PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Bukan Pebinor

Bukan Pebinor

Penulis:Rizukariu

Berlangsung

Pengantar
Evan menolak disebut sebagai pebinor, karena ia merasa tidak merebut istri milik orang lain. Jangan salahkan dirinya karena telah jatuh cinta pada seorang wanita yang baru belakangan Evan ketahui ternyata istri orang. Ingin mundur, tapi hati sudah terlanjur jatuh, ditambah kenyataan bahwa wanita itu telah diperlakukan buruk oleh suaminya, justru menambah tekad Evan untuk membawa wanita itu bersamanya. "Nadia, dengan atau tanpa persetujuanmu, aku akan membawamu bersamaku."
Buka▼
Bab

Sinopsis

Alden Rasyid. Pria tinggi berambut ikal. Di usianya yang menginjak 32 tahun, ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang-orang melawan penyakit.

Empat tahun yang lalu. Alden--begitu nama panggilannya-- berhasil mendapatkan gelar Dokter Spesialis Neurologi.

Bukan tanpa sebab ia menjadi seorang Neurolog.

Setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Alden kecil diasuh oleh Bi Surti. Asisten rumah tangga yang sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarganya. Beruntung, orangtua Alden meninggalkan begitu banyak aset bergerak maupun tidak bergerak yang dititipkan kepada pengacara mereka.

Ketika remaja, Alden lagi-lagi harus kembali terpuruk karena sebuah kehilangan.

Bi Surti, satu-satunya orang yang berharga dalam hidupnya ikut serta meninggalkan dunia ini. Meninggalkan Alden sendiri dengan raungan kesedihan.

Penyakit stroke dan gagal jantung yang diderita oleh Bi Surti memacu Alden untuk menjadi seorang Dokter Spesialis Saraf. Ia tidak ingin melihat orang-orang di luar sana ikut merasakan sakitnya kehilangan karena sebuah penyakit.

Dengan penuh tekad dan perjuangan, ia menempuh pendidikan kedokteran.

Dan di sana pula ia bertemu dengan seorang wanita yang mampu menggetarkan hatinya.

mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai sahabat terbaiknya itu jatuh ke pelukan lelaki lain. Ardi Firmansyah namanya, Pengusaha muda yang sukses dalam bisnis property.

Tidak apa. Cinta tidak harus memiliki bukan? Klise memang. Tapi, biarlah, hanya ia dan Tuhan yang tahu tentang perasaan yang tak berbalas ini.

Usai mendapat gelar Dokter Spesialis Neurologi, Alden digaet untuk bergabung di salah satu Rumah Sakit swasta di kotanya.

RS. Santo Wijaya menjadi saksi bisu pertemuan dua orang yang tidak saling mengenal. Dua orang yang mempunyai latar belakang sangat berbeda. Tapi satu kesamaan mereka. Sebatang kara. Rasa saling membutuhkan perlahan muncul seiring berjalannya waktu.

reya Paramitha harus menelan kepahitan hidup yang tak kunjung usai ia jalani. Tiga tahun lalu saat usianya berada diangka 22 tahun.

reya berani mengukir mimpi indah dan semu. Bersama sang kekasih yang bernama Alka Mahendra, mereka merajut cita dan asa untuk masa depan.

Tapi sayang, mimpi tak seindah kenyataan. Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, tidak membuat pondasi cinta mereka sekuat batu karang. Ketika Dokter memvonis seorang reya Paramitha menderita Alzheimer, bom waktu telah menyala.

Alzheimer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan kemampuan otak dan daya ingat. Gejala lainnya seperti sulit bicara atau menjelaskan suatu hal, sulit untuk merencanakan sesuatu, sulit membuat keputusan, kerap terlihat bingung, serta mengalami perubahan kepribadian.

Pada umumnya Alzheimer menyerang seseorang pada usia diatas 65 tahun. Untuk usia yang lebih muda kemungkinannya sangat kecil terkena penyakit ini. Tapi bukan berarti hal itu tidak mungkin terjadi. Dan itulah yang dialami oleh reya.

Alzheimer sendiri tidak bisa disembuhkan secara total. Pengobatan penyakit Alzheimer dilakukan untuk mengurangi gejala dan perkembangan penyakit tersebut.

Dengan memberikan obat-obatan seperti rivastigmine dan psikoterapi untuk menstimulasi dan merelaksasi otak pasien.

Ditengah perjuangannya melawan Alzheimer. reya harus dikejutkan kembali dengan kenyataan yang tidak kalah pahitnya.

Desakan keluarga dan juga rasa tidak bisa menerima takdir mendorong Alka melayangkan surat dari pengadilan negeri untuk reya. Apalagi mereka juga belum dianugerahi seorang anak, membuat Alka tanpa perlu berpikir panjang untuk memutuskannya.

Kini, bom waktu pun telah meledak. Menghancurkan reya sampai ke dalam sel-sel tubuhnya. Meremukkan tulang-tulang yang seharusnya menjadi penyangga tubuhnya

reya terpuruk, berputus asa dan kehilangan arah.

Bahkan, Alka menghentikan semua biaya pengobatan. Dan akhirnya reya benar-benar menjadi sebuah batang rapuh yang dilempar ke jalan.

Di saat itu, Alden mengulurkan tangan, menjadi penyangga untuk menopang tubuh reya. Sebagai seorang Dokter, rasa kemanusiaannya berontak.

Alden memindahkan reya ke rumahnya. Memberikan pengobatan dan perawatan yang sama seperti yang ia lakukan di Rumah Sakit.

Membantu reya mengatasi gejala-gejala baru yang timbul karena Alzheimer.

Dengan telaten Alden merawat reya, Alden bisa sedikit bersantai saat gejala Alzheimer sedang tidak unjuk diri. Namun, ia harus ekstra siaga dikala gejala itu sedang membuktikan eksistensinya.

Bahkan Alden harus berkali-kali mengumpat saat reya menghilang dari rumah dan tesesat di pusat kota karena kelalaiannya.

Seiring berjalannya waktu, sosok reya mulai menempati sudut di hati seorang Alden Rasyid.

Penyemangat baru dalam hidupnya.

Sosok yang diam-diam bisa menggetarkan jiwa dan raga Alden.

Bahkan reya sendiri tanpa sadar telah menggantungkan hidupnya pada pria tinggi itu.

Tapi, bagai pungguk merindukan bulan. Alden harus berpuas hati dengan menyandang gelar sebagai secret admirer saja.

Wanita yang selalu mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai sahabat terbaiknya itu jatuh ke pelukan lelaki lain. Ardi Firmansyah namanya, Pengusaha muda yang sukses dalam bisnis property.

Tidak apa. Cinta tidak harus memiliki bukan? Klise memang. Tapi, biarlah, hanya ia dan Tuhan yang tahu tentang perasaan yang tak berbalas ini.

Usai mendapat gelar Dokter Spesialis Neurologi, Alden digaet untuk bergabung di salah satu Rumah Sakit swasta di kotanya.

RS. Santo Wijaya menjadi saksi bisu pertemuan dua orang yang tidak saling mengenal. Dua orang yang mempunyai latar belakang sangat berbeda. Tapi satu kesamaan mereka. Sebatang kara. Rasa saling membutuhkan perlahan muncul seiring berjalannya waktu.

reya Paramitha harus menelan kepahitan hidup yang tak kunjung usai ia jalani. Tiga tahun lalu saat usianya berada diangka 22 tahun.

reya berani mengukir mimpi indah dan semu. Bersama sang kekasih yang bernama Alka Mahendra, mereka merajut cita dan asa untuk masa depan.

Tapi sayang, mimpi tak seindah kenyataan. Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, tidak membuat pondasi cinta mereka sekuat batu karang. Ketika Dokter memvonis seorang reya Paramitha menderita Alzheimer, bom waktu telah menyala.

Alzheimer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan kemampuan otak dan daya ingat. Gejala lainnya seperti sulit bicara atau menjelaskan suatu hal, sulit untuk merencanakan sesuatu, sulit membuat keputusan, kerap terlihat bingung, serta mengalami perubahan kepribadian.

Pada umumnya Alzheimer menyerang seseorang pada usia diatas 65 tahun. Untuk usia yang lebih muda kemungkinannya sangat kecil terkena penyakit ini. Tapi bukan berarti hal itu tidak mungkin terjadi. Dan itulah yang dialami oleh reya.

Alzheimer sendiri tidak bisa disembuhkan secara total. Pengobatan penyakit Alzheimer dilakukan untuk mengurangi gejala dan perkembangan penyakit tersebut.

Dengan memberikan obat-obatan seperti rivastigmine dan psikoterapi untuk menstimulasi dan merelaksasi otak pasien.

Ditengah perjuangannya melawan Alzheimer. reya harus dikejutkan kembali dengan kenyataan yang tidak kalah pahitnya.

Desakan keluarga dan juga rasa tidak bisa menerima takdir mendorong Alka melayangkan surat dari pengadilan negeri untuk reya. Apalagi mereka juga belum dianugerahi seorang anak, membuat Alka tanpa perlu berpikir panjang untuk memutuskannya.

Kini, bom waktu pun telah meledak. Menghancurkan reya sampai ke dalam sel-sel tubuhnya. Meremukkan tulang-tulang yang seharusnya menjadi penyangga tubuhnya

reya terpuruk, berputus asa dan kehilangan arah.

Bahkan, Alka menghentikan semua biaya pengobatan. Dan akhirnya reya benar-benar menjadi sebuah batang rapuh yang dilempar ke jalan.

Di saat itu, Alden mengulurkan tangan, menjadi penyangga untuk menopang tubuh reya. Sebagai seorang Dokter, rasa kemanusiaannya berontak.

Alden memindahkan reya ke rumahnya. Memberikan pengobatan dan perawatan yang sama seperti yang ia lakukan di Rumah Sakit.

Membantu reya mengatasi gejala-gejala baru yang timbul karena Alzheimer.

Dengan telaten Alden merawat reya, Alden bisa sedikit bersantai saat gejala Alzheimer sedang tidak unjuk diri. Namun, ia harus ekstra siaga dikala gejala itu sedang membuktikan eksistensinya.

Bahkan Alden harus berkali-kali mengumpat saat reya menghilang dari rumah dan tesesat di pusat kota karena kelalaiannya.

Seiring berjalannya waktu, sosok reya mulai menempati sudut di hati seorang Alden Rasyid.

Penyemangat baru dalam hidupnya.

Sosok yang diam-diam bisa menggetarkan jiwa dan raga Alden.

Bahkan reya sendiri tanpa sadar telah menggantungkan hidupnya pada pria tinggi itu.

Perlahan tapi pasti, mereka mulai menyadari kalau mereka saling membutuhkan. Saling mengisi ruang kosong yang ada di hati.

Biarlah Tuhan mengukir takdir apapun di masa depan. Satu yang pasti. Saat ini, Alden berikrar tidak akan pernah melepaskan pandangannya dari reya. Wanita yang mulai menunjukan keindahan yang bernama cinta.

Wanita yang selalu menggantungkan harapan pada dirinya. Di dekat wanita ini, Alden serasa baru saja bangun dari tidur yang panjang, Menyadari betapa berharganya hidup ini jika dilalui bersama orang yang kita cintai. Tidak peduli bagaimana rupamu, fisikmu, kelebihan ataupun kekuranganmu Semua logika dipatahkan oleh reaksi rasa bernama cinta.

Cinta memang gila!

Akhirnya, Alden menyetujui ungkapan tersebut.

Alden menggeleng sambil tersenyum.

Ya Tuhan. Dirinya benar-benar mencintai wanita yang kerap terlihat linglung itu.