PopNovel

Baca Buku di PopNovel

CINTA KO EGO

CINTA KO EGO

Penulis:Aby Satya

Berlangsung

Pengantar
Rafli harus terjebak dalam permainan asmaranya. Sementara Rasya harus bisa menerima keadaan yang tidak ia inginkan. Di tengah-tengah perjalan ternyata Rafli dijodohkan. Perjodohan itu membuat Rafli terjebak dalam asmara yang ia tidak sadari. Sementara Manda pun harus bergelut dengan rasa yang menyesatkan hatinya. Sosok Kevin pun terlibat dalam dilema asmara Rafli. Kevin hadir ditengah-tengah kerisauan akan hati Rasya dan Rafli. Sementara sosok Diska ini hadir sebagai tunangan Rafli. Akan tetapi hal itu tidak dibiarkan saja oleh Rian.
Buka▼
Bab

Di simpang jalan

kini jadi saksi untuk sebuah asa yang harus tergantung kan oleh waktu. Detak jantung itu keras menggema di dalam hati.

"Apakah ini caramu untuk hanyut dari perselisihan ini?"

"Apa yang kau tanyakan itu tidak lagi penting Rasya!" Ucap Rafli.

"Jadi kau yakin akan sebuah keputusan ini Raf?"

"Ya kenapa tidak, bukankah ini mau mu?" tanya Rafli.

"Sungguh kau telah salah paham atas rasa ini Raf!"

"Apa, salah paham? Kau pikir aku sebodoh itu? Sungguh kau terlalu naif Rasya!"

Rasya menundukkan kepalanya, sambil meneteskan air mata. Tak disangka Rafli akan setega itu padanya.

"Jadi kau pikir aku senaif itu? Sedangkal itukah cara berkikirmu Raf?"

"Sudahlah Rasya kau tidak perlu lagi mengelak akan semua ini, karena ini sudah terbukti dengan kedekatanmu dengannya!"

"Sungguh konyol kau Raf, aku sangat kecewa denganmu!"

Rasya pun setengah berlari meninggalkan Rafli. Rafli hanya diam memandang jejak-jejak Rasya yang kini sudah tiada di hadapannya.

"Sungguh aku pun tidak bermaksud seperti ini Rasya! " gumam Rafli dalam hatinya.

Rasya telah kehilangan sosok pria yang ia cintai . Perubahan Rafli sangat tidak wajar, seolah-olah ada hal yang belum dipahami Rasya.

Sungguh ini sangat menyesatkan hati Rasya, yang kini banyak menyimpan kecewa, amarah, benci.

Rindu yang bertumpuk itu harus hancur dengan sebuah tuduhan yang tidak mendasar bagi Rasya.

30 menit kemudian.

" Rasya, apa yang terjadi dengan dirimu? "

"Mil, ternyata apa yang aku harapkan selama ini telah musnah! "

"Apa yang kau maksud dengan semua ini Rasya?"

"Rafli telah menuduhku dengan hal yang tak berdasar!"

"Apa yang dia tuduhkan Rasya? Jawab padaku?" ucap Mila setengah berteriak bertanya pada Rasya.

"Dia telah mengira bahwa aku telah menghianatinya Mil!"

"Sungguh terlalau memang, aku harus buat perhitungan dengan Rafli!" ucap Mila.

" Sudahlah Mil, kau tak perlu mencemaskan itu, biarkan waktu yang akan menjawab apa yang dia tuduhkan itu!"

" Tapi ini tidak adil bagimu Rasya, ini sangat menyiksamu, aku kecewa dengan sikap Rafli, sungguh ini membuatku semakin tinggi amarahku, tidakkah dia tau

Penderitaanmu selama ini, aku yang menyaksikan penderitaanmu sungguh tidak kuat ku jalankan, tapi apa yang kau terima, hanya fitnah yang tak berdasar, apakah pengorbananmu tidak cukup untuk cintamu Rasya?"

Rasya semakin keras menangis , suara lirih itu kini menggema di ruang yang penuh luka akan rasa Rasya.

"Aku harap kau bersabar Rasya, aku yakin ini akan menemukan titik dimana kau akan di pertemukan rasa yang sesungguhnya!"

Dipeluklah Rasya dalam dekapan Mila. Rasya seolah menemukan tempat bersandar dari sahabat baiknya, yang tak lain adalah Mila.

Di simpang jalan itu Rafli terduduk lesu dengan apa yang dia putuskan itu. Kata yang pastinya membuat luka di hati Rasya itu, kini ia mulai merasakan apa yang dirasakan Rasya.

"Maafkan aku Rasya, ini ku lakukan demi kebahagian yang belum kau pahami! "

Jalanan yang sepi telah membuatnya hanyut mengingat sebuah kenangan-kenangan akan bersama Rasya. Waktu yang bergulir itu kini telah membawanya pada kenyataan ini. Seketika Rafli hanyut dari lamunan itu, terlihat sebuah mobil datang menghampirinya,

dibukalah pintu mobil itu dan berjalanlah seorang gadis menghampirinya.

" Cukup mengesankan, seorang Rafli yang notabennya play boy, kini harus tertunduk lesu dan lemah!"

Seketika wajah Rafli memandang gadis itu yang tak lain adalah manda.

"Apa maksud dari apa yang kau katakan Man?"

"Heem, sungguh wajahmu tidak mencerminkan seorang Rafli yang ku kenal, kini kau hanyalah seorang pecundang yang ditundukkan wanita desa itu!"

"Kau fikir ini lucu?" tanya Rafli.

" Hahaha, sungguh aku sangat ingin tertawa lepas mendengar pertanyaanmu Rafli?"

"Apa yang kau maksud Man?"

"Lihatlah sekarang, kau tidak berdaya oleh wanita desa itu, Rafli yang kukenal tidak pernah segalau ini, yang ada hanya membuat para wanita-wanita meratapi cintanya, tapi kini kau telah menerima apa yang telah kau lakukan Raf!"

"Apa kau puas dengan semua ini Man? "

"Hahah sungguh ini bukan seorang Rafli yang kukenal, kau sudah menjadi para pecundang yang tak berdaya Rafli!"

"Sudah hentikan clotehanmu Manda, aku muak dengan apa yang kau katakan itu! "

"Wooow kau tidak terima dengan kenyataan ini Rafli? "

"Apa dengan mengejekku kau bisa lebih baik dariku? " tanya Rafli. "Kau fikir aku sedang mengejekmu?, terus mau sampai kapan kau akan begini?" tanya Manda.

" Sudahlah tinggalkan aku sendiri, aku hanya ingin sendiri!" ucap Rafli.

"Ingat Rafli citramu akan tambah buruk dengan perilakumu seperti ini!"

"Apa kau mengancamku Man?"

"Apakah kataku ini ancaman Raf?"

Rafli diam sejenak.

"Kenapa kau diam, apakah aku salah dengan perkataanku ?" ucap Manda.

"Apakah citra lebih baik dari pada perasaan yang sedangku rasakan?" tanya Rafli.

"Hahah, kini kau mulai tidak peduli dengan dirimu sendiri Rafli, nikmatilah rasa bersalahmu ini, sampai kau tenggelam dalam kematian!" ucap Manda.

"Sepertinya aku pun harus pergi dari tempat yang tak pantas ini!"

Manda pun berlalu dengan mobil mewah nya. Rafli semakin tenggelam dengan rasa-rasa yang membebaninya itu.

3 hari sudah berlalu pertemuan Rafli dan Rasya.

9:15.

Di sebuah lorong jalan kampus Rasya bertemu dengan Manda.

"Tunggu Rasya, saya ingin bicara denganmu?"

"Maaf ada apa ya Man?"

"Aku hanya ingin tau tentang hubunganmu dengan Rafli?" tanya Manda.

"Maaf itu sudah bukan urusanku lagi!" jawab Rasya.

"Sepertinya kau ini sombong ya, aku tuh tanya, jadi kau jawab dengan baik paham kamu!" ucap Manda sambil membentak Rasya. "Loh kenapa jadi kamu yang marah ya Man, bukannya ini tidak ada hubungannya denganmu?"

"Perlu kau tau ya, Rafli itu sahabatku dari kecil, jadi apa yang menimpa Rafli, itu berurusan denganku!" ucap Manda.

"Emangnya Rafli anak kecil yang harus kau bantu?, lucu sekali kalau gitu ya!" ucap Rasya.

"Kau ini sungguh membuatku jengkel Rasya!"

"Terus mau mu apa?" tanya Rasya.

Tak begitu lama Mila datang melerai mereka.

"Sudah Rasya, sebaiknya kita pergi, jangan kau perdulikan dia!"

Manda sepertinya dongkol atas perlakuan Rasya terhadapnya.

"Sial, sungguh sombong ternyata gadis itu, awas saja akan kupermalukan kau Rasya!"

Rasya dan Mila sudah berlalu dari hadapan Manda. Kini mereka berdua duduk di sebuah kantin dengan menikmati sebotol minuman dan makanan ringan.

"Ada apa lagi sih Rasya, ko kamu bisa bertengkar dengan si Manda?"

"Aku tidak suka kalau dia ikut campur urusan pribadiku Mil!" "Emangnya dia bertanya apa sih Rasya, sehingga kau marah seperti itu?"

"Ini soal Rafli, dia ingin tau hubunganku dengan Rafli!"

Rasya pun mulai tertunduk memandang sebuah botol yang dipegangnya.

"Cuma seperti itu kau sudah marah tidak karuan?" ucap Mila.

"Mila, aku merasa ini tidak adil bagiku, apakah aku pantas diperlakukan seperti itu?"

"Perlakuan yang seperti apa yang kau maksud?" tanya Mila.

"Aku menunggu dan rindu kedatangannya, tapi ketika bertemu, malah aku dituduh yang tidak jelas, apakah ini adil bagiku Mil?"

Rasya menyenderkan kepalanya dibahu Mila. Mila pun mengusap rambut Rasya untuk menenangkannya.

"Rasya, terkadang kebenaran itu tidaklah cukup untuk dimengerti saja, kita butuh waktu untuk bisa menjalankan dan merasakan, karena aku tidak yakin kalau ini semua kehendak Rafli!"

Rasya pun terkaget dengan penuturan Mila. Rasya langsung tegak kembali, kini tubuhnya tegak dan duduk dengan melontarkan sebuah tanya.

"Apa yang kau maksud Mil?"

"Kau taukan Rafli itu, cowo paling populer, ganteng dan kaya, aku yakin kalau dibalik itu semua ada orang yang tak senang dengan hubunganmu!" ucap Mila.

"Apa yang kau cerita kan itu ada benarnya juga Mil, tapi ini semua telah usai!" Rasya pun tertunduk lesu kembali.

"Sudahlah mari kita ke kelas sekarang?" ajak Rasya. Mila dan Rasya pun bergegas meninggalkan kantin itu.