beep... beep

Notifikasi pesan itu muncul memecah keheningan mereka yang daritadi hening tidak ada yang memulai pembicaraan, seakan fokusnya teralihkan pada kebisingan jalan.

"Bacain aku lagi bawa mobil" titah Bara

"Kata Alia nebeng mobilnya rusak" ujar Greysia yang membacakan pesan masuk di ponsel Bara.

Greysia membalas pesan Alia dengan jawaban yang pasti tidak akan ditolak Bara, ia sudah tau tabiat kekasihnya yang memang baik pada semua kalangan.

Meskipun bisa dibilang terbiasa tapi tetap saja berhasil membuat mood nya turun apalagi kedekatan mereka yang bisa dibilang berlebihan tapi balik lagi ini kan seorang Lambara mana ada kata berlebihan dalam bersikap baik katanya dikamus nya.

"Bilangin iya gitu" titah Bara yang masih fokus menyetir.

"Hm" jawab Cia dengan malas dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Lelaki itu hanya melirik sekilas dan kembali fokus pada jalanan. Sepertinya jalanan lebih menarik daripada menanyakan keadaannya batin Cia kembali merenggut. Bara memang sifatnya selalu berubah ubah.

"Ini ditekuk mulu sih nanti cantiknya mubazir loh kan sayang" hibur Bara

"Percuma cantik tapi kalo pergi diajak cewe sana sini mau" gumam Greysia yang mungkin terdengar oleh Bara tapi ia tidak peduli.

Tangannya bersiap membuka pintu mobil, tapi kalah cepat dengan Bara yang manahannya.

Jarak meraka sangat dekat tidak ini bahkan terlalu dekat pikir Cia, Bara tersenyum dan merapihkan rambut yang menutupi wajah cantik Cia.

"Cantik" ucap Bara

Cup... dikecup nya pipi gadis itu.

"Masih aja malu, lucu, pipi kamu merah" Kekeh Bara

Percayalah tidak akan ada yang tahan seperti ini Greysia tidak bisa menahannya lagi jika saja mereka tidak didepan gerbang sekolah mungkin ia yang hilang kendali, jantungnya terus berdetak seakan kehilangan kendali. Bara memajukan kepalanya dan hidung mereka bersentuhan, mata mereka saling menatap untung saja Cia tepat waktu menutup bibirnya dan Bara malah mencium jarinya.

Bara tertawa "Sekarang bisa lolos tapi nanti ngga ya, lagian kamu kalo lagi bete aja lucu apalagi kalo lagi salah tingkah, aku suka, jangan bete ya cantik kan ini Alin temen aku kamu juga taukan" tutur Bara dengan tangan yang mencubit hidung Cia.

"Iya udah sana berangkat, aku masuk dulu disini panas" ucap Greysia dengan wajah menahan malu, selalu saja seperti ini bagaimana bisa ia marah pada Bara berhari hari, hanya memikirkannya saja sudah membuat Cia stres.

"Aku gabisa jemput ada rapat kamu pulang sendiri dulu ya, yaudah sana masuk kelas jangan nakal" kekeh Bara

"Iya lagian aku bisa pulang sendiri atau ngga nanti bareng sama Trisa, sana berangkat hati hati dijalan, bawa anak orangkan bahaya" ucap Greysia lewat jendela mobil yang dibiarkan terbuka.

Bara hanya tersenyum dan meninggalkan Greysia.

Tapi entah kenapa ia masih ingin menatap mobil hitam yang baru saja melaju dengan pandangan yang sulit ditebak, sedikit tidak rela pacar nya duduk berdua dengan gadis lain.

Padahal bukan kali ini saja dulu juga begitu tapi rasanya kali ini berbeda, Greysia merasa Alin berbeda dari teman Bara yang lain yang ia kenal.

Ia takut Bara dan Alin sama sama tertarik. Tidak mungkin bukan, itu tidak akan terjadi Bara miliknya, ia bertekad untuk menjaga Bara bagaimanapun sakitnya.

Disisi lain Trisa melihat sahabatnya dari kejauhan dan mengikuti arah kemana tatapan sahabatnya terfokus. Oh ternyata kak Bara batinnya.

"Gabaik loh ini masih pagi energi kita aja belum kepake dan Lo dengan fokusnya merhatiin jodoh orang sampe segitunya, padahal tuh mobil udah ilang kali" ucap Trisa dengan nada mengejek

"Tolong revisi ya yang tadi katanya jodoh orang itu jodoh Cia, udahlah mau ke kelas" jawab Greysia dengan malas dan berjalan masuk meninggalkan Trisa.

"Bareng lah masa ditinggal" rengek Trisa yang segera menyusul Cia.

***

Suasana riuh dikelas dengan tingkah absurd berbagai manusia untuk mengatasi kebosanan masing masing, sama halnya seperti para siswi yang tengah membuat lingkaran perdebatan tentang siapa yang paling diantara yang lainnya, bertukar pendapat tentang make up atau pergi bergosip dikantin.

Para siswa memang terbiasa dilapangan saat jam kosong melanda yang tinggal dikelas mungkin beberapa katanya sedang malas melihat matahari yang terlalu menunjukan pesonanya jadi lebih baik segera mendatangi sang bulan.

Trisa menatap bosan seisi kelas nya lalu menyenderkan kepalanya pada meja "Keluar cari yang seger gimana bosen disini, Uks aman kan bisa tidur disana ada ranjang pula" usulnya dengan semangat

ketiga temannya menurut tanpa membantah karena mereka pun sama jenuh dengan suasana kelas.

"Kunci aja kali ya pintunya toh guru gak akan meriksa kan" ujar Greysia yang berjalan mengunci pintu

Klik...

Meraka berjalan menyatukan dua ranjang dengan tirai ditutup lalu berbaring damai, belum ada yang memulai percakapan sampai Greysia ingat satu hal "Tris pulang nanti Cia ikut pulang ya, Bara ada rapat" pintanya

"Giliran susah gitu, pasti inget nya kesini" jawab Trisa

"Perasaan selama hubungan kalian 2 tahun belum pernah tuh ya huru hara sampe galau tingkat milenial" tanya Ara

"Iya sih palingan Cia badmood itupun kalau kak Bara jalan sama temen cewe nya terus ngga ngabarin" kata Azel yang ikut penasaran.

Greysia bangun dari tidurnya dan menatap para sahabatnya "Gatau si cuma aku pengen percaya aja sama Bara, lagian kalo aku gak suka atau keliatan cewe itu ada rasa kak Bara langsung jaga jarak kok. Terlebih aku gak mau kehilangan Bara" jawab Cia dengan nada yang serius

Mereka mendengarkan dengan seksama tapi jawaban itu sungguh mengharukan mana ada realita seperti itu. Tipe lelaki seperti kak Bara kebanyakan dikasih jantung minta hati.

"Masa, pas kak Bara berduaan sama cwe nangis" ujar Trisa sedikit mengejek Cia

"Enak aja ngga kok ini masih kuat" jawab Greycia

~~~