PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Garis Takdir

Garis Takdir

Penulis:Elaangpraatama

Tamat

Pengantar
Arga ternyata memiliki sisi kelam di masa lalu. Ayahnya pergi meninggalkan keluarga demi wanita lain, hingga terbentuklah karakter Arga yang dingin terhadap perempuan mana pun. Cerita ini dimulai saat Arga bertatap muka lagi dengan Ayahnya. Pertemuan itu membuka luka lama di hati, dendam yang berkarat membuat Arga muak dan menolak mentah-mentah permintaan maaf Ayahnya itu. Arga pergi dalam keadaan gusar, otaknya oleng, tubuhnya ambruk. Dalam keadaan setengah sadar akibat minuman keras yang diteguknya, Arga tega melampiaskan kekesalannya kepada perempuan yang sudah menolong dirinya. Pengaruh alkohol membuat otaknya gelap, jiwanya dirasuki setan bertanduk. Arga merasa, karena perempuan, ibu menderita dan keluarganya bercerai berai, Arga lupa jika ibu pun adalah seorang perempuan! Minuman beralkohol itu benar-benar membuat Arga kehilangan otak warasnya. Arga tidak menyadari jika perempuan yang dia gauli secara paksa itu ternyata karyawati di perusahaan miliknya. Aku adalah Fifi, karyawati sial itu. Karyawati yang berada di tempat dan waktu yang salah. Akibat perbuatan brutal atasanku itu, kini aku harus menanggung semua akibatnya.
Buka▼
Bab

Malam itu ditengah udara yang dingin, dua sosok lelaki yang sedang bersitegang menarik perhatianku. Sejenak ku perhatikan salah satu lelaki itu ternyata adalah atasanku, pemilik perusahaan tempat aku bekerja.

"Pak Arga? Sedang apa beliau diluar sana?" Fikirku dalam hati, keningku berkerut sembari memicingkan mata, manajamkan penglihatanku ke arah mereka.

"Bapak ingat? Bapak pergi meninggalkan beban berat dipundak kami!. Demi siapa? Perempuan jalang itu? Aku tidak akan pernah rela Ibu disingkirkan oleh perempuan seperti itu! Tidak akan pernah!".

Laki-laki dewasa dihadapannya hanya diam pasrah menerima cercaan yang bertubi-tubi dari lawan bicara didepannya. Terpaan angin malam yang dingin diluar sana tidak sanggup mendamaikan hati pemuda itu.

"Luka yang Bapak torehkan terlalu besar, Silahkan Bapak lanjutkan petualangan Bapak bersama perempuan tengik itu! kami akan melanjutkan hidup, walau tanpa ada peran sedikitpun dari Bapak!. "

Langkah pemuda itu cepat, berbalik memutarkan badan. Hatinya bulat menolak Bapak yang hanya bisa menunduk, merasakan sesal dalam diam.

"Arga!" Panggil Bapak itu pelan.

"Jari tengah untuk laki-laki seperti Bapak! Juga perempuan jalang seperti dia!" Umpatnya. Hati pemuda yang namanya dipanggil Arga oleh Bapak itu benar-benar sudah mengeras diselimuti rasa kecewa dan dendam yang mendalam.

Sampai tubuh Arga menghilang, Bapak itu masih diam mematung, kepalanya menunduk sedang kedua tangannya meremas kuat-kuat rambutnya yang terlihat sudah mulai menipis itu.

Dibalik kaca cafe pinggir jalan, tidak sengaja aku mendengar semuanya. Ternyata sikap Pak Arga yang acuh dan dingin itu dilatar belakangi oleh masa-lalu kelam keluarganya.

Pantas saja di kantor, Pak Arga, walau masih muda, kami semua memanggilnya dengan sebutan Bapak demi menghormati beliau sebagai pemilik perusahaan tempat aku bekerja.

Ya, Pak Arga selalu nampak begitu dingin dan hampir tak pernah ada senyum yang menghiasi wajahnya. Membuat para karyawannya, termasuk aku, selalu merasa segan dan takut untuk berhadapan dengan Pak Arga walau hanya untuk menyerahkan laporan hasil pekerjaan kami di ruang kerjanya.

"Ah, semoga semua baik-baik saja." Fikirku. Lalu mulutku kembali sibuk menikmati hidangan secangkir coklat panas dan makanan ringan untuk sekedar menemani dan mengisi perutku yang sebenarnya tidak begitu merasa kelaparan. Malam ini entah kenapa aku hanya ingin keluar dan menikmati kesendirianku.

"Brak!!"

Tiba-tiba aku mendengar suara keras disampingku. Nampak seseorang terjatuh dilantai dan tidak sadarkan diri.

"Ah!!! Pak Arga!!" Teriakku kencang segera menghampiri sosok tubuh yang sudah terkapar dilantai itu. Mulutku sedikit terbuka dengan mata membesar, aku sungguh tidak mengira Pak Arga akan limbung dan jatuh seperti ini di dekatku, aku fikir beliau sudah pergi pulang saat tadi menghilang.

Dengan tergesa, aku segera mengangkat tubuh Pak Arga yang ukurannya cukup besar bagiku. Pak Arga mempunyai tubuh atletis dan tinggi besar. Sedangkan aku hanya perempuan yang bertubuh mungil, tenaga ku tidak seimbang dengan berat badan beliau yang nampak kekar itu.

Aku segera memesan taxi online, dibantu para tamu pria di cafe itu, aku bergegas membawanya pergi dari cafe itu. Aku berniat membawanya ke rumah sakit yang terdekat dari daerah sini.

Didalam mobil taxi online, tiba-tiba Pak Arga siuman. Badannya menggeliat sebentar lalu membuka matanya yang nampak memerah, dan dari mulutnya aku bisa mencium bau alkohol!.

Aku sungguh kaget dan tidak mempercayai saat menyadarinya. Pak Arga, pemilik perusahaan yang sedang naik daun itu mabuk berat di pangkuanku.

"Ah sial! Bagaimana ini?" Aku sungguh kebingungan, harus dibawa kemana Pak Arga, aku sendiri tidak mengetahui alamat rumahnya dimana.

"Dimana ini?" Suara yang berat terdengar di telingaku. Pak Arga bertanya dengan mata yang setengah terbuka, nampak berat sekali.

"Di.. di mobil Pak, Bapak tadi pingsan saat di cafe, aku bawa Bapak ke rumah sakit ya.." dengan sedikit terbata aku berusaha menenangkan diri. Tubuh hangatnya jelas terasa olehku. Karena pengaruh alkohol, tubuh Pak Arga terlihat sangat lemah sekali, sampai-sampai badannya yang kekar itu memerlukan sandaran dari tubuh mungilku.

"Ngapain ke rumah sakit! Aku tidak sakit, bawa aku ke hotel, aku hanya perlu istirahat dan tidur!" Dengan nada yang sedikit membentak, Pak Arga memintaku untuk membawanya ke hotel.

"Emmmm baik Pak, saya manut sesuai keinginan Bapak." Lalu aku meminta kepada Driver taxi online itu untuk mengganti tujuan ke arah hotel di sekitar daerah sini. Aku ingin segera mengantarkan Pak Arga ke hotel agar beliau bisa segera beristirahat dan aku bisa pulang kembali menikmati kesendirianku dengan tenang.

Sesampainya di hotel dekat daerah tadi, aku segera membayar ongkos taxi online itu dan memberinya tips lebih sebagai rasa terimakasih. Lalu dengan sedikit kesusahan, aku berusaha menggandeng tubuh kekar atasanku itu menuju lobby hotel.

Setelah urusan administrasi di resepsionis hotel tersebut selesai dan menerima kunci kamar, buru-buru aku kembali menggandeng tubuh Pak arga menuju lift dan membawanya ke kamar hotel itu.

Pelan-pelan aku berusaha membaringkan tubuh kekar milik atasanku itu di tempat tidur, Kemejanya basah oleh keringat dingin yang keluar dari pori-pori tubuhnya, melihat hal itu aku merasa bingung sendiri.

"Bagaimana ini? Jika aku tidak mengganti bajunya, Pak Arga bisa sakit." Fikirku dalam hati. Tapi kemudian aku menyadari, jika Pak arga pasti tidak membawa baju ganti, karena memang beliau tidak berniat untuk menginap di hotel, mana mungkin beliau membawa baju ganti bukan?

"Ah sudahlah, selimuti saja, setelah ini aku akan segera pergi meninggalkan ruangan kamar ini, semoga besok pagi kondisi Pak Arga baik-baik saja."

Baru saja aku selesai menarik selimut itu ke arah bahunya, tiba-tiba Pak Arga menarik tubuhku dengan cukup kuat sehiingga aku terjatuh di atas tubuh kekarnya.

"Aww!! Pak Arga!! Apa-apaan ini pak!" Aku berusaha mengelak dan menghindar bermaksud melarikan diri, tetapi apa daya tubuh mungilku tidak sanggup melawan tenaga besar miliknya.

Mulutnya terdengar sedikit meracau tidak jelas, gerakan tangan Pak Arga benar - benar sudah mengunci gerakan tubuhku. walau beliau sedang mabuk berat, tetapi entah kenapa tenaganya masih saja kuat menerkam dan menindih tubuh mungil yang tidak berdaya ini.

"Wanita jalang! Ini kan yang selalu kau inginkan huh!!? Kini aku akan mengabulkan semua keinginanmu!" Pak Arga kembali meracau tidak karuan, aku sungguh ketakutan, tidak mengerti apa maksud perkataan Pak Arga barusan, tidak terasa bulir air dimataku mulai menetes.

"A-apaa mak-maksudnya ini pak!?? saya Fifi karyawan Bapak, saya yang barusan menolong bapak yang tadi terjatuh di lantai cafe, tolong lepasin saya pak!" Layaknya anak kecil, aku merengek, menangis dan sungguh merasa sangat ketakutan, aku memohon kepada beliau agar segera melepaskanku dari himpitan tubuhnya.

Bukannya melepaskan tubuhku, rengkuhan tangannya semakin kuat menerkam. Aroma nafasnya yang hangat bercampur bau aroma alkohol menyengat penciuman hidungku. Aku hanya bisa menutup mata dan menangis sejadi-jadinya kala kurasakan ada sentuhan yang kenyal dan basah di bibirku, memaksakan kehendaknya atas diriku.

Kepalaku seakan terkunci, sedikitpun aku tidak dapat menggerakan diri agar bisa menghindar dari serbuan brutal ini. Hatiku perih, seumur hidup aku belum pernah diperlakukan seperti ini, bahkan dari dulu saat aku masih punya pacar, aku tidak pernah memberikan kesempatan sedikitpun kepada pacarku, walau untuk sekedar mencium pipiku sekalipun.

Aku perempuan yang sangat menjaga kehormatan, aku ingin menyerahkan kesucianku hanya untuk suamiku, nanti saat semua sudah disahkan negara dan halal menurut agamaku.

"Bukan seperti ini!!" Teriakku dalam hati. Jiwaku terasa terkoyak-koyak pisau tajam yang berkarat dan beracun.