PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Blue Rose

Blue Rose

Penulis:xianyan6

Berlangsung

Pengantar
Alona seorang gadis yang kini umurnya sudah menginjak umur 30 tahunan, ibunya menjodohkannya dengan seorang anak dari temannya, tapi Alona menolak karna alasan belum siap tapi setelah penolakan perjodohan itu Alona menjadi sering memimpikan seorang pria yang membawa mawar biru, siapakah dia?
Buka▼
Bab

Pernikahan adalah sebuah ikatan abadi yang di idamkan oleh banyak orang, namun tidak bagi seorang gadis yang bernama Alona Namira, seorang gadis yang kini sudah berumur hampir berkepala

tiga.

Alona memiliki dua bersaudara satu laki-laki dan satunya perempuan.

yang laki laki bernama Adrian Purnama berumur 27 tahun sudah menikah di umur 25 tahun, sudah mempunyai seorang putra berumur satu tahun.

Sedang kan adik bungsu bernama Adinda Lestari berumur 24 tahun, namun memutuskan untuk menikah muda di umur 20 tahunan dan sudah dikaruniai seorang putri yang kini sudah berumur 3 tahun.

Meski kedua adiknya sudah menikah bahkan sudah memiliki keturunan. Tak membuatnya iri dan ambil pusing. Namun berbeda dengan ibunya, Eriska. Beliau sudah berusia awal 50 tahun. Meski sudah berumur namun kecantikan nya masih terjaga apik

Bu Eriska merasa risih dengan mulut para tetangga yang mengatakan bahwa selera putrinya terlalu tinggi hanya karena memiliki gelar seorang dokter. Padahal penampilan nya biasa-biasa saja. Di tambah sifatnya yang dingin dan terlampau jutek membuat pria enggan untuk mendekatinya.

Namun nyatanya ia bukan lah seorang pemilih. Salahkan saja wajahnya yang dingin dan jutek, bukan salahnya jika ada pria yang menggodanya

secara tak senonoh, apalagi tatapan mesum yang mereka berikan padanya, tentunya saja ia akan membalasnya dengan tatapan dingin dan menusuk. Namun orang selalu salah mengartikan tindakan yang menurutnya untuk membela diri.

' Kukuruyuuuuuk' , dering ponselnya berbunyi. disana tertera IBu memanggil.

Orang -orang dirumah sakit memadanginya aneh, sebab mereka terlonjak kaget mendengar kokokan ayam jantan yang berasal dari ponsel Alona. Ia menghiraukan tatapan aneh padanya dengan menganggkat telpon dari ibunya.

" Halo bu, ada apa? Tumben "

' Uhuk uhuk uhuk ' bu Eriska terbatuk.

" Ibu kenapa? Ibu sakit? Sudah di bawa kedokter belum? " Tanya nya khawatir.

" Ibu hanya kangen sama kamu uhuk uhuk uhuk, minggu depan kamu bisa pulang tidak uhuk uhuk uhuk, ada yang mau ibu bicarakan sama kamu ?,"

" Apa itu ?"

" Pulang lah terlebih dahulu uhuk uhuk ibu nggak bisa jelasin lewat telpon. "

" Ya sudah nanti aku pulang, sudah minum obat? "

" Sudah, ya sudah cuman itu yang mau ibu bilang, maaf ibu sudah ganggu waktu kamu kerja ,"

" Nggak apa-apa kok, kebetulan lagi senggang.,"

" Ya sudah ibu tutup yah telpon nya,"

" Iya ,"

Panggilan itu terputus ,menyisakn sejuta pertanyaan dalam benaknya.

Akhir pekan.

Setibanya dirumahnya tubuhnya di seret oleh adik perempuannya Adinda. Dengan cepat adiknya melepaskan semua bajunya dan menggantinya dengan baju kebaya. Alona hanya bisa mematung.

Tak lama kemudian terdengar sebuah deru mesin mobil yang terpakir di halaman depan rumahnya. Terdengar pula ibunya sedang berbasa basi dengan seseorang.

" Nana ! " Panggil bu Eriska.

Dengan sigap tangan Adinda mendorongnya keluar dari dalam kamar. Sekali lagi Alona hanya terdiam kebingungan.

" Sini," panggilnya lagi.

Alona hanya bisa menurut, ia berjalan menghampiri mereka, disana sudah terdapat satu pasangan orang tua, dan seorang lelaki yang menatapnya lekat.

" Ini anak yang saya ceritakan, nama nya Alona. Kami biasa memanggilnya dengan panggilan Nana, Nana juga seorang dokter di rumah sakit pusat kota ,"

Mereka hanya bisa membulatkan mulutnya.

" Kalau ini anak kami namanya Arya Nurijan ," kata Bu Iis. "

Setelah selesai berbincang-bincang mereka langsung mengatakan maksud kedatangan mereka.

" Bagaimana nak? apakah nak Nana bersedia menerima pinangan dari kami?" Kata pak Nurijan.

Alona terdiam ia masih kebingungan dengan apa yang sedang terjadi, bahkan ia merasa kalau ini adalah sebuah mimpi belaka. Namun ibunya mencubit pinggangnya yang terasa sakit. ' ternyata bukan mimpi ' batinnya.

Ia menoleh kearah ayah dan ibunya secara bergantian, ayahnya hanya tersenyum sedangkan ibu nya mengangguk dengan antusias.

Matanya sesekali melirik ke arah Arya .

Alona menghela nafas lalu berkata." Untuk sebelumnya saya ingin meminta maaf terlebih dahulu " perlahan mengangkat wajahnya " karna saya menolak pinangan dari kelurga Bapak ,"

Hening tak ada jawaban.

" Loh kenapa Nana ?,.. Apa anak kami tak pantas bersanding dengan mu atau apa ?" Tanya bu Nurijan raut wajahnya dipenuhi rasa pensaran.

Alona menggelengkan kepalanya. " Bukan itu, malah sebaliknya, saya lah yang tak pantas bersanding dengan putra kalian,"

Mereka terdiam.

*

*

Tok tok tok ' pintu kamar Alona di ketuk ,

Alona menoleh dan mendapati ibunya. Ia kemudian bangun dan mengambil posisi duduk.

Bu Eriska membawakannya buah-buahan wajahnya terlihat sangat muram.

" Bu !" Panggilnya.

Bu Eriska menoleh, lalu mengabaikannya

" Maafin Nana bu," lirihnya. " Sudah buat kalian kecewa," sambungnya. Kepalanya tertunduk .

Bu Eriska berjalan menghampinya. Ia duduk disamping Alona.

" Kamu tuh nyari yang bagaimana lagi ? padahal Arya anak nya baik loh, tampan, dia juga pengusaha. Ibu jamin dia pasti bisa jagain kamu dengan baik, lagi pula kan kamu kan sudahh cukup umur. Sudah waktunya juga kamu untuk menikah bahkan mungkin seharusnya kamu sudah punya dua anak. Dulu waktu ibu seumuran kamu, ayah dan ibu sudah memiliki kalian bertiga.," Terangnya.

Alona menghela nafas. " Aku nggak nyari yang gimana-mana kok bu, aku cuman belum siap saja ,"

" Belum siap apa nya!, Umur kamu sudah mau berkepala tiga apalagi yang belum kamu siapkan, Adik-adik mu saja sudah menikah bahkan sudah memiliki anak, kamu tahu ? si Siti anak nya bu Aminah yang baru berusia 18 tahun saja sudah menikah kemarin, memang nya kamu menunggu apa lagi? kamu tuh jangan mikirin terus masa lalu ,"

" Bu, umur bukanlah menjadi penentu seseorang harus menikah. Meski sudah berumur bukan berarti harus menikah. Apa salah jika aku masih trauma?,"

Katanya ia menatap serius mata ibunya.

Bu Eriska gelapapan tak tahu harus menjawab apa?