PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Last Blood

Last Blood

Penulis:Yunchan Hime

Berlangsung

Pengantar
Chougi Tsuyoshi, salah satu vampire yang terlahir dalam klan vampire high class, terkuat, sangat dihormati dan disegani oleh vampire jelata. Dia adalah keturuan murni ke-5 raja vampire klan Osafune. Chougi memiliki mata sebiru samudera yang begitu memikat, wajah mempesona, dan disempurnakan dengan tubuh tinggi proporsional. Kuat? Tentu saja. Pintar? Errーyah, begitulah. Pacar? Selama hidup di dunia, Chougi tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapa pun. Meski banyak manusia dan vampire yang memujanya. Selama 170 tahun, hidup Chougi selalu baik-baik saja walau kadang tersandung masalah dengan saudaranya. Hingga saat itu tiba. Saat dimana umurnya berada di ujung tanduk dan Chougi justeru mendapatkan 'mate' yang kejam dan ringan tangan. Mate yang malah menguras darah Chougi untuk menyambung kehidupannya. Ujian hidup Chougi tidak berhenti sampai di situ. Karena sudah terlanjur terikat dengan 'takdir' (yang tak diinginkan), mau tidak mau Chougi harus berurusan dengan kakak sang mate yang ternyata adalah pemburu vampire. *** "Sebenarnya siapa yang menjadi vampire di sini? Aku atau dia? Tch! Kalau begini caranya, bisa-bisa aku mati sebelum waktunya!" -Chougi Tsuyoshi "Jika bukan karena ikatan 'perjanjian' laknat itu, aku tak akan sudi menjadi stok makananmu, vampire sialan!" -Mikio Kunichiro *** Penasaran sama kisah absurd dua makhluk beda alam ini? Silakan ikuti Last Blood sampai mereka akur xD
Buka▼
Bab

Klan Kunichiro.

Manusia pilihan yang istimewa meski tidak ada satu pun yang tahu asal usul mereka. Konon katanya, dulu klan Kunichiro merupakan manusia biasa yang mendapat anugerah dari dua 'Sichi Fukijin'. Yakni, Jurojin, dan Ebisu. Mereka tidak bisa menjadi tua, namun tidak pula hidup selamanya. Selain itu, klan kunichiro memiliki kemampuan regenerasi yang cepat dan darahnya bisa dijadikan sebagai obat untuk segala penyakit. Semua makhluk mitologi yang hidup pada zaman itu berpikir, alangkah menakjubkannya klan Kunichiro itu.

Ya, secara fisik mereka memang menakjubkan. Akan tetapi, mereka sangat lemah.

Selama berpuluh-puluh tahun klan Kunichiro hidup di suatu daerah pegunungan terpencil yang dilingkupi kekkai milik seorang Miko. Kekkai itu dibuat untuk melindungi klan Kunichiro dari serangan vampire dan yokai. Karena aroma tubuh klan Kunichiro sangat mudah tercium oleh mereka, terutama bangsa vampire.

Khusus bagi bangsa vampire, seluruh tubuh klan Kunichiro merupakan aset berharga.

Darah mereka selain memiliki rasa yang sangat manis, juga terdapat nutrisi, dan vitamin khusus untuk meningkatkan kekuatan para bangsa vampire. Membuat mereka seperti terlahir kembali. Itulah yang menyebabkan bangsa vampire sangat bernafsu ingin mendapatkan klan Kuncihiro. Bahkan saking bernafsunya ingin mencicipi darah klan Kunichiro. Mereka rela menunggu puluhan tahun.Menunggu kekkai yang melindungi mereka melemah.

Hingga suatu hari, akhir penantian bangsa vampire telah tiba. Mimpi buruk itu benar-benar datang menghantui dan meneror klan Kunichiro.

Pada saat itu, tiba-tiba sang Miko jatuh sakit tanpa diketahui penyebabnya. Karenanya kekkai yang melindungi pegunungan itu pun melemah. Pimpinan klan Kunichiro sudah melakukan segala cara untuk menyembuhkan Miko tersebut, tidak terkecuali menggunakan darahnya. Namun, apa pun yang dia lakukan semuanya sia-sia. Kondisi sang Miko tak kunjung membaik dan justeru semakin parah.

Tepat pada malam bulan purnama, bangsa vampire berhasil menembus kekkai, dan menggila di desa kecil tempat klan Kunichiro bernaung. Para vampire itu menerkam siapa pun yang ia temui tak terkecuali anak-anak. Para makhluk bertaring itu membunuh, mencabik, memakan, dan meminum darah tanpa ampun. Desa kecil itu pun luluh lantak hanya dalam hitungan jam. Hampir semua penghuninya meninggal dengan tidak wajar.

**

"Oujo-sama, apa yang harus kulakukan untuk melindungi rakyatku yang masih hidup?"

Pimpinan klan menangis di depan tubuh lemah sang Miko. Sesekali ia melihat sisa rakyatnya yang duduk dengan ketakutan dan ketidakberdayaan. Jumlah mereka tidak banyak, hanya 24 orang yang masih hidup. Untuk sementara mereka aman berada di dalam sana. Para vampire itu tidak akan bisa menembus pertahanan tak kasat mata yang mengelilingi kuil.

"Aku hanya punya satu pilihan," ucap sang Miko dengan suara gemetar.

Sejujurnya dia tidak ingin menyarankan 'hal itu'. Selain karena konsekuensi yang sangat berat. Di sisi lain kondisi tubuhnya yang kian melemah tidak memungkinkan sang Miko untuk bertarung melawan bangsa vampire. Pertaruhan beresiko ini mau tidak mau harus dia lakukan demi kelangsungan hidup pengikutnya.

"Apa pun pilihan itu, pasti akan kutempuh demi rakyatku."

"Kau yakin?"

"Iya."

"Meski kau harus membayar sangat mahal demi keselamatanmu dan rakyatmu?" Sang Miko memastikan. Menatap pria yang tampak masih muda itu dengan sendu.

Pimpinan klan terdiam sesaat, kemudian mengangguk penuh keyakinan. "Ya, aku bersedia, Oujo-sama."

"Baiklah, kalau itu keputusanmu." Miko tersebut menghela napas pasrah. Mungkin memang inilah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan pengikutnya. "Di selatan gunung ini ada hutan larangan tempat klan vampire Osafune mendirikan istananyaー"

"Klan vampire Osafune?!"

Pimpinan klan Kunichiro tampak terkejut lahir batin. Dia ingin lari dari buruan bangsa vampire, tapi sang Miko malah menyuruhnya pergi ke sarang vampire? Apakah dia sedang bercanda?

"Aku tahu, kau pasti mengira aku sudah tidak waras. Namun, Osafune adalah klan vampire terkuat dan aku cukup dekat dengan rajanya. Dia memang arogan dan kejam. Tapi dia tidak pernah ingkar janji ..."

Dengan terbata menahan sakit Miko itu memberi penjelasan meski dia tahu itu bukan pilihan yang tepat untuk orang-orang malang ini. Apalagi kondisi tubuh dan kekuatan spiritualnya saat ini tidak akan mampu melindungi mereka. Seandainya bisa, sang Miko ingin menyuruh mereka menunggu bala bantuan ... akan tetapi, ia tidak yakin 'mereka' bisa sampai tepat waktu. Terlebih melihat betapa banyaknya vampire yang menyerang desa. Cepat atau lambat, para makhluk biadab itu pasti akan menggempur pertahanan kuil tersebut dan menghabisi sisa dari keturunan klan Kunichiro.

Sang Miko menarik napas sejenak, lalu mengembuskannya perlahan. Ia meraih sesuatu dari dalam kotak berukirkan mantra-mantra dalam bentuk huruf kanji, dan mengeluarkan sebuah gulungan yang diikat dengan benang merah.

"Jika kau berkenan dan ingin selamat dari bencana ini ...."

Dengan kondisi yang semakin melemah wanita itu menggegam erat tangan pimpinan klan Kunichiro. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia tidak ingin melakukan hal ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Hanya cara 'inilah' yang bisa menyelamatkan mereka untuk saat ini.

"Kunimi ... bawalah gulungan ini dan pergilah ke istana raja vampire itu. Buatlah perjanjian dengan menyatukan darah kalianー"

Kunimi, selaku pimpinan klan Kunichiro menatap gusar sang Miko yang nampak diambang kematian. Ini benar-benar pilihan yang sangat sulit. Dia tidak ingin meninggalkan wanita suci yang telah melindunginya beserta rakyatnya selama puluhan tahun. Namun di sisi lain, dia harus menyelamatkan sisa dari keturunannya yang terancam punah.

"Bagaimana dengan Anda? Ka-kami tidak mungー"

"Aku akan baik-baik saja ..." Sang Miko memutus ucapannya dengan senyum lembut. "Sekarang cepat tinggalkan kuil ini. Di samping tempat berdo'a ... ada jalan rahasia yang akan mengantarmu ke hutan larangan. Ikuti saja obor yang berjajar di dinding, maka kau akan sampai tepat di depan benteng istana Minami milik raja klan Osafune."

"Ta-tapi Oujo-sama ...."

KRRRTTT! KRRRTTTT!

Kilatan-kilatan cahaya biru neon menembus setiap celah di dalam kuil itu seiring teriakan-teriakan memilukan disertai tawa mengerikan para vampire terdengar kian mendekat. Suasana pun semakin mencekam kala wanita suci itu terbatuk keras hingga memuntahkan darah. Dia tahu, saat ini perlindungan terakhirnya sedang digempur tanpa ampun.

"Pergilah! Dan selamatkan mereka, Kunimi!" perintahnya.

"Oujo-samaー"

"PERGI!"

Dengan berderai air mata dan langkah yang terasa begitu berat, Kunimi membibing sisa dari rakyatnya ke tempat yang ditunjukkan oleh sang Miko. Satu per satu dari mereka memasuki ruang bawah tanah dengan tergesa, dan sesaat setelah mereka semua berada di dalam ruang bawah tanah itu, bangunan kuil langsung runtuh. Rata dengan tanah.

"AHAHAHAHA ...! WAHAI PENGIKUTKU! PUASKANLAH DAHAGA KALIAN, DAN BIARKAN KEKUATAN LUAR BIASA INI MENGALIR DI SETIAP NADI DAN TUBUH KALIAN!"

"KITA TELAH TERLAHIR KEMBALI, AHAHAHAHAHAHA!!"

Suara gelak tawa penuh kemenangan dari bangsa vampire menggaung begitu keras, hingga terdengar dari bawah tanah. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari keberadaan Kunimi dan sisa keturunanya. Padahal posisi mereka bisa dibilang sangat dekat. Hanya terpisahkan puing-puing kuil.

Sama halnya dengan Kunimi ... dia pun tidak tahu lagi, bagaimana nasib sang Miko. Apakah wanita suci itu masih hidup atau-

"Maafkan aku, Oujo-sama ... maafkan aku yang tidak tahu balas budi ini," racaunya di sela isak tangis penuh penyesalan dan kesedihan mendalam.

Dengan wajah berderai air mata keputusasaan, Kunimi menelan ludah dengan susah payah. Mencoba untuk tetap tegar. Mau bagaimanapun dia masih memiliki tanggung jawab besar. Pria itu menatap nanar wajah-wajah rakyatnya yang tak kalah putus asa darinya. Kemudian setelahnya, Kunimi langsung memberi isyaratー

"Kita bergerak sekarang!" titahnya dengan suara gemetar, yang langsung dijawab anggukan patuh oleh mereka.

Sudah tidak ada jalan untuk kembali, kecuali terus melangkah maju ke depan dan menemukan jalan lainnya. Siap tidak siap, Kunimi harus menemui sang raja vampire dari klan terkuat untuk meminta perlindungan.

Klan Osafune.

***

-Istana Minami-

"Wah ... berani sekali manusia sepertimu masuk ke sarang pemangsa. Apakah kau sudah bosan hidup, hm?"

Raja vampire klan Osafune tersenyum sinis, merendahkan. Ia menyibak jubah kebesarannya dengan angkuh seiring melangkah menghampiri manusia yang bersimpuh tidak berdaya di hadapannya.

"Dengar, kau bisa sampai di tempatku dengan aman itu berkat kekuasaanku. Tetapi aku tidak bisa menjamin keselamatan rakyatmu di pintu gerbang."

Tangan pucat dengan kuku panjang nan runcing di setiap jemarinya meraih dagu pria yang masih tampak muda itu. Memaksanya untuk mendongak, dan bertatapan dengan sang raja vampire yang berkuasa.

Binar emas kemerahan bertemu dengan manik hijau yang putus asa.

Dengan bibir gemetar Kunimi mencoba mengatakan sepatah kalimat, "Para vampire itu telah menghancurkan desa kami dan membunuhーkhh!!"

Raja vampire terkekeh penuh arti dan sedikit mencengkik leher pria tersebut. "Apakah wanita yang kalian agung-agungkan itu yang menyuruhmu mendatangi istanaku, Kunimi?"

"I-iya ... Oujo-sama yang menyarankannya padaku," jawabnya dengan terbata. Sebisa mungkin menahan rasa takutnya. Karena yang dia datangi saat itu adalah raja vampire dari klan terkuat yang tengah berkuasa pada era tersebut.

Mata vampire itu berkilat tajam penuh keangkuhan, dan dalam sekejap Kunimi sudah berada dalam dekapan sang raja. Ia mengendus leher putih yang bernodakan darah, lalu menjilat darah ituー seketika warna sepasang mata keemasannya berubah menjadi merah pekat. Seluruh tubuhnya terasa seperti dialiri suatu kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sang raja vampire merasa seperti terlahir kembali.

Seringaian sarat akan makna terlukis sempurna di wajah menawan sang raja. 'Ahh ... sudah lama aku tidak mencicipi darah klan Kunichiro. Walau kastanya tidak setinggi 'Dia', namun darahnya cukup berguna untukku dan para penerusku.'

**

Raja vampire Osafune menatap lamat gulungan perjanjian di tangannya. Membaca setiap kata berupa persyaratan, juga pola mantra perjanjian yang tertera di tengah-tengah gulungan. Sekali lagi, senyum sinis terukir di wajah menawan raja. Menampakkan keangkuhan dan keserakahan.

'Kau pasti sangat terpojok, sampai menyerahkan orang-orang yang selama ini kau lindungi kepadaku. Aku tidak menyangka ternyata kau selemah itu, Hikari,' innernya merendahkan sang Miko.

"Tolong kami ..." Kunimi menatap lamat mata raja vampire. Memohon bantuan dan perlindungannya. "Tolong lindungi kami dari para vampire yang menghancurkan desa dan membinasakan rakyatku."

Raja menyeringai penuh arti, "Jika aku bersedia menolong kalian, imbalan apa yang akan kau berikan padaku, hm?"

"Aku akan mengabdikan seluruh hidupku padamu, juga ... raga iniー"

"Hanya kau saja? Bagaimana dengan keturunanmu?"

Namanya juga bangsa vampire, tetap saja serakah.

Kunimi terdiam cukup lama. Hati dan pikirannya berkecamuk, saling bertentangan. Namun tak ada jalan lain untuk menyelamatkan keturunannya. Bukankah segala sesuatu pasti membutuhkan pengorbanan?

"Iya. Mereka juga termasuk ...."

Maka itulah yang dilakukan Kunimi untuk menyelamatkan rakyatnya. Ia rela mengorbankan seluruh garis keturunannya hanya untuk mendapatkan perlindungan dari makhluk yang selama ini menjadi ancaman baginya.

"Baiklah! Kalau begitu, mari kita lakukan ritual perjanjian ini, Kunimi!"

***

Kedua pimpinan beda alam itu, pada akhirnya melakukan ritual perjanjian di atas altar suci. Mengucapkan sumpah di hadapan Sang Dewa. Ketika ikatan telah terjalin sempurna, dengan menyatukan darah, dua makhluk beda alam ini telah sepakat berbagi kehidupan. Akan saling menjaga dan membutuhkan satu sama lain selama mereka masih hidup.

Setelah melakukan ritual tersebut, klan Kunichiro resmi menjadi milik klan Osafune. Tidak ada satu pun vampire, selain klan Osafune, yang bisa mencicipi darahnya barang setetes. Jika itu terjadi, maka vampire tersebut akan mati mengenaskan. Sementara klan Kunichiro yang tergigit harus segera mendapatkan penawar, berupa darah mate-nya supaya tetap hidup.

Lambat laun klan Kunichiro berhasil bangkit kembali. Meski tidak sama seperti kehidupan sebelumnya. Mereka mendapatkan tempat dan perlakuan khusus di istana Minami. Dengan mudah bisa beradaptasi dan membaur dengan penduduk istana yang notabene berdarah vampire murni. Semuanya kembali berjalan dengan sangat baik. Hingga kabar tentang 'perjanjian' atas 'hak kepemilikan' klan Kunichiro bocor, an sampai di telinga para pimpinan bangsa vampire yang meluluh lantakkan desa klan Kunichiro.

Tentu saja mereka murka. Apalagi lawan mereka bukan klan vampire sembarangan.

Bangsa vampire jelata yang iri, kembali menyusun rencana untuk menyerang salah satu istana milik raja vampire klan Osafune. Mereka kembali menunggu waktu yang tepat untuk menyerang istana Minami. Rasa serakah yang telah mendarah daging benar-benar membakar amarah. Mereka tidak terima klan Osafune memonopoli klan Kunichiro. Kali ini bangsa vampire jelata itu bersumpah, akan memusnahkan klan Kunichiro sampai akarnya.

**

Waktu pun terus berlalu, hingga penantian panjang itu kembali membuahkan hasil. Setelah beberapa tahun berlalu, sejak mereka menghancurkan pemukiman klan Kunichiro, para kaum vampire jelata itu menyerang istana Minami di saat penjagaan sang raja Osafune kendor. Mereka kembali menggila dan membantai. Membunuh penghuni istana dengan sangat brutal. Banyak korban berjatuhan, baik dari pihak klan Kunichiro, klan Osafune, juga sebagian besar bangsa vampire jelata mati keracunan. Mereka semua mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Gulungan yang memuat mantra perjanjian antara klan Osafune dan klan Kunichiro pun habis terbakar.

Para pimpinan vampire jelata kembali tergelak puas, merasa telah berhasil membinasakan klan Kunichiro beserta penghuni istana Minami. Walau sebagian besar pengikutnya juga turut menjadi korban dalam tragedi tersebut. Namun, tanpa mereka ketahui. Dua pangeran istana Minami, Azuki dan Daihan, berhasil melarikan diri bersama beberapa anak keturunan klan Kunichiro.

Mereka yang dalam perjalanan menuju istana Higashi untuk menyusul sang raja, tanpa diduga mendapat serangan dari bangsa yokai lokal. Yang mengakibatkan salah satu pangeran terluka cukup parah. Satu anak dari klan Kunichiro terbunuh, sedangkan anak-anak dari klan Kunichiro yang lain melarikan diri entah ke mana.

"Bertahanlah, Daihan-kun ... sebentar lagi kita sampai di istana Higashi. Kita akan bertemu dengan ayahanda," ucap Azuki dengan napas tersenggal. Dengan susah payah ia menopang tubuh saudaranya yang dipenuhi luka.

"La-lu anak-anak itu ... ba-gaimana, Azuki?"

Azuki terdiam cukup lama, dan menggeleng lemah. Terlihat raut penyesalan dalam manik almond-nya. "Aku tidak tahu. Semoga saja mereka semua bisa selamat dan mendapat tempat perlindungan yang baru."

***

Sementara itu, jauh di atas pegunungan bekas pemukiman klan Kunichiro. Tampak beberapa laki-laki dengan pakaian 'khas', seperti seragam, tengah berdiri dengan gagah berani di bibir tebing. Tangan mereka menggegam pedang dengan jenis berbeda-beda. Mereka berenam menatap nanar detik-detik istana Minami yang terbakar dan hancur bersama penghuninya. Keenam laki-laki itu adalah pemburu vampire yang berasal dari dimensi lain. Manusia yang akan terus hidup selama masih ada bangsa vampire berkeliaran di atas bumi.

"Hooaaammzzz ...." Salah satu dari mereka, yang memakai kacamata, menguap lebar tanpa dosa. "Sepertinya kita terlambat lagi."

"Bagaimana ini, Juzumaru-san?" tanya satu-satunya remaja tanggung di sana pada sang leader.

"Kita selesaikan misi, setelah itu baru kembali ke 'markas' untuk memberi laporan pada Saniwa-sama," jawab ketua tim, Juzumaru.

"Semoga saja ada klan Kunichiro yang masih hidup dan bisa kita bawa 'pulang ke Citadel'," harap salah satu dari Kenji bersaudara, Hizamaru.

"Selama Miko itu berhasil diselamatkan, klan Kunichiro tidak akan binasa. Meski keturunan mereka hanya tinggal satu orang saja," sahut sang kakak, HIgekiri.

"Tujuan kita ke sini untuk memastikan 'tidak ada yang merusak sejarah'".

"Bukankah keberadaan kita di sini juga berpotensi merusak "sejarah"?" tanya Hizamaru.

"Selama kau tidak menyalahi 'peraturan', sejarah akan tetap berjalan dengan semestinya." Kelopak mata Juzumaru yang senantiasa tertutup itu tiba-tiba menunjukkan pergerakan dan perlahan mulai terbuka. Menampakkan binar keunguan yang indah, namun dipenuhi amarah.

Juzumaru telah siap menghukum para makhluk pendosa nan biadab.

"Kita bergerak sekarang, Juzumaru-san?" Salah seorang anggota tim berpakaian serba hijau dan satu-satunya orang yang menggunakan tombak melirik Juzumaru.

"Uhm! Ikuzo!"

"Hai'!"