PopNovel

Baca Buku di PopNovel

After We Met

After We Met

Penulis:Deandra

Berlangsung

Pengantar
Memiliki masa lalu yang sama menyakitkan membuat Kayla dan Melvin menjadi trauma. Kayla dengan ingatan tentang ayahnya yang berselingkuh dengan wanita lain dan meninggalkan mama dan dirinya saat ia berusia 10 tahun dan juga kekasihnya kembali menorehkan luka di hatinya menjadikan Kayla menutup diri dan sangat membenci lelaki player apalagi badboy. Namun bagaimana jika takdir mempertemukannya dengan Melvin Zander Winston seorang cowok tampan yang terkenal badboy dan suka berganti pasangan dan memainkan hati perempuan. Bagaimana jika mereka bertemu akankan Kayla dapat luluh akan pesona Dave atau sebaliknya.
Buka▼
Bab

Hari ini aku dan mama akan berangkat ke London. Aku akan melanjutkan pendidikan ku di sana. Sebentar lagi, aku akan memulai kehidupan baruku sebagai mahasiswi di perguruan tinggi. Setelah beberapa waktu lalu aku mendapat pengumuman, bahwa aku diterima oleh salah satu universitas terkemuka di sana.

Akhirnya aku dapat bernafas lega setelah beberapa tahun ini bekerja keras menghabiskan waktuku untuk belajar dan menyiapkan diriku.

Mama sangat senang sampai menangis haru mengetahui aku berhasil lolos, dapat melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi terbaik adalah sebuah kebanggaan tersendiri untukku. Karena pada akhirnya kerja keras dan lelahku terbayar sudah .

Setelah papa meninggalkan kami, mama berjuang dan bekerja keras agar aku dapat pendidikan yang terbaik sehingga dapat memiliki kehidupan dan karier yang lebih baik untuk kedepannya.

“ Kayla," panggil mama. Dengan setengah sadar aku sedikit membuka mataku, dan mendengar suara mama memanggilku dari lantai bawah. Namun, aku enggan untuk beranjak dari tempat tidurku dan malah menutupi tubuhku dengan selimut. Aku tidak ingin membayangkan akan tinggal sendiri dan jauh dari mama. Rasanya aku ingin tetap di sini.

“Kayla, bangun sayang, jadwal penerbangannya dua jam lagi kamu harus siap-siap. ” Mama sudah berada di samping kasurku, mencoba untuk membangunkan ku dengan menarik selimut dan menepuk pelan pipiku.

“hmm oke Ma” sahutku dengan suara serak orang yang bangun. Aku hanya membalas mama dengan singkat, rasanya aku ingin melanjutkan tidurku . Namun, aku teringat hari ini aku akan pergi ke London. Setelah butuh beberapa saat untuk mengumpulkan kesadaran ku, akhirnya aku berjalan gontai mengambil handuk dan segera pergi ke kamar mandi.

“Mama tunggu dibawah ya Kay.” Teriak mama ku lagi.

“Oke Ma”. Aku membalasnya singkat.

Setelah hampir setengah jam aku baru selesai mandi dan bersiap lalu aku segera menyusul mama ke bawah.

“Hai sayang ini barang-barang kamu sudah siap semua. Kalau kamu mau sarapan masih ada waktu Kay, tadi sambil nunggu kamu mandi Mama sudah makan roti.” ucap mama saat melihatku turun kebawah.

“Oke Ma, terima kasih ya Ma, sudah bantu aku siapin semuanya, kayaknya aku sarapan di mobil aja deh soalnya masih belum terlalu lapar,” balasku sambil memeluk lengan mama.

“ Yasudah kalau begitu, kamu sudah cek semuanya lagi kan sayang. tidak ada yang tertinggal?”

“ Iya ma semalam udah aku cek kok semuanya, visa sama pasport aku juga ada di dalam tas ini,” ucapku sambil menunjuk tas yang ada di tanganku.

“Yasudah kalau gitu, kita berangkat sekarang ya. Itu Pak Aryo sudah nunggu didepan.” Aku dan mama bergegas keluar.

"Pagi mbak Kayla, pagi Bu," sapa pak Aryo dengan tersenyum ramah. Pak Aryo ini merupakan supir mama, yang kurang lebih sudah sepuluh tahun bekerja bersama kami.

"Pagi Pak Aryo," balasku dengan tersenyum juga.

Aku membantu pak Aryo memasukkan barang-barang aku dan Mama ke dalam bagasi. Dari dulu mama selalu mengajarkanku, meskipun kita memiliki asisten, tetap saja kita tidak boleh hanya diam dan melihatnya. Mama selalu mengajarkanku untuk saling membantu dan menghormati. Kita tidak boleh berbuat seenaknya saja hanya karena kita membayar jasa mereka.

"Ini sudah siap semuanya mbak?" tanya pak Aryo memastikan agar tidak ada barang yang tertinggal.

"Sudah pak, ayo kita berangkat," sahutku sambil membukakan pintu mobil untuk mama, lalu aku ikut masuk dan duduk di sampingnya.

***

"Terima kasih ya pak sudah mengantar aku dan Mama," ucapku pada pak Aryo.

"Selama saya di sana tolong jagain Mama ya pak, semoga pak Aryo sehat selalu." Aku memeluk pak Aryo sekilas. Aku cukup dekat dengan pak Aryo, karena dia selalu mengantarku saat les atau pulang sekolah. Aku juga sering bercerita tentang hari-hariku di sekolah. Pak Aryo ini sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri.

"Iya mbak siap. Mbak Kayla juga jaga diri baik-baik, semoga lancar sekolahnya. Saya juga ikut doain mbak Kayla dari sini," pesan Pak Aryo padaku.

"Satu lagi jangan lupain Pak Aryo ya mbak," ujarnya sambil terkekeh.

"Pasti lah pak, ya sudah saya berangkat dulu ya pak," kataku sembri melambaikan tangan ke arah pak Aryo.

"Saya pergi dulu ya Yo," ujar mama kepada pak aryo sebelum melangkah di belakangku.

Setelah mengurus semuanya sekarang kami sudah berada di pesawat. Membayangkan ini akan menjadi perjalanan yang cukup melelahkan dengan jarak kurang lebih sekitar 12.000 km kami akan berada di udara. Sebagian waktuku di pesawat ku habiskan untuk menonton film. Sebagian lainnya kupakai untuk tidur dan sebagian sisanya ku habiskan untuk membaca buku Pride and Prejudice karya Jane Austen yang belum sempat ku selesaikan.

Setelah menempuh perjalanan selama belasan jam. Akhirnya aku dan mama tiba di bandara Heathrow, yang merupakan salah satu bandara paling sibuk di Eropa. Kulihat orang-orang berlalu lalang menyeret koper, suasana bandara ini terlihat luar biasa sibuk. Kulihat beberapa orang saling berpelukan dan menangis sedih, seperti tidak rela meninggalkan dan ditinggalkan. Sebagian orang lainnya saling berpelukan, tetapi dengan senyum bahagia yang mengembang menyambut kedatangan seseorang yang mereka cintai.

Awan terlihat menggelap, tak lama rintik hujan turun ketika aku keluar dari bandara, seolah hadir untuk menyambut ku. Dari jarak yang cukup dekat tampak seorang pria tinggi besar blasteran London-Jerman berusia sekitar empat puluh tahun berkumis dan berambut klimis itu menungguku dan mama. Dia melambaikan tangannya dan menghampiri kami, sambil membawa payung berwarna biru “Hello Mrs Tantowwnooww welcome to London ,” ujarnya dengan logat inggris yang khas sambil memberikan payung yang dibawanya kepada kami. “Hi Mr…” Mama menghentikan ucapannya “I’m John Barnard, you can call me Jonh or Barnard”ujarnya, melanjutkan ucapan mama . “Oh hi Mr John terima kasih sudah menjemput kami.” “You are welcome,” balasnya sambil tersenyum ramah.

Aku dan mama bergegas masuk ke dalam mobil. Mr John yang akan mengantar kami ke sebuah flat yang sudah aku sewa sebelumnya yang terletak di Chalshot Street. Aku memutuskan untuk tinggal di luar kampus karena aku belum terbiasa dan merasa kurang nyaman jika harus berbagi kamar dengan orang lain.

Selama di mobil aku hanya diam sambil menatap ke luar, pandanganku sedikit terhalang hujan yang telah membasahi seluruh kota London. Sedangkan mama terlihat sibuk berbicara dengan Mr John, mereka terlihat akrab seperti teman lama yang sudah lama tidak jumpa.

“ pertama kali datang ke London?” tanya Mr John kepada mama.

“ Ini sudah kedua kalinya saya datang ke London. Dulu saya kesini saat putri saya masih kecil sekitar umur 5 tahun, kami mengunjungi

London Eye dan pergi ke beberapa tempat lainnya yang saya sudah lupa namanya,” ucap mama sambil tersenyum.

“ Wow itu tempat yang bagus, apalagi jika anda datang ke sana pada malam hari, pemandangannya akan jauh lebih indah,” Ujarnya setelah mendengar cerita mama.

"Ya, menurutku London adalah kota yang indah. Aku sudah jatuh cinta dengan tempat ini saat kali pertama datang beberapa tahun yang lalu.

***

Setelah hampir satu jam dari bandara Heathrow akhirnya kami tiba . “Thank you Mr John,” ucap mama dengan tulus “you’re welcome Mrs Tantono,” balasnya dengan logat inggris yang khas sambil membantu mengeluarkan koper.

Bangunan-bangunan yang berdiri di sekitar Chalshot Street terlihat sama, rata-rata memperlihatkan bangunan dengan bata merah dan jendela yang memiliki pola yang sama. Satu- satunya bangunan yang cukup tinggi dan mencolok adalah Chapter King’s Cross yang berada tak jauh dari flatku.

Aku masuk ke dalam dan menatap ke sekitar, flat ini tidak terlalu luas namun tidak juga terlalu kecil. Cukup pas untukku yang hanya tinggal sendiri di sini. Hanya ada tempat tidur, ruang TV dan juga dapur yang tidak terlalu besar.

***

Hari berlalu begitu cepat tak terasa sudah hampir dua minggu aku disini. Minggu lalu mama pulang ke Indonesia karena harus kembali bekerja. Selain itu juga sudah begitu banyak pekerjaan yang mama tinggalkan untuk mengurus segala keperluan ku disini. Rasanya aku sudah merindukannya, aku mengingat pesan yang dia berikan untukku sebelum kami berpisah.

" Kamu harus selalu ingat pesan mama ya kay jaga dirimu baik-baik selama disini. Lupakan semua hal pahit yang terjadi. Maafkan mereka kamu harus tetap melangkah , disini adalah awal baru buat kamu. Cobalah untuk membuka hatimu untuk orang-orang baru yang akan masuk ke dalam hidup kamu".

"Oke ma i Will try my best. Thank you for everything ma. I love you so much," ucapku menatap lekat wajah mama

" I love you too sayang jaga dirimu baik-baik ya," balas mama sambil memeluk dan mencium keningku

" Mama juga take care yourself," pesanku sembari mendekap erat tubuh mama dan menghirup aroma parfum mama yang menenangkan.

" Don't worry sayang mama pasti jaga diri baik-baik, mama pasti bakal kangen banget sama kamu Kay. Rasanya baru kemarin kamu mama timang-timang sekarang kamu sudah sebesar ini Kay. Jangan lupa pesan-pesan mama ya Kay mama mau kamu bahagia," ujarnya seperti menahan tangis sambil mengelus punggungku dengan amat lembut, lalu mengusap pipiku.

“Mama tenang aja ya ma Kayla pasti baik-baik aja disini dan ga akan kecewakan mama lagi. Kayla sayang banget sama mama,” ucapku sambil menatap mata mama dan memeluknya lagi berusaha agar mama tidak mengkhawatirkan ku.

Mama melepaskan pelukannya “Yasudah mama berangkat sekarang ya kamu baik-baik ya Kay telpon mama setiap hari.”

“Iya ma iya kalau gini terus ga selesai-selesai nanti mama ditinggalin pesawat loh,” kataku sambil terkekeh

Itulah perpisahan ku dengan mama, rasanya berat berpisah dengannya. Mama tidak mengizinkan aku untuk mengantarnya ke bandara karena mama bilang akan sedih dan takut berubah pikiran karena tidak ingin meninggalkanku. Di depan mama aku selalu berusaha untuk terlihat kuat dan baik- baik saja karena aku tidak ingin menjadi beban untuknya. Satu satunya mimpiku adalah membahagiakannya dan menuruti apa yang mama inginkan aku merasa sudah terlalu sering merepotkan nya dengan masalah- masalahku selama ini.