Matahari siang ini berkobar-kobar di langit. Ivania berdiri di depan pintu butik dan melihat sepasang insan manusia saling berciuman di dalam mobil yang diparkir di pinggir jalan. Ivania merasakan sesuatu yang dingin menusuk tulang di sekujur tubuhnya.
Hari ini, Ivania dan tunangannya berencana untuk mencoba gaun pengantin di butik, tapi dia tidak menyangka akan melihat adegan menjijikkan seperti ini.
Pria itu mencium wanitanya dengan penuh gairah dengan punggungnya menghadap Ivania. Sedangkan wanita itu menanggapi dengan hangat dan memberi senyum licik melalui jendela pada Ivania.
Ivania merasa seolah-olah dia telah disambar petir. Dia tidak menyangka bahwa saudara perempuannya adalah orang yang menggoda tunangannya!
Air mata tiba-tiba mengalir di wajah Ivania. Dia menggertakkan giginya dan merasa malu serta marah.
Dia sangat bodoh!
Ravi telah mengiriminya pesan lima menit yang lalu dan berkata tidak sabar untuk melihatnya dalam gaun pengantin. Ivania turun ke bawah untuk menunggunya tanpa berpikir dua kali.
Gaun pengantin yang ia kenakan sekarang telah menjadi lelucon terbesar. Ivania langsung mengerti apa yang telah terjadi.
Erina adalah orang yang mengiriminya pesan teks. Dia ingin Ivania turun dan menyaksikan adegan itu secara langsung agar bisa memamerkannya. Erina dan ibunya tidak hanya mengendalikan ayah Ivania, mereka bahkan mengacaukan pertunangannya!
Satu hal yang membuat Ivania semakin kecewa adalah pengkhianatan Ravi.
Ravi tahu dengan nelas Ivania membenci Erina. Namun Ravi telah bersekongkol dengan Erina dan menikam Ivania dari belakang.
Ivania merasa seolah-olah dia baru saja mengalami mimpi buruk. Dia takut emosinya akan lepas kendali dan bertindak tidak rasional. Oleh karena itu, dia harus melarikan diri dari tempat kejadian sebelum Ravi menemukannya.
*
Tidak butuh waktu lama bagi Erina untuk menelepon Ivania. Suaranya dipenuhi dengan kebanggaan dan provokasi.
"Adikku sayang, kau sudah melihat semuanya, bukan? Ravi selalu mencintaiku. Jadi, dia tidak akan menikahimu. Aku juga tidak akan membiarkannya menikahimu. Dia milikku. Menyerahlah!"
*
Sepanjang sore, Ivania berjalan di jalanan, menyeret gaun pengantinnya dalam keadaan sedih. Air matanya mengalir di wajahnya. Dia sama sekali tidak menyadari tatapan dari orang-orang yang lewat.
Saat dia melewati sebuah kelab, dia masuk dan memesan banyak anggur. Ivania minum dan menangis seolah-olah dia mencoba membius dirinya sendiri dengan alkohol.
Akhirnya dia mabuk malam itu dan tertidur di sofa di kamar pribadi.
Keesokan paginya, Ivania terbangun oleh nada dering teleponnya.
Dia mengangkat panggilan itu setengah sadar. Sebelum dia bisa berbicara, suara marah Ravi datang dari seberang telepon. "Ivania, di mana kamu? Apa kamu tahu aku menunggumu di butik sepanjang sore kemarin? Aku pikir kita tak perlu menikah karena kamu tidak menganggapnya serius!"
Ivania segera tersadar, hatinya penuh dengan kesedihan dan kekecewaan.
Pernikahan ini… Ivania tidak ingin menikah sejak kemarin!
Setelah menutup telepon, Ivania pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Dia meninggalkan ruangan dan siap untuk membayar tagihan.
Sosok pria tinggi berjalan ke arah Ivania ketika dia tiba di koridor.
Ivania tidak menyadarinya sampai pria itu berada di dekatnya. Dia mendengar asistennya berkata dengan hormat di belakangnya, "Direktur, Tuan Besar mengatakan pada saya bahwa jadwal utama anda hari ini adalah untuk mendaftarkan diri dengan nona keluarga Wijaya di Biro Urusan Sipil dan makan malam untuk perayaan bersamanya."
"Aku tidak punya waktu." Pria itu membuka bibir tipisnya sedikit, suaranya sangat dingin.
"Tapi… Tuan Besar meminta anda harus segera menikah. Jika anda tidak menyukainya, Ketua bisa mengirim wanita lain untuk anda pilih." Asisten menyampaikan kata-kata Tuan Besar dengan hati-hati dan berkeringat dingin.
"Huh! Dia tidak akan menyerah! Pilih saja wanita mana pun di lingkaran selebriti, selama itu bukan wanita yang dia pilih. Aku ingin dia benar-benar menyerah."
Pria itu mendengus dingin. Tindakannya sangat cepat dan tegas.
Asisten itu tertegun di tempat. "Direkturnya... Anda tidak bercanda, kan?"
"Apa aku terlihat bercanda?" Mata pria itu semakin dingin.
Tapi... ini merupakan masalah penting dalam hidup. Bukankah dia sedikit terlalu tergesa-gesa?
Evan ingin mengatakan sesuatu, tapi segera menutup mulutnya sendiri. Dia ingin membujuknya, tapi ketika melihat ekspresi tegas bosnya, dia berhenti bicara dengan patuh.
Pada saat itu, Ivania tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat pria di sampingnya. Dia adalah pria yang luar biasa dengan pahatan wajahnya yang sangat tampan dan indah. Dia memiliki bibir tipis, hidung yang tajam dan alis yang melengkung. Tatapannya dalam dan tak terduga.
Dia mengenakan setelan yang disesuaikan yang membuatnya terlihat tinggi dan tampan. Dia dingin dan tidak bisa didekati, seperti seorang raja yang bermartabat dan tidak bisa diganggu gugat. Dia memancarkan rasa menyendiri dan auranya menakutkan.
Ivania mengenali pria itu. Dia adalah Leonardo Abraham, Direktur utama di perusahaan Miracle Corp.
Leo sangat terkenal di kalangan hiburan, namun dia adalah orang yang sangat rendah hati yang jarang muncul di depan umum. Ivania pernah bertemu dengannya sekali ketika ia masih menjadi jurnalis magang.
Dia tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini!
Mendapati bahwa Leo telah melewatinya, Ivania muncul dengan rencana yang berani.
Leo sedang mencari seseorang untuk dinikahi. Secara kebetulan, Ivania juga dikhianati oleh tunangannya. Tidak ada penghalang emosional di antara mereka berdua. Sangat mungkin bagi mereka untuk membentuk sebuah tim.
Satu hal yang paling penting, Ivania ingin Erina tahu bahwa meskipun telah kehilangan Ravi, dia masih bisa menemukan pria yang lebih luar biasa. Selain itu, dia juga ingin Ravi menyesali tindakannya!
Dengan pemikiran itu, Ivania segera menghentikan Leo dan membuka mulutnya. "Direktur Leonardo, tolong tunggu sebentar."
Note: Halo, ini novel pertamaku yang merupakan karya terjemahan dan bekerja dengan Hotbuku. Aku harap kalian menyukainya dan jangan lupa tinggalkan komentar , ya