PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Because My Face

Because My Face

Penulis:Nayra Hamasah

Berlangsung

Pengantar
Setiap wanita mengidamkan suami yang bisa menerima dirinya apa adanya. Hal tersebut juga yang selama ini diharapkan oleh seorang wanita dewasa bernama Zasfa Arunika. Hingga datanglah seorang pria tampan yang mengatakan 'Cinta' lantas meminangnya. Zasfa awalnya ragu. Ia mempunyai satu kekurangan. Marcelino, pria tampan yang sudah dua kali menikah dan dua kali menduda, bahkan dua kali memiliki anak akibat nafsu yang tidak bisa ia tahan. Namun, pertemuannya dengan Zasfa ternyata berhasil meyakinkan dirinya untuk menikah kembali. Bukan karena nafsu tapi karena ia mencintai wanita tersebut. Akankah cinta mampu membuat mereka terus mempertahankan mahligai rumah tangga yang sudah dibangun? Ketika salah satu pihak memiliki kekurangan yang terkuak justru setelah mereka resmi menikah? "Ay, ada apa dengan wajahmu?" -Marcelino-
Buka▼
Bab

SAAHH!!!

Sepasang manusia di depan sana telah resmi sebagai suami istri. Kebahagiaan jelas terpancar di wajah mereka. Kebahagiaan seperti itu juga pernah dirasakan oleh seorang laki-laki berparas tampan yang kini tengah hadir di acara pernikahan ini.

Beberapa bulan yang lalu laki-laki yang berparas tampan itu pun pernah mengucapkan lafaz kabul tanpa harus mengulang. Kala itu, laki-laki yang bernama lengkap Marcelino menghalalkan seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Proses perkenalan yang tidak melebihi satu tahun, sudah membuat mantap laki-laki yang kerap dipanggil Ino untuk meminang seorang gadis yang bernama lengkap Zasfa Arunika, gadis berhijab dengan bibir berwarna merah muda, berkulit putih serta beralis tebal.

Bagi Ino, Zasfa merupakan gadis imut karena ukuran tubuhnya yang hanya sebatas dadanya. Apalagi saat wanita itu mendapat pujian, pipinya akan langsung memerah. Hal yang tak pernah disangka adalah keduanya seumuran dan pernah kuliah di perguruan tinggi yang sama.

Nilai plus dari seorang Zasfa adalah ia sama sekali belum pernah pacaran beda jauh dengan Ino, si petualang wanita bahkan sudah dua kali menduda. Meskipun Ino bisa disebut laki-laki br*ngsek, namun sebenarnya, ia tidak ingin menikah dengan wanita ‘bekas’ juga ‘murahan’. Ia hanya ingin seorang istri dengan masa lalu yang baik, wanita yang mampu menjaga maruahnya dari laki-laki mana pun hingga nanti, ia yang akan menjadi laki-laki satu-satunya dalam hidup istrinya.

Acara pesta pernikahan Ino dengan Zasfa bisa dibilang cukup mewah meski sebenarnya mereka telah sepakat untuk menggelar resepsi secara sederhana, mengingat biaya hidup setelah menikah justru lebih besar dan banyak. Mereka hanya tak ingin bergantung pada harta orang tua lagi. Cukup sudah pengorbanan mereka untuk anaknya. Terutama Ino, yang selama ini hidupnya masih juga ditopang ayahnya.

Ino begitu bahagia menjalani pernikahannya bersama Zasfa, istri sholihah yang tidak hobi berbelanja ataupun ngerumpi dengan tetangga. Istrinya itu selalu tersenyum kala menyambutnya pulang bekerja tak lupa juga memijitnya jika dirinya menampilkan ekspresi lelah. Seorang istri yang begitu perhatian. Tapi kenyataannya, itu saja tak cukup untuk menjaga keharmonisan sebuah rumah tangga. Ino butuh nafkah batin.

Ino tidak bisa menyentuh istrinya secara intim selama dua bulan pernikahan. Selama itu, laki-laki yang terbiasa bermain wanita itu harus menahan libidonya yang selalu muncul saat tidur seranjang dengan istrinya. sebuah kondisi yang terus menyiksa dirinya namun ia selalu diminta untuk bersabar karena suatu alasan yang ia coba untuk mengerti . Namun, alasan sebenarnya yang kini membuat batinnya merasakan kekecewaan yang mendalam, akhirnya terkuak tadi malam.

Flashback On

“Siapa laki-laki yang ada di foto ini?” Ino memperlihatkan sebuah foto laki-laki pada Zasfa yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuh Zasfa menegang, semakin membuat Ino curiga akan sosok yang terpampang di foto yang masih ia pegang dengan erat. Gemuruh di dada laki-laki yang berhidung mancung itu pun semakin besar. Bahkan aroma vanilla yang tercium dari tubuh istrinya, aroma yang biasa digilainya itu, tak mampu untuk meredamkan api kecemburuan dalam hatinya.

“Sini Mas,” ucap Zasfa tegas. Tangannya berusaha merebut foto itu dari sang suami. Membuat wanita bertubuh pendek itu harus jinjit.

“Kenapa? Ini selingkuhanmu?”

“Bukan.” Zasfa menggeleng.

“Bohong! Jawab dengan JUJUR!” Ino membentak istrinya untuk yang pertama kali. Seketika badan Zasfa meluruh, kemudian ia menutup mukanya dengan kedua tangannya. Tidak lama setelah itu, terdengar suara tangis dari mulut wanita yang tubuhnya masih dililit handuk, membuat Ino justru semakin gundah dan yakin akan suatu hal.

“Ap-apakah kalau ak-aku ju-jur, M-mas ak-kan mem-ben-ciku…” Zasfa berucap di sela-sela tangisnya masih dengan mukanya yang ia tutup rapat.

“Kamu…sudah menyembunyikan apa dariku?” Jujur, Ino begitu takut akan fakta yang harus ia dengar dari mulut istrinya.

“Berjanjilah dulu, jika Mas tidak akan membenciku. Aku cukup malu akan hal itu….” Tangis Zasfa sudah mulai mereda, namun perasaan takut Ino malah semakin besar.

“Tergantung….” Ino menjawab dengan tak yakin.

“Baik, terserah Mas saja. Setelah aku jujur….aku harap Mas tidak akan membenciku, mesti nantinya itu akan terasa sulit.”

Ino melihat Zasfa mengambil foto bocah laki-laki berkumis dari tangannya.

“Ini…adalah…diriku…yang dulu, Mas.”

“Maksudmu?” Ino mengernyitkan dahinya, mencoba untuk mencerna kalimat yang diucapkan istrinya barusan.

“Mas Ino, aku pernah menjadi seorang laki-laki. Apakah Mas masih ingat dengan anak kecil yang pernah Mas tabrak di area persawahan di desa ini?”

Pikiran Ino mulai berselancar pada ingatannya yang dulu saat pernah diajak berlibur ke rumah neneknya.

“Jadi, kamu….” Ino menatap Zasfa begitu lekat mencoba menyamakan kembali dirinya dengan wajah laki-laki di dalam foto. Semakin lama, ada kemiripan dengan wajah wanita yang ada di depannya.

“Aku pernah menjadi laki-laki dengan nama Deden Sanjaya,“ imbuh Zasfa.

Flashback Off

Puk!

Seorang wanita di samping Ino meringis. “Minum dulu, Bang. Jangan ngelamun aja.” Wanita yang tadi menepuk bahu Ino memberikan segelas air bening kepadanya.

Ino tanpa membuang waktu langsung meneguknya sampai habis, membuat wanita yang menawarkan air minum itu tersenyum smirk. “Gue habis keinget sama seseorang,” ucap Ino yang netranya kembali ditujukan pada sepasang manusia di depan sana yang sudah sah menjadi suami istri. Saat ini, Ino tengah menghadiri acara pernikahan sepupunya yang diadakan di gedung. Ia datang tanpa membawa istrinya.

“Oh, iya, anak kita udah segede apa?” Ino kini menatap wajah wanita di sampingnya, yang merupakan mantan istri dari pernikahannya yang kedua.

Wanita yang ditanyai Ino tersenyum, “Udah banyak bicara. Airin mirip kamu, Bang.” Ino mengangguk. Laki-laki itu sudah lupa bagaimana wajah anaknya karena terakhir kali ia lihat saat masih bayi.

“Lo nggak datang sama suami?” Ino melihat mantan istrinya hanya datang sendirian. Istri dari sepupunya ternyata adalah teman kuliah mantan istrinya, yang akhirnya membuat Ino kembali bertemu dengan wanita yang sempat membuatnya jadi buronan polisi itu. Mantan istrinya itu hanya menggeleng. “Bang, bisa anterin Cherry ke toilet? Cherry takut kesasar.”

Ino berpikir sebentar namun tak lama ia menganggukkan kepala. “Ayo.”

Sebenarnya perpisahan antara Ino dan Cherry tak begitu baik, Namun Ino sudah berdamai akan hal itu. Ia tidak ingin menyimpan rasa kebencian pada mantan istrinya berkat nasihat yang diberikan Zasfa istrinya. Ino sempat menceritakan sejarah bagaimana ia kembali menjadi duda setelah pernikahannya yang pertama gagal.

Cherry, sang mantan istri, dalam hati bersorak senang. Wanita itu begitu rindu dengan mantan suaminya yang sekarang terlihat semakin tampan, juga berkelas terlihat dari cara berpakaiannya yang elegan. Ia ingin kembali merasakan penyatuan raga dengan mantan suaminya bahkan suaminya yang sekarang pun tak sanggup mengimbanginya di atas ranjang. Bagaimanapun juga obat per*ngsang yang sempat ia bubuhkan pada minuman mantan suaminya tadi sudah jelas akan membantunya.

***