PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Pernikahan Sandiwara

Pernikahan Sandiwara

Penulis:Jeno Jennie

Tamat

Pengantar
Melissa merasa hidupnya jungkir balik dalam semalam. Tiba-tiba dia terbangun di dalam sebuah kamar mandi bersama pria asing yang mengaku sebagai suaminya! Betapa terkejutnya Melissa bahwa ternyata dia secara ajaib berada di tubuh gadis bernama Alice, istri pria tersebut. Parahnya, ternyata pernikahan mereka hanyalah sebuah hubungan sandiwara karena 'suaminya' menikah dengan dirinya hanya untuk mendapat warisan. Bagaimana Melissa yang kini menghuni tubuh Alice menjalani semua kekacauan ini?
Buka▼
Bab

Part 1.

"Di mana ini?"

Melisa yang baru saja terbangun mengerjap beberapa kali dengan satu tangan memijat kening, diedarkannya pandangan ke seluruh ruangan yang tampak asing di matanya tersebut.

"Kapan aku berada dalam bak mandi?" bisiknya kebingungan saat mendapati tubuhnya saat ini ternyata tengah berendam di sebuah bathub mewah dengan busa sabun memenuhi bak mandi tersebut dan aroma harum yang membuat tubuhnya rileks.

Baru saja gadis itu memejamkan mata untuk menikmati berendam di air hangat dengan aroma harum tersebut, terdengar seseorang menggeser pintu.

Kedua netra gadis tersebut langsung terbelalak shock saat melihat seorang prai dengan santai membuka pembatas antara kamar mandi dan bathtub tempat dia sekarang berada, lalu melenggang dengan acuh tak acuh menuju ke arahnya.

Refleks, Melissa pun mengambil sikap waspada seraya menutup buah dadanya dengan kedua tangan.

"S-siapa anda?" tanyanya penuh curiga.

Sosok pria bertubuh tinggi dengan kulit putih semulus batu giok dengan wajah yang luar biasa tampan itu hanya menatap dirinya acuh tak acuh.

Sementara Melissa balas memandang dengan mulut melongo lebar dan rahang hampir jatuh.

Seumur hidup baru kali ini dia melihat pria setampan itu!

Siapa orang asing ini? Bagaimana bisa dia berada di dalam sini bersamanya?

Melissa tanpa sadar menelan ludah saat sekali lagi menatap pria setampan dewa yang kini berdiri di depannya tersebut.

Seluruh inci tubuhnya mengeluarkan aura berkuasa, dan rasa manis uang.

Namun, saat gadis itu menatap tengah matanya yang gelap, rasa terintimidasi memenuhi dirinya.

Pria ini mempunyai aura seperti bos besarnya di kantor, yang membuat Melisa bahkan tidak sanggup mengangkat kepalanya saat sosok itu berjalan di sekitarnya.

Pria yang kini hanya memakai handuk mandi tersebut, hanya mengangkat satu alisnya melihat reaksi terkejut Melissa dan terus berjalan mendekat dengan santai.

"H-hey! Apa yang Anda lakukan?!"

Melissa menjerit kaget saat pria itu dengan penuh percaya diri masuk ke dalam bathub dan bergabung bersama dirinya.

Air dalam bathtub sedikit meluber keluar saat sosok tinggi dengan perut sixpack itu duduk di sana.

"S-siapa Anda? Bagaimana bisa Anda mandi di sini bersama saya?!"

Pekikan histeris dari mulut Melissa tersebut tak diindahkan oleh pria itu, dia malah memainkan busa sabun di bathub sebelum menatap angkuh kepada Melissa yang shock dengan kedatangannya.

Auranya yang maskulin, membuyarkan akal sehat gadis tersebut.

Spontan, dia pun mundur dengan ekspresi ketakutan karena tiba-tiba merasa terancam, menyebabkan punggung menabrak pinggiran bathub yang tidak begitu luas untuk ditempati dua orang seperti saat ini.

Pria itu mencondongkan badan ke depan, ekspresi acuh tak acuhnya tetap tak berubah, tatapan dinginnya itu seakan mampu membekukanku tulang, tapi saat ini, ada sedikit kilatan tertarik di sudut matanya.

"Alice."

Suara yang keluar dari pria itu berat, tapi anehnya terdengar seksi dan macho. Namun, juga mengancam.

"Jangan coba-coba memancing emosiku," bisiknya dengan nada tajam.

Setelah mengatakan itu, pria asing tampan tersebut memainkan rambut kemerahan miliknya yang basah, memilinnya dengan jemari sebelum melayangkan tatapan tajam pada Melissa yang seketika terkesiap kaget.

"Saya ... saya tidak sedang memancing emosi Anda, Tuan. Saya hanya bertanya kenapa Anda berada di sini bersama saya?"

Melisa memberanikan diri untuk bertanya karena dia merasa sangat kebingungan dengan apa yang sedang dialaminya sekarang.

Ditambah lagi, kepalanya yang berputar-putar ini benar-benar menambah runyam suasana.

"Aku bukan pria yang bisa kamu ajak bermain-main, ingat itu, Alice."

Kening Melissa berkerut saat pria yang kini tampak ingin menerkamnya tersebut terus memanggil dirinya dengan nama Alice, alih-alih Melissa.

"Alice? Tapi saya ... nama saya bukan—"

"Tidak usah mengajakku berbasa-basi. Hubungan kita tidak sedekat itu," potong pria itu dengan suara dingin yang seketika membuat Melissa menutup mulutnya rapat-rapat.

Pria asing tersebut kini mendekatkan tubuh sehingga jarak kami tersisa beberapa centimeter saja.

Meski tak ada tempat untuk melarikan diri, Melissa menciutkan badan agar tak bersentuhan dengan dirinya, membuat pria asing itu menyipitkan mata.

"Apa yang sedang kamu lakukan ini? Beginikah sikapmu pada suami sendiri, Alice?" desahnya dengan suara lelah.

Dia menyugar rambut cokelatnya ke belakang dengan kening sedikit berkerut. Seperti benar-benar lelah menghadapiku.

"Suami?! Saya ... saya belum menikah!"

Melissa menjerit sampai tak sadar berdiri sehingga dua gundukan besar di dadanya terpampang indah.

Buru-buru gadis itu menutupi dengan kedua tangan dan menggeleng dengan panik kepada pria tersebut.

"Tolong jelaskan kepada saya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Anda memanggil saya Alice? Dan ... kenapa Anda bilang bahwa saya adalah istri Anda? Sungguh, saya belum pernah menikah!"

Melissa kembali duduk dan membenamkan setengah tubuhnya ke bathub karena malu tak memakai busana di hadapan pria asing.

Lelaki tampan itu malah tersenyum sinis, semakin mendekatkan tubuhnya ke arahku hingga menyisakan jarak sejengkal saja.

Tangannya yang besar tersebut merengkuh dagu Melissa sehingga gadis itu mendongak menatap wajahnya.

"Kamu bukan Alice? Lalu siapa? Apa kamu sekarang sedang berakting amnesia agar bisa lepas dari tanggung jawabmu sebagai istri, hm?"

Dia terkekeh pelan, tapi sedetik kemudian melayangkan tatapan mengancam setajam elang.

"Jangan coba-coba mempermainkan aku, Alice," ancamnya seraya mencengkeram dagu gadis tersebut sampai Melissa meringis pelan menahan sakit.

Sosok itu menyugar rambut kecoklatan miliknya yang kini sedikit basah, tersenyum sinis ketika menatap sorot ketakutan di mata Melissa dan melepaskan cengkeramannya.

"Kamu belum menikah katamu? Lucu sekali. Kita bahkan baru saja mengikat janji pernikahan beberapa jam lalu!"

Pria dengan tatapan sinis itu semakin mendekat sehingga tak ada jarak antara wajah mereka, sedang Melissa, hanya bisa mengalihkan pandang saat jemari rampingnya menelusuri pipi.

"Cepat selesaikan mandimu dan lakukan tugas sebagai istri sebagai ritual malam pertama kita. Atau ... kau ingin aku melakukannya di sini?"

Sekujur tubuh tiba-tiba merinding mendengar suaranya tersebut.

Malam pertama?

Di sini?!

Ini gila!

"Saya ... saya tidak berbohong!" jerit Melissa dengan putus asa, mencoba menghindar dari sosok yang terus menekan dirinya secara fisik dan mental tersebut dengan mendorongnya mundur.

Sayang, dadanya begitu kokoh, tangan mungil gadis itu tak sanggup membuat sosok di depannya bergerak mundur bahkan seinci pun.

"Kapan kamu berkata jujur memangnya?"

Lelaki asing itu berbisik di telinga dengan nada penuh sarkasme, membuat seluruh tubuh gadis itu gemetar karena rasa takut akan auranya yang menekan.

"Saya benar-benar berbicara jujur, Tuan. Anda mungkin salah orang, saya bukan Alice yang Anda kenal. Saya—"

"Ya Tuhan!"

Melissa menjerit kaget saat tiba-tiba pria itu bangkit dan menggendong tubuhnya yang tak terlilit sehelai benang pun.

Sensasi kulit yang saling bertemu, membuat dada Melissa berdesir pelan.

Seumur hidup baru kali ini dia sedekat ini dengan pria!

Pria yang tubuhnya bagian bawahnya terbalut handuk tersebut, membawa Melissa ke depan sebuah kaca setinggi tubuh manusia yang memantulkan refleksi mereka berdua.

Melissa seketika terbelalak kaget saat mendapati bahwa wajah gadis yang berada di cermin tersebut, bukanlah wajahnya, tapi orang lain.

B-bagaimana mungkin ini bisa terjadi?!

Dia masuk ke dalam tubuh orang lain?

Ini ... ini mustahil!

"Kalau kamu bukan Alice, lalu siapa?" desis pria iru dengan suara tajam dan sinis.

Melissa hanya bisa menelan ludah dengan wajah pucat tanpa bisa mengatakan apa pun.

****

Next.