PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Kupu Kupu Malam

Kupu Kupu Malam

Penulis:Yellizen

Berlangsung

Pengantar
Ingin memiliki anak tetapi tidak mau menikah, sungguh pemikiran yang aneh. Begitulah yang dialami Tong nian, ia ingin sekali mempunyai anak, namun belum menikah. Jangankan menikah, pacar saja tidak punya. Ia tidak mau membuang waktunya untuk sekedar pacaran, apalagi menikah, yang harus hidup di bawah kaki suaminya. Ia hanya ingin memiliki anak dan hidup bahagia, tanpa perlu memikirkan suami ataupun mertua. Tekadnya sudah bulat, tidak bisa diganggu gugat. Ia seperti Kupu-kupu malam yang mencari mangsa untuk mendapatkan bibit unggul. Tong nian, melancarkan serangannya kepada seorang lelaki yang ditemuinya di Hotel. Ia menghabiskan malam penuh gairah untuk sekedar mendapatkan keinginan itu. Setelah malam penuh gairah, ia memutuskan pergi dari Negaranya agar tidak dicari atau diminta ketika anaknya lahir. Lima tahun kemudian, Tong nian memutuskan balik ke Negaranya, lantaran. Finansialnya tidak mendukung di Negri orang. Kini Kupu-kupu malam, sudah kembali dengan membawa sang buah hati. Garis kehidupan menghubungkan mereka kembali, sayangnya, Pria yang dia hinggapi dulu, sudah bertunangan, yang akan menjalani kehidupan baru. Apakah Tong nian akan bersatu dengan Pria yang dulu demi Anaknya? Atau garis takdir mereka tidak bisa bersatu kembali…*..* Yuk langsung baca kakak. Happy reading sis. Ilustrasi cover by Canva. Yellizen. 19/7/2021.
Buka▼
Bab

Sebuah kapsul kecil, sudah mendiam di tas mungil yang berwarna putih. Detak langkah, mulai tidak terdengar, menandakan seseorang sudah memasuki mobil. Senyumnya, mulai terukir melihat ke sisi. "Yakin?" pembukaan kata, yang membuat senyum itu memudar. Tidak ada jawaban? Sekali lagi bertanya dengan nada cukup keras.

"Tong nian! Apa kau sudah gila!" semburan itu. Datang dari orang, yang duduk di sisi Tong nian. Gadis ini, menyentuh dagunya, memandang penuh arti. Ia mulai membuka bibir. "Ren ji, kamu tidak perlu khawatir, ini adalah keinginanku! Aku tidak mau sepertimu, membuang waktu untuk mendekati seorang pria dan mulai menjalin hubungan, aghh! Itu pun tidak tentu hasilnya. Jika bisa, langsung membuahi kenapa tidak?" Tong nian melepas jari di dagu Ren ji. Ia puas sekali mengungkapkan perkataannya.

Ren ji tidak bisa bicara lagi, ia menjalankan mobilnya ke Hotel Li Bai, mereka sudah memutuskan ikut di acara perayaan yang digelar orang-orang kelas atas di Hotel itu. Tong nian, mau mencari mangsa disana. Entah, apa yang dipikirkan gadis ini, ia ingin sekali memiliki seorang anak dan hidup bahagia. Ia tidak mau memikirkan bagaimana caranya untuk mendekati seorang pria? Menjalin hubungan. Mempertahankan hubungan, bukankah itu sangat melelahkan? Baginya, pacaran itu membuang waktu. Belum tentu akan hidup bersama. Tetapi, ia juga tidak suka menikah, itu pasti dirinya akan berada di bawah kaki suaminya.

Maka dari itu, ia melancarkan serangan untuk mencari bibit unggul. Menghinggapi salah satu pria yang dia lihat. Pemikiran ini, sudah ia pikiran dari umur belasan tahun, hingga baru berani mewujudkannya setelah berumur 22 tahun. Ia sudah siap mengambil resiko yang ada. Ia bahkan, tidak sabar menjalani hidup bersama dengan sang anak. Tanpa embel-embel suami atau mertua yang cerewet. Ren ji teman Tiong nian harus ikut andil dengan pemikiran sahabatnya ini. Bagaimana tidak, keluarga Ren ji juga salah satu dari undangan itu. Tong nian sudah memohon untuk diajak. Jangan tanya, dia dapat atau tidak undangan itu, dia seorang gadis yang biasa. Tentu saja, jawabannya tidak.

---

Mata Tong nian sudah mau melompat, melihat kemewahan di dalam pesta sebulan sekali, yang diadakan para kalangan atas. Ia menarik tangan Ren ji, menunjuk salah satu pria yang tampan. "Jiji lihat itu, ganteng banget, apa aku cari dia?" Ren ji tidak menyahut, ia lebih dulu menoyor kepala Tong nian.

"Awww," melihat Tong Nian sudah memejam dan mendesis. Jiji menurunkan tangan dan mencubit lengan Tong nian. "Jangan pria itu, kamu tahu dia itu playboy. Agh! Tidak tahu sudah berapa kehidupan dia tanam di kebun orang lain." melirik ke perut Tong nian. Lirikan ini diikuti oleh Nian, ia menelan saliva dan berjalan ke samping, untuk memuaskan perut sebelum melakukan keinginannya.

"Ya sudah! Pokoknya aku harus mencari pria yang tampan! Jika perlu, ada aktor atau model juga gak papa. Walaupun, dia tidak memiliki uang, tidak apa-apa. Aku hanya mau, mencari bibit unggul saj...ja." celotehnya menjadi terpecah di akhir kalimat. Matanya langsung tertuju, ke pria yang baru datang. Jiji mengikuti lirikan mata Nian, ia tersenyum dan mendesus ke telinga Tong nian. 'Jika itu yang kamu mau, tolong kasihani nyawamu, kamu tidak bisa mendekati lelaki itu. Bahkan, baru 5 meter saja kamu sudah dihempas.' Desusan ini membuat Tong nian semakin penasaran.

"Egh, egh! Kemana pria itu?" Jiji merangkul Nian dan berjalan kedepan, acara sudah dimulai. Tong nian kehilangan pria itu. Ia sekali lagi melihat para tamu undangan. Sudah hampir 3 jam, mataya memilih pria terbaik, diantara yang terbaik, serasa kelopak matanya mengendur. "Emm, pria itu lumayan ak--" Jiji langsung memotong ucapan Nian, sambil menaruh gelas wine. "Jangan bilang, saking putus asanya, kamu mau sama pelayan juga? Aisggh, apa kamu temanku atau bukan sih! Makanya, punya keinginan jangan yang aneh-an…"

Tong nian tidak mau mendengar ocehan Jiji, ia sudah menjejalkan kue ke mulutnya. Tangan yang memegang kue itu perlahan menurun, matanya, terus fokus ke satu objek di depan sana, tepatnya di sudut ruangan. Tak terasa, Tong Nian sudah menggigit jari, mengeluarkan ekspresi yang mengerikan. Seperti, sesuatu yang besar akan terjadi. "Ah ya, kamu tahu dia siapa?"

"Kamu kenal?" bola mata Tong Nian penuh harap. Agar Jiji cepat menjawab. "Dia itu dari keluarga Lu, kamu tahu itu loh, keluarga Lu yang memproduksi kerajinan keramik, kamu lihat semua piring dan gelas cantik itu, hasil dari keluarganya. Eghhem! Jika mencari bibit unggul...sudah jelas, jatuh kepadanya. Latar belakang oke, pastinya..." Jiji melirik ke Nian, dan mereka mengarahkan pandangan penuh ke arah lelaki itu.

"Wajah oke!"

Mereka berbicara bersamaan, memuji ketampanan pria itu. Jiji menghela napas, setelah mengucap kata itu, Nian melirik ke helaian napas itu, wajahnya menuntut ada apa? Jiji mulai menjelaskan lagi. "Tapi, simpan saja kemauanmu itu, kamu tahu, di usianya yang sekarang. Dia belum pernah, dikabarkan memiliki seorang pacar atau sekedar wanita panggilan. Kamu tahu itu apa? Karena dia belok!" pupil Tong nian langsung membesar. Ia merinding, melihat pria yang berdiri di sudut ruangan, sangat menyia-nyiakan rupa.

Kepalanya menggeleng, jari jemari Tong nian sudah meremas tangan Jiji, yang membuatnya kesakitan. "Sialan! Dia mengacaukan wajah tampan rupawan itu. Aku harus menyelamatkan bibit unggul!" air muka Tong nian, membuat Jiji bergidik ngeri. Bisa-bisanya ia memiliki teman mesum begini. Nian, mulai mendekati pria yang dipanggil Tuan Lu. Benar kata Jiji, keluarganya adalah pengrajin terkenal di Negara ini. Semua barang produksinya, berkualitas, membuat harga barang menjadi paling mahal dari yang lain. Tentu saja, keunikan produk dari keluarga Lu yang menjadi daya tarik tersendiri.

Merapikan diri, berjalan penuh manja yang mendekati Tuan Lu, baru saja mata mereka saling bertemu. Tuan Lu sudah kabur, Tong nian menggeleng sekali lagi, mengatur napas yang mengeluarkan sesuatu di tasnya. Ia mengikuti Tuan Lu yang menjauhi dirinya. "Jangan pergi, kau mangsaku!" ia bergumam dan mengambil salah satu gelas terus menyusuri Tuan Lu. Sungguh, kaki panjang tuan Lu, membuat Tong nian harus berlari.

---

Tong nian, semakin mengejar tuan Lu, sampai di lorong pun. Ia masih mengejarnya. Tuan Lu merasa ada yang mengikutinya, ia berbalik dan menyuruh wanita aneh ini tidak mengejarnya lagi. "Cih! Jangan mendekatiku! Menjijikan!" nadanya begitu dingin. Apalagi, perkataan itu sangat menusuk hati Tong nian.

"Aghh! Aisghh! Hey! Harusnya, kau bangga aku mendekatimu! Aghh! Aku tidak menyangka, kau menyia-nyiakan wajahmu! Tapi, sebelum kau sepenuhnya berbelok. Pastinya, aku sudah mendapatkan bibitmu!" tanpa malu. Tong nian langsung menunjukan keinginannya. Tuan Lu tidak bisa bicara, entah, dirinya tidak mengerti perkataan Tong nian. Atau ia memilih diam.

Tong nian, tidak bisa menerima acuh tak acuh dari tuan Lu. Ia mendekat, ingin memberinya minum. Ia harus berlari mengejar Tuan Lu, untung saja, ujung jari menyentuh jas belakang Tuan Lu, sehingga ia bisa menangkapnya. Tangan itu langsung ditepis, oleh Tuan Lu tanpa rasa kasihan. Ia memberi sorotan jijik, darah Tong nian semakin mendidih, ia semakin menjejalkan minuman itu kepada Tuan Lu.

"Minum ini cepat! Nanti kita akan bercocok tanam!" mendengar saja malu. Apalagi mengucapkan kata itu. Tuan Lu langsung menampar gelas itu yang jatuh kebawah. Matanya terus bergulik, ia tidak sanggup berurusan dengan gadis ini, yang tidak tahu malu. Omongan yang keluar dari mulutnya, tidak di filter. "Yah! Aku sudah susah payah memberimu minum, tapi kau tidak mau, aaagh, apa kamu mau kirim dari sini, hahahahha!" tawa jahatnya sudah bergema. Ia memainkan bibir, membuat Tuan Lu menjadi waswas.

"Gadis gila!"

Ia memekik kepada Tong nian. Memilih pergi, menuju kamar peristirahatannya, menghindari gadis seperti ini. Dia benar-benar gila, di mata Tuan Lu, napas Tong nian menjadi memburu, ia memperhatikan Tuan Lu membuka pintu, baru tangannya saja mendarat di gagang pintu, ia kembali menarik lengannya, membuat tuan Lu berbalik. Lagi-lagi, lengan itu dihempas!

"Bajingan! Apa kau bisa menolak ini!" Tong nian tidak kehilangan akal, ia sudah membawa kapsul cadangan, untuk menaikkan hasrat lawan jenisnya. Tong nian, memakan kapsul itu. Mendekati tuan Lu yang sudah tersandar di pintu. Seringai jahat sudah terpancar, kapsul itu sudah ada dalam bibirnya, namun belum sepenuhnya tertelan, sekarang, tinggal mentransfernya lewat indra bicara kepada Tuan Lu.

"Jangan mend--"

keheningan menyelimuti kedua insan ini. Sungguh, tidak bisa diragukan lagi nyali Tong nian. Ia memindahkan kapsul itu. Mulut mereka bertemu, detik ini, tuan Lu mendiam. Tong nian, kembali melakukan aksinya namun sudah di didorong dengan kuat, ia sudah terjatuh ke lantai.

"Awghh! Apa kau gila!"

Mendengar bentakkan itu, tuan Lu tidak terima, seharusnya dia yang bilang begitu. "Tidak berkaca!" ia menyegak Tong Nian. Namun ada yang aneh, ia tidak bisa menjelaskannya. Sudah ada sunggingan bibir milik Tong nian. Rasanya, raut wajahnya sudah menuliskan 'berhasil.' Ia bangkit, melihat tuan Lu mulai kehilangan kesadaran.

"Hahahha, waktunya membuat bibit!" lagi dan lagi. Perkataan memalukan ini keluar dari mulutnya. Ia menyeret tuan Lu kedalam, yang sudah meletakkan sidik jari tuan Lu di pintu. Guna memasuki kamarnya. Ia sudah berada di dalam kamar tuan Lu. Ia melempar tuan Lu ke atas ranjang, pandangan tuan Lu semakin kabur, ia mengerjap-ngerjapkan kedua bola mata. Bayangan gadis itu terus berputar di hadapannya, yang samar-samar. Tetapi, senyum liciknya menghiasi ekspresi gadis ini. Menyaksikan tuan Lu yang mulai kehilangan kesadaran, Tong nian mulai…*..*