PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Namaku Cyborg

Namaku Cyborg

Penulis:Fabela Muslim

Berlangsung

Pengantar
Cinta, adalah kata yang membuat kita merasakan keindahan yang luar biasa. Sungguh aku sangat beruntung diperijinkan untuk bisa mengenal kata itu. Namun, dibalik itu, aku merasakan sakit yang teramat. Ketika kutahu bahwa Annie, seseorang yang telah menjadi kekasihku selama dua tahun ini, kini telah berubah. Kehalusannya kadang berubah drastis, begitu pun dengan semua tingkah lakunya. Setelah seminggu lalu dia menemuiku untuk terakhir kalinya, ia langsung menghilang begitu saja. Kabarnya, ayahnya telah mengubahnya menjadi seorang cyborg. Aku sama sekali tak habis pikir, seolah kehilangan separuh nyawa, tubuhku benar-benar lemas. Aku tak bisa melupakannya. Di manakah dia sekarang? Entahlah, tapi sesuai janjiku, kan kucari di mana pun itu, kan kukembalikan dia seperti semula, layaknya manusia biasa. Namaku aku adalah Ren, manusia yang lahir di masa depan.
Buka▼
Bab

Namaku Rey, seseorang yang lahir di era digital tinggi, juga tekhnologi teratas. Banyak orang dulu beranggapan, kalau dunia akan segera kiamat, bahkan mereka tak memiliki mimpi sedikit pun. Ternyata salah, walau mungkin benar kiamat akan segera datang, tapi setidaknya kami umat manusia telah bisa mewujudkan mimpi. Hah, mimpi? Ya, lihatlah kanan kiriku, kau mungkin akan sedikit harus berfikir jika aku menantangmu untuk membedakan mana robot dan mana manusia asli.

Kehidupan kini telah berubah, Kawan. Manusia tak lagi terlalu berguna di dunia perindustrian, atau apalah itu. Beberapa dari mereka hanya terduduk manis dengan layar hologram di depannya. Memantau kehidupan para robot yang mereka pekerjakan untuk mengurus segalanya.

Oh iya, pernahkah kalian mendengar istilah cyborg? Aku takkan menertawakan kalau kalian masih agak ragu dengan jawaban di pikiranmu. Kumaklumi dengan sangat, manusia dulu memang sangat lucu. Andai aku bisa hidup di era itu. Baiklah, sedikit kujelaskan. Cyborg merupakan panggilan untuk manusia yang memiliki bagian tubuh atau sistem yang telah dimodifikasi dengan susunan sistem robot. Atau anggap saja sebagai manusia setengah robot.

Itu mungkin hal yang mustahil bagi peradaban seabad yang lalu, lalu mulai dipikirkan oleh beberapa ilmuwan di peradaban zaman kakekku, dan itu pun mereka harus menerima kenyataan kalau mereka dianggap gila, setengah tak waras. Namun, inilah kenyataannya. Lihatlah, mereka tak hanya manusia, beberapa bagian adalah robot, dan selebihnya cyborg.

Terlihat memusingkan memang membahasnya. Maka dari itu, aku tak menuntut kalian untuk bisa mengetahui semuanya. Namun, dengan mengikuti sepenggal kisahku, tentu kalian akan lebih mengetahui tentang kehidupan di masa depan. Tenanglah, ini hanya kalimat pembuka. Selebihnya nanti, kalian akan lebih dimanjakan dengan beberapa kisah manusia dengan si robot, atau malah cyborg. Begitu pula dengan kisahku nanti.

Sebagai manusia biasa, aku masih sama dengan kalian. Aku pun mengenal kata cinta. Ternyata perubahan zaman tak juga membuat kita melupakan kata ini. Sebenarnya bukan hanya sepenggal kata, tapi banyak dari kita yang sangat menganggap ini lebih dari kata, bahkan lebih dari apa pun.

Cinta, adalah kata yang membuat kita merasakan keindahan yang luar biasa. Sungguh aku sangat beruntung diperijinkan untuk bisa mengenal kata itu. Namun, dibalik itu, aku merasakan sakit yang teramat. Ketika kutahu bahwa Annie, seseorang yang telah menjadi kekasihku selama dua tahun ini, kini telah berubah. Kehalusannya kadang berubah drastis, begitu pun dengan semua tingkah lakunya. Setelah seminggu lalu dia menemuiku untuk terakhir kalinya, ia langsung menghilang begitu saja. Kabarnya, ayahnya telah mengubahnya menjadi seorang cyborg. Aku sama sekali tak habis pikir, seolah kehilangan separuh nyawa, tubuhku benar-benar lemas. Aku tak bisa melupakannya. Di mana dia sekarang? Entahlah, tapi sesuai janjiku, kan kucari di mana pun itu, kan kukembalikan dia seperti semula, layaknya manusia biasa.

Kalian jangan mengkhawatirkanku, apa pun yang akan terjadi selanjutnya, itu semua hanya masalah takdir. Bisa saja semua mimpi yang kusebutkan di atas sirna. Juga bisa saja keadaan berbalik sempurna hingga aku harus melakukan hal yang sangat tak kuinginkan. Bukankah memang begitu rumus kehidupan? Kita hanya bisa mengikuti semuanya, juga dengan usaha yang selalu kita lakukan. Lihatlah saja nanti, apakah semua akan berjalan lancar seperti harapanku? Namun kupikirkan sendiri, jika semua akan berubah sangat drastis. Maka dari itu, kalian tak usah terlalu memikirkan jalan hidupku.

Karena aku adalah Ren, manusia yang lahir di masa depan.

***

Langit hari ini begitu cerah. Warna biru yang khas langit hanya sedikit terlapis awas tipis, yang di tengahnya terpancar panasnya sinar matahari. Memang di era ini suhu bumi meningkat drastis. Itulah salah satu hal yang paling tak kusukai dengan era ini. Aku lebih senang untuk membayangkan hidup enak dengan banyak pohon di mana-mana. Kini tidak, pohon telah dicap sebagai sesuatu yang akan punah nantinya.

Huh, sangat membosankan jika harus membahas itu. Ditambah kondisi tanah yang mulai tidak sehat, dan teknologi terus berkembang, tentu ini membuat suhu bumi meningkat drastis. Namun kuyakin, semua bisa diatasi. Akal manusia selalu lebih hebat dari apa pun. Aku sering berdebat tentang hal ini dengan Annie, kekasihku. Dia selalu menyalahkan kesombonganku saat memamerkan hasil peradaban manusia. Dia akan selalu marah jika mengatakan otak manusia tak ada batasnya. Semua akan bisa teratasi, apalagi hanya masalah sepele untuk menggantikan keadaan pohon.

Aku tersenyum membayangkan wajah cemberutnya, juga saat dia dengan nada kesalnya menjawab jika bumi akan segera hancur tanpa pohon. Entahlah, aku yang terlalu santai, atau dia yang terlalu berpemikiran jauh. Yang kutahu, sekarang aku duduk di taman kota, menunggunya. Sesuai perjanjian tadi malam, kami bersepakat untuk bertemu di sini karena jarak yang strategis di antara gedung kerja kami. Juga kecintaannya terhadap tanaman yang selalu membuat ia senang berada di tempat ini, karena terdapat beberapa pohon dan tumbuhan bunga. Di sini juga dilengkapi dengan mainan dan dekorasi peninggalan zaman dulu. Dia sangat menyukai tradisi manusia dulu.

"Sayang ...."

Aku terlonjak kaget dengan keberadaannya yang tiba-tiba telah duduk di sampingku.

Dia tertawa manis, melihat tingkahku.

Dengan berbalut dress warna biru dan bando merah yang pernah kuberikan dulu, dia terkesan sangat cantik. Tubuhnya tak terlalu tinggi, juga berperawakan kecil. Dia sangat terlihat menggemaskan seperti anak kecil saja. Padahal usianya sekarang telah menginjak 21 tahun. Berbeda 3 tahun denganku.

Dia hanya menunduk, diam. Seperti biasa, setelah lama tak bertemu, kita akan saling diam untuk pertama kalinya. Sangat berbeda dengan keadaan di room chat ataupun saat melakukan vidio call.

Aku juga masih diam, berada di keadaan gugup untuk menyapanya terlebih dulu. Aku hanya memandangnya sekilas, penampilan yang sangat sederhana. Aku sangat menyayanginya.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanyaku mencairkan suasana.

Dia tersenyum kembali, "Semua baik, bagaimana denganmu?"

"Seperti yang kau ketahui, semua proyekku berjalan dengan lancar."

Dia hanya tersenyum kecil. Sangat berbeda dengan biasanya. Ia yang selalu cerewet saat percakapan mulai dikuka, juga ia yang selalu manja di hadapanku, kini hilang semuanya. Justru terlihat sedikit pancaran kesedihan di matanya.

"Kenapa, Annie? Kau menyembunyikan apa, coba katakan," ujarku menenangkan.

"Terima kasih untuk semuanya, Ren. Aku menyayangimu .... Hiks, terima kasih semuanya yang telah kau lakukan untukku...." Annie kembali menunduk, menutupi air matanya dariku.

"Katakan dengan benar, ada apa? Kau tak boleh memendamnya sendiri, Annie." Kuelus rambutnya pelan, mencium pucuk kepalanya.

"Aku harus pulang sekarang, ayah menungguku. Terima kasih waktunya, kau telah bersedia menemuiku di sela kesibukanmu. Aku selalu menyayangimu, Ren." Dengan terburu ia meraih tasnya.

"Ikut denganku," ucapku pelan, menahan kepergiannya.

"Tidak, ayah akan marah. Ini pertemuan pribadi hanya aku dan dia. Kau kembali ke kantormu saja. Aku tak apa Ren, aku sudah dewasa, bukan seperti dulu lagi."

Aku hanya mengangguk pelan. Bagaimanapun juga kuyakin ada sesuatu yang tak beres di pertemuannya nanti. Aku harus bertindak dengan pintar, walau begitu, aku juga tahu tentang hubungan Annie dengan ayahnya.

Ayahnya pengusaha besar di bidang peralatan dan proyek perlengkapan biologis. Tentu saja, di sana juga dilengkapi dengan perawat, juga dokter yang sudah berpengalaman di bidangnya. Dalam beberapa berita, kini ayah Annie juga sudah membantu ratusan manusia yang hampir menemui ajalnya dengan memberikan sebuah sistem perobotan di saraf atau bagian yang pasien butuhkan. Bahkan dia telah mengubah beberapa manusia menjadi cyborg yang sempurna.

Begitu disayangkan, Annie sangat membenci perusahaan dan pemikiran ayahnya itu. Menurutnya manusia tak bisa disamakan dengan robot. Bahkan beberapa kali juga Annie meminta bantuanku agar bisa kabur dari kejaran sang ayah yang membutuhkannya sebagai bahan percobaan ilmu barunya.

Itulah yang membuatku sedikit bingung dengan sikap Annie barusan, aku yakin pasti ada sesuatu di sana. Aku harus membantunya.

"Annie, tunggu!" Aku berteriak kencang, memanggil Annie yang kini berada di balik mobilnya. Dia hanya menatapku sekilas, lalu meneruskan perjalanannya, takut aku paham keadaan.

"Apa yang terjadi dengannya?" Aku meremas rambut, bingung.