PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Bodyguardku Ternyata Miliarder

Bodyguardku Ternyata Miliarder

Penulis:Daya Deyana

Berlangsung

Pengantar
Karina tidak pernah menyangka, kekasihnya yang sangat dia cintai ternyata malah bermain api di belakangnya. Malam itu, dia yang sedih dibawa Amanda, sepupunya, ke sebuah klub untuk meluapkan kesedihannya. - Bibir pria itu dengan lincahnya menjelajahi seluruh tubuhnya, membuatnya merasa melayang. Suara erangan dan desahan terdengar dari seluruh penjuru ruangan, saling menikmati tubuh mereka yang terbakar, membuat benih-benih kehidupan baru muncul di rahim Karina.
Buka▼
Bab

‘Panas. Panas sekali. Mengapa tubuhku rasanya seperti terbakar?’

Karina Soeharjono merasa seperti berjalan tanpa tujuan di padang pasir untuk waktu yang sangat lama, ketika yang dia inginkan saat ini hanyalah memuaskan dahaganya.

Bibir dingin seorang pria memberinya kecupan dingin dan melahapnya, memberinya sentuhan yang tak pernah dia bayangkan, membuatnya melayang. Wanita itu mengulurkan tangan dan melingkarkan lengannya di leher pria itu, mengisap bibirnya dengan rakus.

Erangan dan desah saling bersahutan diruangan itu, mengiringi bayangan mereka yang terpantul didinding, memantulkan aksi ranjang mereka yang sangat bergairah itu.

Cahaya malam dikamar itu sangat redup, alhasil Karina yang sedang diliputi gairah meluap-luap tak bisa melihat pasangannya diatas ranjang. Satu-satunya hal yang dia ingat tentang pria itu adalah keperkasaannya diatas ranjang. Dia sangat beringas, bahkan dia membuat Karina kelelahan mengajaknya berc*inta sampai pagi.

Dan, ketika fajar tiba, pria itu sepertinya memutuskan untuk pergi, bangun dari tidurnya.

Karina membuka matanya dengan pelan. Samar-samar Dia melihat punggung telanjang pria itu. Ada tato kepala serigala ganas di bagian kecil punggungnya.

Tato serigala yang melolong dengan rahang yang membuka lebar, seakan siap menerkam mangsanya kapanpun dia mau.

Jantung Karina berdebar kencang, seketika rasa takut menghantuinya ketika matanya terpaku pada tato itu.

Karina Suharjono bermimpi. Dia berubah menjadi pohon anggur yang terjalin di sekitar pohon tua, dan tak dapat membebaskan diri.

Ketika matanya pelan-pelan membuka, dia tersadar badannya sakit sekujur tubuh.

Mencoba bangun dari tidurnya dengan susah payah, Dia merasakan sakit tiba-tiba menjalar kepalanya, dan spontan memegang kepalanya. Pelan – pelan, matanya juga menyadari kekacauan yang sepertinya telah dia buat diatas tempat tidur, dan ada kemeja pria yang robek di dilantai. Tubuhnya membeku, terkejut. Seketika Dia mencoba mengingat kembali, apa saja yang telah terjadi tadi malam.

Ya, dia akhirnya ingat. Tunangannya Malik Mahendra meninggalnya di pesta pertunangan mereka. Perasaan Karina hancur seketika. Dan sepupunya, Amanda Budiono, mencoba menghiburnya dan membawanya ke Marrionette’s house.

Dengan pelan dan pasti Karina juga mengingat hal bodoh yang telah dilakukannya semalam. Dia mengumumkan pada semua orang di pub, kalau dia akan balas dendam pada mantan tunangannya. Melihat Karina yang sudah setengah mabuk dan butuh penjagaan, Amanda lantas menyewa seorang Gigolo untuk menemani harinya yang menyedihkan.

Ah, gigolo..?

Mata Karina membola penuh. Sesuatu yang salah, baru saja terjadi padanya tadi malam. Napasnya menderu, hingga mencengkeram dadanya kuat-kuat.

'A, Aku memberikan kesucianku pada pria asing?!’

Dia menjambak rambutnya, frustrasi.

Setelah beberapa lama terpaku dalam syok, dia merasa tak bisa berdiam sepertii ini terus. Karina akhirnya memutuskan keluar dari tempat ini, lalu dengan cepat dia mengenakan pakaiannya, buru-buru keluar dari kamar ini.

Karina baru saja bergegas keluar dari hotel, ketika tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan sekelompok wartawan yang langsung mengepungnya. Diiringi kilatan kamera yang nyaris membutakan mata, dia tak bisa menghindar bahkan membuka mata.

"Nona Karina, apakah benar Anda menghabiskan malam dengan seorang pria aneh dari Marionette’s house karena keluarga Mahendra membatalkan pertunangan?"

Nona Karina apa Anda sadar bahwa pria yang bersama anda adalah Gigolo?"

“Nona Karina apa Anda tahu mendiang Ayah anda bangkrut?"

"Nona Karina kami baru saja menerima kabar bahwa ayahmu telah bunuh diri. Beliau melompat dari gedung perusahaannya."

Karina terpaku, semua pertanyaan itu bagai petir yang menyambarnya di siang bolong.

Dia harus pergi.... dia harus pergi dari sini!

Dengan cepat dia menerobos para wartawan, dan berlari menghindar. Namun begitu dia bisa menghindar dia malah tertabrak oleh mobil, hingga pingsan ditempat.

........

Keesokan harinya. Berita utama mengenai Karina dan ayahnya menghiasi halaman utama semua media. Orang Terkaya di Jakarta Radian Soeharjono baru saja bangkrut dan bunuh Diri. Malik Mahendra juga memutuskan pertunangannya dengan Karina Soeharjono, yang ketahuan menghabiskan malam panas di Klub dengan seorang gigolo.

Kedua berita itu dengan cepat menghiasi berita utama dan menjadi fenomenal.

Sebagai pewaris kaya raya, dalam semalam reputasi Karina dijungkir balikan oleh pemberitaan media. Dia menjadi seorang wanita yang tercela, bahkan dianggap tak bermoral. Dalam sekejap dia telah kehilangan keluarga dan reputasinya.

Sepuluh bulan kemudian.

Tangisan bayi baru lahir terdengar baru saja terdengar di sebuah klinik kecil yang terletak jauh dari kota, ketika Bu Sita, menggendong bayi baru lahir itu di pelukannya. Dengan langkah sukacita dia bergegas menghampiri Karina dan memperlihatkan putra yang baru saja dilahirkan didepan matanya. "Nona, selamat. Anda melahirkan kembar tiga. Dua anak laki-laki dan satu perempuan!"

Empat tahun kemudian di Satsiun kereta Senen kota Jakarta

Karina bersama ketiga anaknya akhirnya kembali ke jakarta bersama Bu Sita. Bu Sita yang berbadan besar ikut bersama mereka, dia bertugas memegang dua koper bawaan besar ditangannya, mengikuti rombongan kecil Karina.

Karina sendiri datang denganmemakai ransel denim di bahunya, saat dia keluar dari stasiun kereta bersama ketiga anaknya. Mereka yang melihat rombongan Karina, pasti berpikir bahwa rombongannya wanita muda itu adalah orang miskin dari pedesaan, yang dan datang ke kota untuk meminta pertolongan kerabat.

"Jangan menghalangi jalanku, wanita udik!" Seorang wanita yang mengenakan mantel bulu menghinanya, dan mendorong Bu Sita dengan kasar.

Karina hendak menegur wanita itu, namun sebelum itu terjadi, tiba-tiba beberapa mobil mewah berhenti di sampingnya, dan membuatnya bungkam ditempat.

Puluhan Bodyguard keluar dari semua mobil itu, lalu membentuk dua baris yang rapi, seperti hendak menyambut seseorang. Sambil membungkuk dalam-dalam, mereka serempak berseru, "Selamat datang, Nyonya Mahendra!"

***