PopNovel

Baca Buku di PopNovel

CEO Ku Yang Gila

CEO Ku Yang Gila

Penulis:RnD Chn

Berlangsung

Pengantar
Marisa adalah wanita yang kurang beruntung dalam hidupnya. Sejak kecil, dirinya mengalami nasib hidup yang tidak baik. Pahit getir kehidupan sudah dia lama jalani. Berbagai pekerjaan sudah dia jalani, tetapi tidak ada satupun yang bertahan lama, hingga suatu saat Marisa melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta ternama di ibukota. Marisa bertemu dengan CEO dari perusahaan tersebut. CEO tersebut bernama Ryan, seorang pengusaha muda yang tampan dan tentu banyak uang. Tetapi setelah kenal cukup lama dengan Ryan, Marisa merasa ada yang aneh dengan Ryan. Apakah Marisa dapat membongkar sifat asli yang dimilik oleh atasannya tersebut? Lalu apakah Marisa dapat mengubah nasibnya yang malang itu?
Buka▼
Bab

“Mariska! Cepat kesini!” teriak seorang pria bertubuh tambun. Beberapa saat kemudian datanglah seorang wanita muda berlari kecil menghampiri pria itu.

  “Ya Boss, ada apa?” tanya wanita itu dengan nafas sedikit tersengal-sengal.

  “Ini ada pesanan. Kamu antarkan sekarang!” jawab pria itu dengan nada tegas dan sedikit ketus. Wanita itu langsung mengambil sebuah kantung plastik berwarna putih yg di dalamnya sudah berisi sekotak pizza berukuran sedang. Dia segera pergi keluar dari restoran tempatnya bekerja dan mengambil helm berwarna hijau salem miliknya yang tergantung di bagian tembok restoran itu.

  “Brum...”

  Mariska segera menyalakan mesin motor bebek miliknya. Dengan memakai helmnya, Mariska segera melaju untuk mengantarkan pizza pesanan pelanggan. Selagi dalam perjalanan, pikiran Mariska melayang kemana-mana.

  “Hmm... Sampai kapan ya aku harus bekerja dengan si gendut itu. Aku benar-benar sudah tak tahan lagi dengannya” gumam Mariska dalam hati. Sekitar lima belas menit kemudian, tibalah Mariska di depan rumah pelanggan pizza itu. Dia melihat nomor rumah yang tertera jelas di samping pagar rumah itu.

  “Sepertinya ini benar tempatnya,” ucap Mariska sambil melihat rumah berlantai dua itu dari balik pagar. Mariska segera turun dari motor berwarna merah miliknya dan langsung menekan bel yang berada di tembok sebelah pagar.

  “Ting tong” suara bel memecah keheningan di depan rumah itu. Tak ada respon dari dalam rumah, Mariska kembali menekan bel pintu itu beberapa kali.

  “Kok gak ada yang bukain pintu sih? Mana panas lagi!” ujar Riska sambil mengusap dahinya yang sudah mulai mengeluarkan keringat. Memang saat itu, cahaya matahari begitu menyengat menyinari bumi. Sudah sekitar lima belas menit Mariska berdiri di depan rumah itu. Dia sudah mulai terlihat kesal karena menunggu terlalu lama.

  “Apa aku tinggalkan saja di depan pagar ya?” gumam Rizka sambil melihat bungkusan plastik berisi pizza itu. Saat Riska sedang berpikir, tiba-tiba datanglah seorang wanita paruh baya menghampirinya.

  “Ya cari siapa ya?” tanya wanita paruh baya itu sambil membuka pintu pagarnya.

  “Ini saya mau mengantarkan pizza. Ini benar kan Jalan Gandawijaya nomor delapan belas?”

  “Oh kamu yang anterin pizza toh. Kok lama sekali datangnya?!” ucap wanita paruh baya itu dengan nada tinggi. Raut wajahnya terlihat kesal. Mariska yang mendengar ucapan wanita paruh baya itu langsung terkejut dengan mulut menganga.

  “Ma, maksud Ibu apa?” tanya Mariska dengan wajah kebingungan.

  “Iya saya udah nunggu dari tadi! Anak saya udah kelaperan, tau gak?!” bentak wanita paruh baya itu sambil bertolak pinggang. Mariska semakin kebingungan dengan tingkah laku wanita paruh baya itu.

  “Ma, maaf Bu, tapi saya sudah sampe kesini dari tadi, cuma saya tadi sudah tekan bel berkali-kali, tapi tidak ada yang membukakan pintunya” jawab Mariska berusaha membela diri. Sebenernya dalam hati, perasaan Mariska sangat kesal, karena dia merasa tidak bersalah, tapi dia masih mencoba meredam emosinya di hadapan pelanggan.

  “Ah banyak alasan kamu. Udah berikan pizzanya sini! Jadi saya harus bayar berapa?” tanya wanita paruh baya itu dengan nada ketus.

  “Jadi enam puluh lima ribu” jawab Mariska sambil memberikan kantung plastik itu kepada wanita berkacamata tebal itu. Wanita itu langsung memberikan uangnya kepada Mariska. Setelah itu, tanpa berkata apapun, wanita itu membalikkan badannya dan langsung masuk kembali ke dalam rumahnya.

  “Huh! Aneh sekali wanita itu. Kenapa dia yang marah kepadaku? Bukannya yang lama membukakan pintu adalah dia?!”

  Dengan penuh rasa kesal, Mariska berjalan kembali ke motor bebeknya dan dia segera meninggalkan rumah itu.

  Saat baru berjalan beberapa puluh meter, Mariska mengalami kesialan lagi, tiba-tiba saat motornya melewati genangan air yang berada di sisi jalan, ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang dengan cepat menyalip motor Mariska dan menyipratkan genangan air itu ke seluruh tubuh Mariska.

  “Aww!” Mariska begitu terkejut ketika air kotor itu mengenai seluruh tubuhnya. Kaos berwarna putih dan celana jeans biru yang menempel pada tubuh Mariska langsung penuh dengan kotoran. Secara spontan, Mariska menghentikan motornya di tepi jalan.

  Seketika itu juga, mobil sedan berwarna hitam itu berhenti di depan motor Mariska. Keluarlah seorang pria dengan berpakaian rapih dan mentereng menghampiri Mariska.

  “Hei! Kalau naik motor pake mata dong! Ampir aja kamu saya tabrak!” teriak pria berparas tampan itu. Mariska yang masih shock dengan apa yang terjadi padanya, begitu terkejut mendengar makian dari pria itu.

  “Eh, kamu yang salah! Gak liat nih baju aku kena cipratan air jalanan! Semuanya kotor tuh!” ujar Mariska sambil melihat pakaiannya yang sudah terlihat basah karena cipratan air jalanan. Sang pria sepertinya tidak terima dengan perkataan Mariska, raut wajahnya terlihat begitu kesal.

  “Eh berani ngelawan kamu! Kamu gak tau siapa saya?! Udah bagus tadi mobil saya gak nabrak motor kamu!”

  Mariska semakin naik pitam mendengar ucapan dari pria bertubuh tinggi itu.

  “Saya emang gak tau siapa kamu! Kita kan memang belum pernah bertemu. Huh!”

  Keduanya sempat terdiam selama beberapa detik sambil berpandangan-pandangan dengan penuh emosi.

  “Ah sudahlah, aku males ngeladenin wanita miskin kaya kamu!” ucap pria itu sambil masuk segera masuk ke dalam mobilnya.

  “Eh eh tunggu! Urusan kita belum selesai nih!” ujar Mariska setengah berteriak, tapi pria itu mengacuhkan panggilan Mariska, dia langsung menancap gas mobilnya dan meninggalkan Mariska yang masih ada di tepi jalan.

  “Ah dasar gila tuh cowo! Yang salah siapa, yang marah-marah siapa. Duh apes banget aku hari ini. Udah dimarahin sama pelanggan, eh kena cipratan air jalanan lagi,”

   Dengan pakaian yang masih sedikit basah, Mariska melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke restoran dimana dia bekerja.

  Tak berapa lama kemudian, sampailah Mariska di tempat kerjanya. Dia langsung menemui atasannya untuk memberikan uang hasil penjualan pizza.

  “Tok tok” Mariska mengetuk pintu ruang kerja atasannya itu.

  “Ya masuk,” ucap seorang pria dari balik pintu. Tanpa basa basi, Mariska langsung membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruang kerja atasannya itu.

  “Boss, ini uang dari pelanggan yang tadi,” ucap Mariska sambil menaruh uang sebesar enam puluh lima ribu diatas meja kerja atasannya itu.

  “Kamu kemana aja sih? Kok lama banget kembalinya? Jangan-jangan kamu tadi nongkrong dulu ya di warung kopi?” tanya atasannya itu sambil mengambil uang pemberian Mariska dan memasukkannya ke dalam laci meja kerjanya.

  “Enggak lha Boss. Masa aku nongkrong di warung kopi. Aku tuh lama karena tadi motor aku ampir diserempet oleh mobil. Nih liat baju aku aja sampe kotor gini gara-gara kena air jalanan,” sanggah Mariska sambil menunjukkan kaosnya yang memang terdapat beberapa noda berwarna coklat akibat cipratan air jalanan itu. Sang atasan bersikap acuh tak acuh saat mendengar penjelasan dari Mariska.

  “Ya sudah sudah, saya tidak mau mendengar alesan kamu. Sudah sana kembali bekerja, banyak pesanan yang harus kamu antarkan,”

  Tanpa berkata apa-apa lagi, Mariska langsung membalikkan badan dan segera keluar dari ruang kerja atasannya itu.

  “Huh! Sial banget aku hari ini. Nasib oh nasib. Kapan nasib aku bisa berubah ya?” gumam Mariska dalam hati. Mariska merasa sepanjang hidupnya, dia selalu mengalami nasib yang tidak baik. Dia berharap suatu saat nasib baik akan menghampirinya dan mengubah hidupnya untuk selamanya.