PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Ephemeral

Ephemeral

Penulis:Fairy Fey

Berlangsung

Pengantar
//Waktu yang sangat sedikit// Ketika aku dan kamu dipertemukan oleh garis takdir yang semu. aku kira alur romansaku denganmu akan menyembuhkan luka lama. Namun, sepertinya aku keliru. Hanya waktu singkat aku bisa bahagia denganmu. Hanya waktu singkat yang aku punya selama denganmu. Tapi waktu yang sedikit itu memberikan bekas paling berarti dalam hidupku. Terima kasih, Axel, aku mencintaimu.
Buka▼
Bab

"Aku tidak menyangka alur kehidupanku akan seperti ini. Memang, menjadi sedikit berwarna semenjak bersama dirimu. Namun, aku sedikit khawatir akan plot twist yang bisa saja menghampiri alurku ini."

______

Aku sudah terbangun. Itu faktanya.

Namun, aku masih memejamkan mataku rapat rapat, seperti berpura-pura tidur. Tapi percayalah, aku tidak berpura pura. Aku hanya malas membuka mata dan ingin kembali terlelap dalam tidurku yang dipenuhi mimpi begitu indah.

Aku bahkan sempat bermimpi tentang idol kpop ku. Ah, oppa, aku ingin memimpikan mu lagi. Hanya saja suara panggilan sialan itu benar benar membuatku terbangun dan merukan momenku sedang bertemu dengan oppa.

Aku sedikit menarik selimut yang sejak tadi tidak menutupi tubuhku, padahal aku rasa tadi malam telah menggunakan selimut krem itu dengan benar.

Tunggu. Mengapa susah sekali menarik selimut itu? Seakan akan ada seseorang yang menariknya dan tidak membiarkan aku mengambilnya. Tapi, bukankah aku tidur seorang diri?

"Selena ...."

Lagi dan lagi, suara panggilan namaku itu terdengar begitu dekat. Apa, aku sedang dikerjai oleh pada makhluk astral? Ayolah, aku tidak main main, bahkan aku mulai berkeringat dsn merinding.

"Selena ...."

Apa aku harus membuka mata? Namun, cahaya lagi itu ... Ah, aku sangat membencinya. Harusnya aku tidur kembali, harusnya aku masih terlelap. Ini mungkin masih terlalu pagi untuk aku bangun.

"Selena ...."

Sialan. Aku bisa bisa darah tinggi karena hal ini. Baiklah, aku mencoba menyiapkan mental ku untuk mengecek siapa yang sedari tadi memanggilku dan membuat aku terbangun dari mimpi.

Aku meneguk salivaku dengan kasar. Untuk mata, aku tetap menutupnya. Aku mencoba memutas tubuhku  dari yang tadi menghadapi ke kanan, kini menghadap ke kiri.

Ku mantapkan mentalku saat ini untuk mulai membuka mata secara perlahan.

Dan betapa terkejutnya diriku melihat seorang laki laki yang tidur lelap dengan menggunakan selimutku. Astaga, mengapa dia ads di sini?!!

"Aaaaaa!!!!" teriakku yang terlambat terkejut.

Suara nyaring yang aku buat itu, benar benar keras dan menggema di ruangan lima kali enam ini. Dan tentunya, membuat laki laki itu terbangun.

Anehnya, dia tidak terkejut meskipun aku berteriak, dia justru menarik ku dalam pelukannya seolah adalah hal refleks ketika seseorang mengkhawatirkan diri kita.

"Kenapa, Sel? Lo mimpi buruk?" tanya dia terdengar resah.

"Lo ngapain tidur di kamar gue? Lo ngapain di ranjang gue, hah?!!" pekikku sembari mencoba meloloskan diri dari pelukan laki laki itu. Namun, hasilnya nihil. Dia justru memelukku semakin erat. Memang dia punya hak apa melakukan hal semacam ini? "LEPASIN GUE!! GUE NGGAK SUDI DI PELUK SAMA LO! DASAR MESUM!!" lanjut ku memakinya.

"Lo nggak sudi dipeluk gue? Semalem aja lo meluk gue terus, Sel. Nggak usah ngaco, deh. Lo demam? Lo sakit, ya?" tanya laki laki itu seolah dia tidak merasa bersalah kepadaku.

Dasar laki laki tidak tahu diri! Seenak jidat nya memperlakukan diriku seperti ini.

Tunggu, dia tidur bersamaku? Apa, apa tadi malam baik baik saja? Jangan ... Jangan dia ....

"LO UDAH NGELECEHIN GUE?! DASAR BIADAB! LO HARUS DIPENJARA! LEPASIN GUE! LEPASIN!!!!"

"Nggak mau. Lo milik gue, titik."

Frustasi. Aku bisa gila dengan hal ini.

Hidupku sudah hancur, masa depanku yang telah tersusun rapi tiba tiba menjadi sebuah bayangan gelap. Tuhan, apa benar aku telah melakukan dosa besar itu dengan laki laki ini? Papa pasti sangat kecewa denganku.

Perasaanku remuk seketika. Pikiranku benar benar kacau, dan tidak tahu harus berbuat apa. Tak menyangka hal ini membuat mataku terasa berair, sampai perlahan mengalir deras karena aku tibak bisa membendungnya.

Aku menangis keras di pelukan laki laki ini. Aku tidak tahu harus melakukan apa.

"Sel? Sel, kok lo nangis? Jangan nangis, ada gue di sini, okay. Calm down, Lovely, i'm here," ucap laki laki itu yang justru mengusap punggung dan kepala belakangku dengan lembut.

"Ini semua gara gara lo. Lo udah hancurin hidup gue, lo udah bikin gue berantakan. Kalo nanti nggak ada yang mau nikahin gue gra gara ini gimana? Ini semua salah lo!!" tangisku tam berhenti, semakin deras dan membuatku semakin sesak.

"Loh, Sel? Ngapain mikirin nikah? Lo kan udah nikah sama gue," jawab laki laki itu yang seketika membuat aku terdiam.

Apa maksudnya? Aku rasa aku belum menikah. Lagian, umurku masih muda, aku pasti sudah gila jika sudah menikah di umur yang dini ini.

"Apa maksud lo? Nggak usah ngada ngada! Dasar cowok brengsek!" elak diriku.

"Astaga, Selena, ini gue Axel. Axel Aressa, suami lo!"

Dengan cepat, aku membuka mataku lebsr lebar. Mencoba mengangkat kepalaku yang sedari tadi tenggelam di dada bidang orang ini. Aku perhatikan wajah laki laki yang memelukku dengan seksama. Kurang ajar, bisa bisanya dia sangat tampan. Aku seperti kembali dalam mimpi indah ku bertemu oppa tadi. Apa ini sebetulnya mimpiku?

"Sel, ini suami lo. Jangan bilang gara gara kepentok meja semalem, lo jadi lupa ingatan?" tuduhnya padaku.